09 Agustus 2015

Motor & Anak-Anak... Jangan Bangga!!!

Punya motor di rumah itu kayanya di jaman sekarang bukan lagi merupakan barang mewah. Hampir di semua rumah minimal ada 1 motor, bahkan ada yang 3 sampai 4 motor nangkring di halamanrumah. Sebenernya itu bukan lah persoalan, kan hak siapapun untuk bisa memiliki kendaraan dengan jumlah berapa pun juga.

Justru yang jadi persoalan adalah sekarang marak anak-anak kecil (usia 10 - 16 tahun) yang kemana-mana dibiarkan orangtuanya bawa motor. Coba aja kita lihat di perumahan-perumahan, sekarang anak-anak kalau main sama teman-temannya banyak yang naik motor, mereka tidak lagi pakai sepeda. Bahkan ada juga yang suka bawa motornya ngebut padahal di dalam komplek. Belum lagi di jalan raya, sering anak-anak itu bersama teman-temannya bawa motor dengan kencang sambil bercanda tidak memperhatikan suasana jalan.

Duh, kalau lihat anak-anak yang begitu, pengen rasanya "mites" mereka. Anak-anak bawa motor itu bahaya, resiko kecelakaan tinggi. Tapi kok banyak orangtua yang membiarkan ya? Apa orangtua itu tidak tahu resikonya?

Nah, aku punya pengalaman buruk dengan anak-anak kecil yang bawa motor seenaknya aja. Sabtu sore (8/8/2015) aku sama anak ku Shaqira keluar kompleks karena mau beli kado untuk ulang tahun teman anak pertama ku, Alvaro. Untuk itu aku harus nyebrang jalan boulevard depan kompleks rumah . Kondisi jalan waktu itu memang rame dengan mobil dan motor yang lalu lalang. Karena bawa anak kecil, aku nunggu jalan agak sepi untuk nyebrang.

Saat nyebrang, ada dua mobil sedang dalam posisi berhenti memberikan aku dan beberapa penyebrang lain jalan. Tapi, tiba-tiba ada dua motor dengan kecepatan tinggi lewat, pengendara kedua motor itu bercanda dan tidak melihat kedepan. Karena aku kaget dan posisi ku yang paling dekat dengan kedua motor itu, aku pun teriak dan mereka kaget, alhasil keduanya ngerem mendadak, akibatnya kedua motor dan pengendaranya itu jatuh. Salah satu dari motor itu pun sempat terkena aku, yang akibatnya kaki ku rada nyeri sekarang. Sementara kedua pengendara motor itu kayanya luka-luka ditangan dan muka agak parah kelihatannya.

Karena kaget dan ketabrak pula, otomatis aku mau langsung marah dengan si pengendara motor itu. Kemarahan ku agak semakin memuncak setelah melihat siapa pengendara kedua motor tersebut. Ternyata mereka anak-anak yang saat ku tanya berapa umurnya, mereka menjawab kalau umurnya baru 12 dan 13 tahun. Aku tang tadinya mau marah-marah jadi diam.

Tapi ke kesalan dan kemarahan aku belum hilang. Aku justru kesal dan marah sama kedua orangtua anak-anak itu. Mungkin, kalau orangtua mereka ada disitu juga, aku bisa ngomel-ngomel sama para orangtua anak-anak itu. Kok bisa, orangtua mereka mengijinkan anaknya pake motor, di jalan raya pula.

Mereka memang bukan anak ku, tapi aku punya anak laki-laki yang berumur 8 tahun, dan banyak dari temannya yang usianya sama kemana-mana dibiarkan orangtuanya bawa motor. Suatu hari Alvaro pernah bilang "Mah, aku ajarin bawa motor dong". Spontan aku kaget dan tanya "Emang ada temen abang yang bawa motor kalau main? Siapa?" Duh, membayangkan anak seumur Alvaro bawa motor, motornya matic pula, itu menakutkan banget. Wong kaki aja belum bisa napak ke tanah kalau di motor, belum lagi keseimbangan saat bawa motor. Saat itu dengan tegas aku bilang ke Alvaro "Abang naik sepeda aja, itu ada sepeda pake untuk main. Nanti kalau umur abang udah 17 tahun baru boleh belajar naik motor. Kalau sekarang abang naik sepeda aja".

Anak-anak mengendarai motor itu resikonya sangat tinggi. Selain soal keseimbangan dan kaki yang belum sampai untuk menapak di tanah. Kontrol emosi juga penting. Coba bayangkan, anak-anak itu bawa motor metic. Kan enak itu, ga perlu ganti-ganti gigi. Sakin enaknya, anak-anak itu bablas aja ngegas dan bawa motor kencang. Nah, kalau tiba-tiba anak itu mau berhenti, anak itu kaget, kecenderungannya bukan justru nge-rem, namun makin nge-gas. Dan ini sangat membahayakan, ini yang sering kali menyebabkan kecelakaan dengan luka yang cukup parah.

Nah, buat orangtua yang membiarkan anak-anak dibawah umur bawa motor apa tidak tahu resiko seperti itu ya? Motor rusak, bisa diperbaiki atau beli yang baru. Tapi kalau anak yg celaka emangnya bisa diperbaiki atau dibeli yang baru? Sebelum ada kejadian yang buruk, lebih baik kita mencegahnya dan ini harus dimulai dari diri kita sendiri. Mending kita suruh anak-anak kita main sepeda aja, anak=anak kita jadi sehat malah. 

satu hal yang mungkin penting juga kita lakukan adalah memulai gerakan penyadaran bahwa motor itu bukan mainan dan berbahaya untuk anak-anak dibawah umur. mari kita mulai gerakan ini dari rumah kita sendiri. (Diu Oktora, Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia / 9 Agustus 2015)

15 Juli 2015

After Almost 2 Year

Perputaran roda kehidupan memang tidak ada yang pernah tahu akan seperti apa. 1 Januari 2014, aku memutuskan untuk menjadi full time mother, alias stop berhenti kerja full time. Keputusan untuk tidak ngantor lagi dikarenakan dua hal, pertama, anak kedua ku Shaqira Layla Maru lahir dengan kondisi prematur diusia kandungan 8 bulan, aku merasa Shaqira membutuhkan full perhatian dari ku. Selain itu karena kondisi Shaqira yang sangat kecil, hanya aku yang berani untuk memegang atau mengendongnya. Karena hanya aku yang bisa merawat Shaqira maka keputusan untuk resign dari pekerjaan pun aku ambil. 

Alasan kedua adalah kondisi lalu lintas ke Jakarta yang macetnya semakin parah. Ini ternyata sangat berpengaruh terhadap kehidupan ku di rumah. Untuk ke kantor, setiap hari aku harus berangkat jam 05.30 pagi, padahal jam masuk kantor jam 09.00. Itu artinya anak ku yang pertama, Alvaro Bayanaka Maru belum berangkat sekolah, sehingga aku pun tidak sempat meyiapkan Alavro berangkat, sementara anak ku yang kedua - Shaqira belum bangun tidur. Setelah seharian ngantor, aku baru akan sampai rumah lagi paling cepat jam 21.00, malah keseringannya lewat dari jam 9 malam baru sampe rumah, padahal jam pulang kantor jam 5 sore. Terkadang yang buat hati jadi miris adalah, saat sampai rumah setelah ngantor seharian, anak-anak sudah tidur, hadeuhhh suka pengen nangis jadinya. Dan, yang menyebalkan lagi, kadang hari sabtu harus juga ke kantor karena ada kerjaan, jadilah waktu bersama anak-anak ku terbuang banyak. Dengan tekad bulat, aku pun memutuskan untuk da.. da.. bye.. bye dengan full time working.

Akhirnya di awal tahun 2014 aku benar-benar menjadi full time mother, memang aku masih ada kerjaan, tapi sebagai freelance. Dan, setiap yang nawarin kerjaan ke aku syarat utamanya pekerjaan harus bisa dikerjakan dari rumah, dan tidk apa-apa sekali-sekali aku keluar rumah kalau memang sangat diperlukan. Keinginan ku untuk bisa mengahabiskan waktu bersama anak-anak pun terwujud, semua urusan anak-anak aku yang kerjakan sendiri, bahkan sejak memutuskan menjadi full time mother, aku pun memutuskan untuk tidak lagi menggunakan asisten rumah tangga, semua urusan rumah dan anak-anak aku kerjakan sendiri. Mulailah aktivitas ku berubah, setiap hari kerjaan ku mulai dari mencuci, ngepel, gosok pakaian, masak sampai ngurus anak-anak aku kerjakan sendiri.

Terkadang suami ku suka bertanya, "Ga kangen lagi ngantor?" Jujur aja, kangen juga untuk ngantor lagi, kangen juga ngejalanin kesibukan pekerjaan. Tapi aku bilang sama suami ku, "Kangen sih ngantor lagi, tapi kalau harus kerja ke Jakarta lagi enggak lah. Kalau memang masih ada rejeki dari Allah untuk kerja lagi, aku maunya kerjaanya di seputar wilayah Tangerang aja, deket dari rumah dan ga macet".

Keinginan untuk bekerja kembali memang tidak aku tutup, kemungkinan aku ngantor sesungguhnya masih terbuka, namun aku memang sekarang mempunyai kriteria khusus yang harus terpenuhi, yaitu bekeja di wilayah Tangerang, karena aku tidak ingin menghabiskan waktu di jalan saja, dan harus kehilangan waktu dengan anak-anak ku lagi.

Ternyata, Allah memang selalu mempunyai rencana sendiri buat umatnya yang kita tidak pernah tahu. Di minggu pertama bulan Ramadhan, aku mendapatkan telepon dari sebuah perusahaan head hunter. Awalnya telepon itu aku biarkan saja, karena memang aku tidak pernah mau mengangkat telepon yang tidak aku kenal. Namun selama tiga hari berturut-turut no yang sama selalu menelepon, saat itu kebetulan handphone sedang dipegang anak ku - Shaqira, dan dia jawab telepon itu, karena Shaqira aku dengar bicara di handphone, akhirnya HP aku ambil, aku pun bicara. Suara perempuan di seberang kemudian berkata "akhirnya saya bisa menghubungi ibu, kami sudah berhari-hari mencoba telepon tapi tidak dijawab" kemudian terjadilah pembicaraan. Inti dari pembicaraan itu adalah klien dari perusahaan head hunter tersebut adalah sebuah perusahaan komunikasi dan sedang mencari senior konsultan komunikasi, dan mereka tertarik dengan CV ku. 

Dan, ini adalah berkah Ramadhan dari Allah yang aku rasakan, ternyata kantor konsultan komunikasi itu kantornya di kawasan Industri Cikupa Mas, Tangerang. Itu artinya sesuai dengan harapan ku, setelah berdiskusi dengan suami, akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengan owner konsultan komunikasi itu, setelah bertemu dua kali, dan terjadi kesepakan terkait dengan pekerjaan mulai dari gaji hingga tunjangan yang sesuai dengan ekspektasi aku, maka aku pun memutuskan untuk menerima pekerjaan tersebut.

Akhirnya per tanggal 6 Juli 2015 kemarin menjadi hari pertama ku bekerja kantoran lagi setelah after almost 2 year aku menjadi full time mother. Keputusan ku untuk kembali bekerja aku ambil bukan karena semata-mata semua permintaan gaji dan tunjangan ku disetujui. Tapi ada beberapa pertimbangan, pertama, kantor baru tempat ku kerja sekarang dekat dengan rumah, masih di wilayah Tangerang. Artinya aku tidak akan banyak membuang waktu dijalan dan tidak harus berangkat pagi-pagi dan sampai rumah malam hari. Di tempat yang baru ini jam kerjanya mulai dari 08.30 sampai jam 17.00. Itu aku bisa berangkat dari rumah jam 07.30 aku sengaja memberikan jarak satu jam karena aku harus menggunakan kendaraan umum ke kantor. Dengan pulang jam 5 sore, aku jam 6 sore sudah bisa di rumah. Perjalanan dari rumah ke kantor pun tidak macet, sehingga tidak ada emosi disana karena harus berlama-lama di jalan. 

Dengan kondisi seperti itu, aku setiap pagi bisa memberangkatkan Alvaro ke sekolah terlebih dahulu, dan masih ada waktu sebentar untuk bermain dengan Shaqira di pagi hari. Saat pulang kantor, yang pasti anak-anak ku belum tidur, aku masih bisa bermain dengan mereka, aku bisa menidurkan mereka dan masih bisa menemani Alvaro belajar. 

Pertimbangan kedua adalah, Alhamdullilah Shaqira tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria, dia pun mulai ikut-ikut sekolah walaupun tidak setiap hari. Aku merasa Shaqira sudah bisa aku tinggal untuk bekerja, karena saat menjadi freelance aku terkadang harus keluar kota atau ketemu dengan klien ke Jakarta, dan Shaqira aku tinggal. Sejauh itu tidak ada persoalan dan Shaqira paham kalau aku harus kerja.

Ramadhan kali ini buat aku sangat penuh berkah, karena aku bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan ku. Dan tantangan buat aku adalah saat ini bisa menjalankan pekerjaan dan peran Ibu dengan seimbang. Karena aku sadar sebagai manusia kita tidak akan menjadi mahkluk yang sempurna dengan bisa menjalankan dua peran sekaligus, namun dengan keseimbangan, tahu menempatkan peran yang yang kita jalanin pada tempatnya, Insya Allah semua akan berjalan dengan baik.. Aamiin (Diu Oktora, Cikupa Mas Office / 15 Juli 2015)

30 Juni 2015

Cerita Alvaro : Belajar Mencintai Alam

Libur sekolah tlah tiba.... "Horeeeee...", teriak Alvaro. Sekolah Alvaro sebenarnya sudah mulai libur sejak tanggal 15 Juni, dan baru akan kembali sekolah nanti tanggal 27 Juli.. Wowww, lamanya. Liburan sekolah kali ini bertepatan dengan puasa Ramadhan, tapi ini tidak menghalangi Alvaro untuk minta jalan-jalan. Salah satu tempat yang ingin didatangin Alvaro kali ini adalah kawasan wisata alam Godong Ijo, di Sawangan, Depok - Jawa Barat.

Sebenarnya Alvaro sudah pernah ke Godong Ijo. Kunjungan pertama Anak sulungku ini adalah waktu field trip sekolahnya akhir Mei lalu. Sekolah anak ku ini, Madinah School adalah sekolah alam, jadi setiap kegiatannya memang dikaitkan dengan kecintaan dan mengenal alam beserta isinya.

 Waktu akan field trip ke Godong Ijo, Alvaro semangat sekali. Sakin semangatnya, yang biasanya kalau dibangunin pagi mau sekolah suka mewek, ini dari jam 3 pagi udah bangun dan tanya "Mam, aku mandi sekarang ga? Ini udah pagi belum? Aku mau siap-siap ke sekolah". Acara field trip memang jadi acara favorit Alvaro dan teman-temannya di sekolah.

Singkat cerita, setelah seharian field trip ke Godong Ijo. Malam sebelum tidur, Alvaro bercerita soal pengalamannya hari itu. Cerita dimulai dengan "Mama, nanti liburan sekolah, kita ke Godong Ijo lagi ya. Disana asik tempatnya, banyak binatang-binatang, terus kita bisa bikin kreasi dari bahan-bahan alam, aku mau kesana lagi nanti".

Alvaro kemudian bercerita disana banyak binatang, mulai dari reptil, binatang melata sampai jenis ikan-ikanan juga ada. "Disana ada kadal batu, mama tau ga kadal batu itu kaya apa? Aku baru tau kalau ada binatang kadal batu. Itu kadalnya keras banget, kaya batu beneran. Warnanya hitam, kata mister ladal batu itu sukanya hidupnya nempel di pohon-pohon, jadi pemburu ga bisa lihat mereka karena warnanya kadal batu hampir sama kaya batang pohon. Karena pemburu ga bisa lihat kadal batu, jadi kadal batunya ga ditangkepin. Aku berani pegang kadal batunya, beneran kaya batu, keras banget", cerita Alvaro penuh semangat.

Cerita Alvaro pun berlanjut, "Abis liat kadal batu, terus tadi kita juga lihat uler. Ulernya besar banget, kata mister namanya uler piton. Tapi ulernya udah jinak ada pawangnya juga, makanya aku sama temen-temen, sama mister foto-foto sama uler. Tapi mama, aku kan pegang ulernya, ga takut sih, tapi geli, kaya licin-licin badannya. Kata mister uler piton di godong ijo makannya tikus putih".

"Disana ada landak juga mama", lanjut Alvaro bercerita. Landak itu hewan berduri, tajam-tajam durinya, kalau ketusuk pasti sakit. Kata mistet duri landak itu buat pelindung, jadi kalau ada yang mau jahat sama landak, ada yang mau tangkap landak, duri-durinya akan mekar, jadi musuhnya akan takut.

Aktifitas mengenal alam tidak hanya dengan mengamati binatang-binatang saja. "Kita tadi disana juga buat celengan mama. Gampang buatnya, dari kaleng bisa kaleng susu atau kaleng biskuit. Terus untuk nutupnya, ngelapisin kalengnya pake kulit jagung yang udah dikeringin terus ditempel ke kaleng. Jadi dech celengannya", tutur putra ku yang sekarang naik ke kelas 3.

"Kita juga bikin burger sendiri. Bahannya roti, daging, tomat sama keju. Buat burger harus pake sarung tangan, biar bersih. Aku sih buat burgernya cuma pake daging sama keju aja, aku ga suka tomat. Kalau udah selesai, burgernya terus kita makan sama-sama".

"Disana kita juga main-main, terus foto-foto pake topi caping sama alat-alat bertani. Enak dech mama, kita kesana lagi ya nanti pas libur sekolah", minta Alvaro.

"Abang kan udah pernah kesana, udah tahu semua, ngapain kita kesana lagi, mending ketempat lain aja, gimana?" tanya ku. Loh, kok fa dijawab-jawab Alvaro, pas aku liat ternyata Alvaro sudah lelap tertidur, kecapean berpetualang di Godong Ijo kayanya.... Yaacchhh, emaknya ditinggal tidur.

Ini foto-foto kegembiraan Alvaro dan teman-temannya di Godong Ijo. Asik juga tempatnya buat alternatif libukan edukasi buat anak-anak. (Diu Oktora, Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia / 28 Juni 2015)






17 Juni 2015

Ngebolang ke Negeri Laskar Pelangi

Tanggal 9 - 11 Mei kemarin, kedua anak ku, Alvaro Bayanaka Maru dan Shaqira Layla Maru ngebolang ke Negeri Laskar Pelangi alias Belitung. Bocah - bocah ini pergi sama Opung dan kedua tantenya, sementara aku ga ikutan pergi alias di rumah aja. Selama tiga hari kedua bocah ku menjelajah Negeri Laskar Pelangi. Dengan penerbangan jam 08.30 pagi dari Bandara Internasional Soekarno - Hatta, Tangerang - Banten kedua bocah ku ini terbang ke Negeri para Laskar Pelangi. Untuk sampai Belitung penerbangan kurang lebih ditempuh selama 40 menit. Disinilah cerita awal perjalanan ngebolang kedua anak ku dimulai.

"Mama, adek bobo di pecawat, adek ngantuk. Adek ga nangis, pintelkan", celoteh Shaqira saat aku telepon. 



Sesampainya di Belitung, lokasi pertama yang disinggahi adalah Danau Kaolin. Danau ini lokasinya memang tidak jauh dari Bandar Udara Sultan Hanandjoedin, Tanjung Pinang. Danau yang memiliki air berwarna biru toska ini dulunya adalah tempat penambangan kaolin atau tanah liat. Penambangan tanah liat merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat Belitung hingga saat ini. Di danau ini kita bisa melihat lubang-lubang besar sisa aktivitas penambangan yang berisi air berwarna biru toska. Kecantikan danau ini semakin bertambah karena dinding - dinding danau yang berwarna putih terlihat seperti salju. Tapi disini Shaqira kata tantenya sempet ngambek, karena cuacanya panas sekali, jadi Shaqira minta digendong terus.



Jalan-jalan hari pertama pun dilanjutkan ke sekolah para Laskar Pelangi, SD Muhammadiyah Gantong. Sekolah ini terletak di Desa Selingsing, Kecamatan Gantong, Belitung Timur. SD Muhammadiyah yang sekarang menjadi salah satu lokasi wisata yang wajib didatangi jika berkunjung ke Belitung merupakan replika dari sekolah aslinya yang sudah rusak. Replika sekolah ini dibuat untuk syuting film Laskar Pelangi yang diangkat dari novel karya Andre Hirata. Berkunjung ketempat ini dua bocah Maru sangat menikmati, khususnya buat Shaqira yang baru pertama kali. "Mama, adek tadi sekolah. Tapi sekolahnya dali tanah, ada tempat duduknya. Adek sama abang duduk-duduk", celoteh Shaqira. "Tapi sekolahnya dali tanah, ga ada ac nya. semua kayu-kayu, banyak pacil. Adek sama abang telus main pasil," lanjut Shaqira berceloteh.

Setelah asik bermain di sekolah para Laskar Pelangi, tempat berikut yang dikunjungi adalah Museum Kata Andre Hirata, museum ini berada di Jalan Raya Laskar Pelangi No. 7 Gantong, Belitung Timur. 

Jika kita berkunjung ke museum sastra pertama di Indonesia ini, kita akan diajak menapaktilasi perjalanan novel Laskar Pelangi hingga menjadi sebuah film layar lebar. Nuansa ini akan semakin dirasa saat kita memasuki ruangan - ruangan di museum yang didirikan oleh Penulis Novel Andre Hirata pada November 2012. Ruangan di museum ini dinamai dengan nama - nama tokoh Laskar Pelangi yaitu Ikal, Lintang, dan Mahar.

Salah satu ruangan yang menarik di museum ini adalah Ruang Dapur, ini adalah dapur yang diubah menjadi warung kopi. Ruang ini terkenal dengan nama Warung Kupi Kuli. Disini pengunjung sudah pasti dapat menikmati berbagai minuman khususnya kopi dan makanan kecil. Disini Shaqira tampaknya sangat menikmati, kata opungnya semua ruangan dimasukin, semua ditanyain dan dicobain atau dipegang-pegang. Waktu ditelepon pun Shaqira semangat bercerita "Mama, adek ketempat yang banyak tulis-tulisnya, banyak poto. Terus adek minum sama makan kacang. Tante minum kopi, adek enggak. Adek ga nangis mama, telus sekarang adek mau ke pantai", cerita Shaqira.


Lokasi yang dikunjungi terakir di hari pertama adalah Pantai Kalayang. Pantai adalah tempat yang paling ingin dikunjungi Shaqira dan Alvaro. Saat aku telepon lansung meluncur cerita dari Shaqira "Adek ga mau belenang mama, adek takut. Ailnya jolok, banyak rumputnya. Adek main pasil aja sama main ban," cerita si kecil ku ini.

Shaqira anaknya memang bersihan, dia tidak bisa lihat yang menurutnya jorok. Jadi kata opungnya begitu lihat banyak rumput-rumput laut, Shaqira langsung ga mau berenang. Lebih milih main pasir atau cari kerang aja.



Aksi ngebolang Shaqira dan Alvaro berlanjut di hari kedua. Pulau Lengkuas menjadi pilihan tempat yang akan dikunjungi. Untuk sampai ke pulau ini dapat ditempuh dengan menggunakan perahu selama kurang lebih 30 menit. Di pulau ini terdapat mercusuar tua yang dibangun ketika pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1882. Walaupun umur mercusuar ini sudah sangat tua, namun hingga saat ini masih berfungsi dengan baik dan masih digunakan  sebagai penuntun lalu lintas kapal yang akan masuk atau keluar Pulau Belitung.

Selama perjalanan naik kapal menuju Pulau Lengkuas, kata tantenya Alvaro dan Shaqira tidak ada takutnya, mereka malah tertawa-tawa padahal terkadang ada ombak cukup besar. Shaqira malah tidak mau digendong pada awalnya. Selain itu yang membuat kedua bocah ini semangat, sebelum sampai ke Pulau Lengkuas, mereka bisa melihat ikan-ikan kecil disekitar kapal. Ikan-ikan tersebut akan muncul jika diberikan roti sebagai umpan. Melihat segerombolan ikan, kata opungnya, Shaqira mau tangkap.. Hehehe.





Selama di Pulau Lengkuas, Alvaro dan Shaqira asik main pasir. Dasar Shaqira anaknya iseng, abangnya sering dilempar-lempar pasir. Dua bocah ini juga asik manjat-manjat batu-batu alam yang memang besar-besar yang ada di Pulau itu. Nah, disini mereka juga bisa liat star fish alias bintang laut. "Tapi adek takut mama pegangnya, ada kukuk - kukuknya, geli," cerita Shaqira.

"Adek naik kapal, liat ikan, adek ga takut. Adek pintel kan, adek ga nangis. Kapalnya goyang-goyang. Opung takut. Banyak ikan nemo, tapi adek ga bisa tangkep, lotinya abis," Jawab Shaqira waktu aku tanyain ngapain aja ke pulau.

Jalan-jalan ke Pulau Lengkuas tampaknya sangat dinikmati oleh kedua anak ku. Karena mereka bebas bermain. Mereka asik buat bangunan-bangunan dari pasir. Asik cari kerang-kerang kecil yang akhirnya dibawa pulang.






Di hari ketiga, kedua bocah petualang menikmati hari di hotel saja, karena ini adalah hari terakhir. Mereka harus pulang kembali ke Jakarta dengan pesawat siang, jadi tante dan opungnya memutuskan tidak kemana-mana, mereka main saja di hotel. 

berenang di kolam renang hotel menjadi pilihan yang paling menarik. Sambil sarapan anak-anak pun berenang. Nah, dasar Shaqira pada dasarnya kalau liat air maunya main, begitu lihat kolam renang, airnya bersih pula, langsunglah di nyebur. "Itu emang kolam buat anak-anak, tapi Shaqira kan kecil. Jadi begitu dia loncat ke air, hampir tenggelam, untung aku langsung nyebur ke kolam untuk bantu Shaqira berdiri. Eh, bukannya takut atau nangis, malah ketawa tuh anak," cerita tante Shaqira. Usai sudah petualangan kedua bocah ini, dengan pesawat siang mereka pun pulang ke Jakarta. Pada saat pulang Shaqira katanya masih sempet ngomong "Adek ga mau pulang, mau main ke pantai lagi,".

Hal yang menarik dari liburan kedua bocah ini adalah bagaimana memberangkatkan Shaqira pergi dengan opung dan tantenya tanpa mama nya ikut. Buat Alvaro, pergi cuma dengan Opung dan tantenya sudah biasa, karena sudah beberapa kali liburan sulungku ini berlibur tanpa mamanya. Namun bagi Shaqira ini merupakan kepergian liburan pertama dia tanpa mamanya.

Khusus untuk memberangkatkan Shaqira bukan hal yang mudah. Selain usianya baru 2,5 tahun, ini juga keberangkatan pertama Shaqira tanpa mamanya. Memang Shaqira sudah biasa nginap dan ditinggal berhari-hari di rumah opungnya, tapi biasanya aku ikut nginap dulu sehari atau dua hari, kemudian Shaqira aku tinggal dengan alasan kerja. 

Nah, untuk Shaqira aku terapkan trik khusus supaya saat berangkat dan diantar ke bandara lancar - lancar aja, ini triknya :

(Satu). Jauh hari sebelum keberangkatan, Shaqira sudah di "cekokin" dengan cerita jalan - jalan ke Belitung. Ini aku lakukan dengan menyelipkan ditiap obrolan dengam Shaqira, kapan pun dan dimana pun. Obrolan yang aku lakuin seperti ini :

Aku : Shaqira mau pergi kemana dek'?

Shaqira : Ke pantai

Aku : Ke pantai naik apa?

Shaqira : Pecawat

Aku : Ngapain ke pantai?

Shaqira : Liat ikan nemo

Aku : Sama siapa liat ikan nemo nya?

Shaqira : Sama opung

Aku : Terus sama siapa lagi

Shaqira : Sama abang valo, sama tante jeane, tante njel

Aku : Mama ikut ga?

Shaqira : Enggak, mama jaga rumah

Diawal kadang memang jawaban Shaqira mama ikut, atau kalau dibilang mama ga ikut Shaqira nangis. Tapi alhamdullilah lama-lama Shaqira paham mama nya tidak ikut.

(Dua). Seminggu sebelum keberangkatan, opung Shaqira aku minta nginap di rumah, jadi selama satu minggu itu opung akan bilang ke Shaqira "Dek' Shaqira mau ke pantai sama opung kan ya, mama ga ikut, jaga rumah"

Ini juga semakin ngedeketin Shaqira ke opungnya, jadi pas berangkat Shaqira udah nempel sama opung.

(Tiga). Saat packing pakaian dan perlengkapan ke Belitung, Shaqira dilibatkan, opung juga. Disini sambil juga Shaqira di "cekokin" soal jalan - jalan ke Belitung. Sambil ngerapihin baju, sambil ngobrol :

Aku : De' baju yang mau dibawa ke pantai yang mana?

Shaqira : Ini mama (sambil ngambil - ngambil bajunya).

Opung : Baju buat abang varo yang mana de'?

Shaqira : Ini pung (sambil lempar - lempar baju abangnya).

Opung : Baju opung yang mana de' buat ke pantai (sengaja beberapa baju opungnya di masukin ke tas Shaqira, supaya Shaqira tau perginya cuma sama opung aja)

Shaqira : Ini pung (sambil ngasih baju dan jilbab opungnya)

Aku : Emang adek mau kemana sih?

Shaqira : Pantai

Aku : Sama siapa

Shaqira : Sama opung, sama abang

Aku : Naik apa ke pantai

Shaqira : Pecawat

Aku : Mama ikut ga?

Shaqira : Enggak, mama tinggal

Alhamdullilah, dengan melibatkan Shaqira langsung saat packing itu buat Shaqira lebih gampanh dikasih tau kalau mama nya ga ikut ke pantai.

(Empat). Untuk membuat Shaqira nyaman selama liburan dengan opung, abang dan tante - tante nya, jangan lupa bawa mainan kesayangannya. Mainan kesayangan Shaqira itu boneka Micky Mouse, jadilah si Micky ini dibawa dan selama di Belitung, boneka tikus ini ditenteng - tenteng Shaqira terus. 

(Lima). Lengkapi perintilan shaqira, mulai dari susu, botol susu, termos air panas, perlengkapan mandi kesayangannya, bedak, minyak wangi, tisue basah dan obat - obatan (khususnya obat penurun panas, batuk pilek, dan vitamin), jadi opung sama tante nya ga sibuk lagi cari - cari.

(Enam). Untuk di pesawat kebutuhan Shaqira seperti susu yang siap diminum, puding jelly kesukaannya juga sudah aku siapkan. Jadi saat dia minta segala sesuatu keinginannya, semua sudah tersedia.

Alhamdullilah, dengan melakukan trik seperti itu jalan - jalan liburam Shaqira pertama kali tanpa mama nya berlangsung lancar, malah si centil ini selama 3 hari liburan di Belitung ga inget emaknya, asik main terus.

Mau liat keseruan foto-foto ngebolang Alvaro dan Shaqira, sila dilihat disini Ngebolang di Negeri Laskar Pelangi (Diu Oktora, Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia, 17 Juni 2015)

29 April 2015

Liburan = Berantakin Rumah Opung

Liburan panjang akhir minggu pada awal bulan April ini seperti biasa Alvaro dan Shaqira menghabiskan waktu liburannya di tempat favorit dan handalan mereka, dimana lagi kalau bukan di rumah opung di Perumnas 3 - Bekasi Timur.

Kalau libur di rumah Opung itu artinya mereka bebas melakukan apapun, termasuk berantakin rumah, salah satu ruangan di rumah Opung pasti mereka sulap jadi tempat mereka bermain. Itu artinya segala perabot atau barang lain jadi sarana bermain, barang - barang kaya kursi atau meja pasti mereka geser sana geser sini.

 Acara "ngeberantakin" rumah kegiatan yang paling Alvaro sama Shaqira senengin, karena Opung ga pernah ngelarang. Dan cuma di rumah Opung aja para krucil ini bisa ngelakuin hal seperti ini. Kalau nginep di tempat lain, mana bisa dan mana mungkin ngelakuin ini. Makanya, rumah Opung di Bekasi, selalu menjadi tempat favorit libur, laksana taman bermain buat Alvaro dan Shaqira.

Kalau rumah udah berantakan, itu pasti nyebelin banget, karena perlu tenaga ekstra untuk ngebersihinnya. Walaupun Alvaro dan Shaqira sudah terbiasa membereskan mainannya, tapi tetep emaknya atau opungnya harus turun tangan ngebersihin juga.

Tapi ternyata dibalik urusan ngeberantakin rumah, disana daya imajinasi Alvaro dan Shaqira bermain. Saat mereka menyusun permainan, bocah - bocah ini mempunyai bayangan apa yang mereka buat. Bahkan Shaqira yang umurnya baru 2,5 tahun pun bisa mengikuti imajinasi abangnya, karena saat abang adik ini membuat mainan, mereka berdua "berdiskusi" tempat apa yang mereka buat, nanti ngapain aja mereka di "bangunan" yang mereka buat itu.

Kali ini Alvaro dan Shaqira berimajinasi membangun benteng. Ruang tamu di rumah Opung pun dengan cepat berubah menjadi benteng ala duo Maru. Sofa - sofa di ruang tamu mereka dempetin, bantal kursi mereka jadikan tembok, tidak hanya itu bantal tidur di kamar pun mereka turunkan untuk tambahan tembok.

Saat mereka asik membuat benteng, aku yang memang selalu mendampingi anak - anak bermain iseng tanya - tanya.

Aku : Itu kalian buat apa?

Alvaro : buat benteng

Shaqira : buat anteng (membeo ucapan abangnya)

Aku : Abang, emang benteng apa?

Alvaro : tempat berlindung, kata mister (*gurunya di sekolah) benteng itu tempat berlindung dari musuh. Dulu waktu indonesia perang, pahlawan berlindungnya di benteng.

Aku : terus benteng yang abang buat ini untuk apa?

Alvaro : buat tidur - tiduran aja sambil main game, jadi main game nya aman. Ga bisa diganggu sama tante, karena udah dilindungin sama benteng.

Shaqira : buat minum susu mama, buat bo'bo (*Shaqira ga mau kalah ikutan jawab)

Ternyata kelakuan bocah - bocah kalau main ngeberantakin rumah ada sisi positifnya juga. Itu bisa merangsang daya imajinasi anak - anak untuk bisa berkreasi ala mereka. Tapi pendampingan orangtua memang tetap diperlukan, palinh tidak untuk mengarahkan pemikiran dan imajinasi anak - anak.

Baiklah, mari lipat lengan baju buat beresin rumah. (Diu Oktora, Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia, 29 April 2015)

11 April 2015

Shaqira si Bayi "Kanguru"

Melahirkan prematur tentu saja tidak pernah diinginkan oleh ibu manapun, begitu juga dengan aku. Walaupun proses kehamilan yang aku jalanin sejak kehamilan anak pertama ku selalu bermasalah, tapi tidak pernah terpikirkan bahwa aku akan melahirkan anak prematur di kehamilan anak kedua.

Sekedar flashback, proses kehamilan buat aku adalah suatu perjuangan yang sangat - sangat berat. Makanya setiap dapet pertanyaan "Diu, ga pengen punya anak lagi?" aku seringkali menjawab "Kalau boleh punya anak ga pake hamil, tapi langsung melahirkan aku mau. Aku kalau melahirkan jago dech, tapi kalau hamilnya aku trauma".

Sejak kehamilan anak pertama ku, Alvaro Bayanaka Maru, sepanjang 9 bulan proses kehamilan adalah perjuangan. Mulai dari dinyatakan hamil oleh dokter hingga usia kandungan 6 bulan aku selalu mengalami flek bahkan sempat mengalami pendarahan. Masuk di usia kandungan 7 bulan, aku mengalami kontraksi sehingga dokter memutuskan aku harus bedrest total ditempat tidur hingga melahirkan. Alhamdullilah, tepat di usia kandungan 9 bulan, putra pertama ku lahir dengan persalinan normal.

Alvaro Bayanaka Maru, 12 November 2007
 Proses persalinan nya pun sangat cepat, aku masuk rumah sakit jam 12 siang, jam 4 sore aku dibawa ke kamar bersalin karena sudah pembukaan 4 dan menjelang magrib, Alvaro lahir. Padahal di kamar sebelah aku masih dengar ada yang menjerit-jerit, kata perawat yang membantu proses persalinan ku, ibu di kamar sebelah sudah dari kemarin malam masuk kamar persalinan namun belum melahirkan juga.

Saat hamil Shaqira, anak kedua ku, proses kehamilan juga bermasalah. Disaat usia kandungan 7 bulan, ketuban aku rembes, jadilah selama satu minggu aku harus bedrest total di rumah sakit. Selama bedrest aku tidak boleh bergerak sama sekali, tidur miring pun tidak boleh, bahkan makan, minum, mandi, buang air besar harus berbaring ditempat tidur, sementara untuk buang air kecil oleh dokter dipasang kateter... Duh, kalau inget itu, sakitnya ga kuat. Karena dokter juga harus memberikan obat dan suntikan untuk menguatkan organ si bayi dalam kandungan.

Setelah seminggu di rumah sakit, aku boleh pulang. Tapi bukan berarti bebas dari bedrest. Di rumah pun aku harus bedrest total seperti di rumah sakit... Hiks hiks penderitaan belum usai, karena dokter mengusahakan aku bisa bertahan dan melahirkan diusia kandungan 9 bulan. Namun dua minggu bedrest di rumah, ternyata kehamilan ku tidak bisa ditahan.  Saat usia kandungan ku 9 bulan kurang 1 minggu aku melahirkan. Ini pun proses melahirkannya cepat. Jam 10.30 malam aku masuk rumah sakit. Jam 11 malam aku dimasukan ke kamar bersalin, jam 11.45 menit anak kedua ku Shaqira Layla Maru lahir dengan persalinan normal.

Shaqira Layla Maru, 25 November 2012
Karena saat melahirkan usia kandungan ku belum 9 bulan, itu artinyz aku melahirkan prematur, bayi ku pun kecil. Berat badan lahir Shaqira hanya 2 kg. Oleh dokter anak, bayi ku langsung dimasukan ke inkubator sebagai tindakan pertama penanganan bayi prematur. Alhamdullilah, Shaqira hanya lima hari saja dalam inkubator, katanya bayi yang lahir prematur seperti Shaqira umumnya di inkubator selama 2 - 3 bulan. Ini juga terjadi dengan teman ku yang kebetulan melahirkan beda satu minggu dengan aku, teman ku juga melahirkan prematur, namun anaknya harus diinkubator selama 2 bulan.

Karena lahir prematur, jujur aja aku khawatir dengan bagaimana merawat Shaqira. Namun, dokter anak yang merawat Shaqira bilang kalau untuk anak prematur itu kuncinya cuma satu, yaitu pastikan tubuhnya hangat. Jadi di rumah yang harus aku lakukan adalah :
  1. Setiap pagi Shaqira harus dijemur matahari tanpa menggunakan pakaian.
  2. Di kamar, tepat di atas Shaqira tidur (kurang lebih 50 cm dari posisi tidur) pasang lampu sebesar 60 watt yang berwarna kuning. Ini minta ampun panasnya, pendingin ruangan pun hanya boleh di 27 C. Ini harus dilakukan selama 3 bulan, jadi setiap hari, 24 jam selama 3 bulan, Shaqira kaya anak ayam dipasangin lampu untuk menghanhatkan tubuhnya. Ini pengganti inkubator. 
  3. Setiap hari, selam 30 menit dilakukan metode kanguru dengan Shaqira. Ini dilakukan secara rutin selama 3 bulan.
Menurut dr. Andi Sugoro, dokter anak di RS Omni Alam Sutera, Tangerang, metode kanguru adalah perawatan bayi yang baru lahir dengan cara melekatkan tubuh bayi di dada mama. Caranya sangat mudah, semua pakaian Shaqira dilepas sementara pakaian dibagian dadaku juga dilepas, setelah itu Shaqira diletakkan di dadaku, kemudian aku dan Shaqira diselimutin. Kata dokter persentuhan kulit antara ibu dan anak merupakan transfer panas yang sangat baik untuk bayi prematur. Ini terbukti bisa meningkatkan berat badan si bayi dan suhu tubuh bayi juga lebih stabil.

Menangani bayi yang lahir prematur memang sedikit harus lebih ekstra jika dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan usia kandungan yang cukup. Menurut data dari LSM Save the Children Indonesia, penanganan bayi lahir prematur yang tidak maksimal merupakan salah satu penyebab masih tingginya angka kematian bayi di Indonesia. Nah, perawatan dengan metode Kanguru ini menjadi salah satu solusi untuk mengurangi angka kematian bayi prematur.

"Bayi prematur lebih rentan meninggal karena biasanya lahir dengan berat bdan yang rendah, kesulitan bernafas atau bahkan ada yang mengalami infeksi berat. Oleh karena itu dengan ibu rajin melakukan metode kanguru di rumah maka terjadi interaksi kulit antara bayi dan mama nya. Ini sangat bagus dan tidak ada biayanya. Daripada harus menghangatkan bayi dengan inkubator, sudah pasti biayanya mahal dan kedekatan antara bayi dan ibu tidak terjalin", papar dr Andi Sugoro.

Nah, menyinggung soal biaya inkubator, itu memang mahal. Shaqira yang hanya 5 hari mendapatkan perawatan di inkubator, biayanya saja mencapai 12 juta rupiah. Bagaimana yang bayinya harus di inkubator 2 - 3 bulan, itu pasti bisa puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Menurut teman ku yang anaknya di inkubator selama 2 bulan, mereka terpaksa harus melego mobil inovanya.

Namun, menurut dr. Andi, memang tidak semua bayi lahir prematur bisa dilakukan perawatan dengan metode Kanguru. "Metode Kanguru baru bisa dilakukan dua minggu setelah kelahiran, jadi memang perawatan pertama bayi lahir prematur adalah dengan inkubator. Metode ini umumnya dilakukan pada bayi yang lahir dengan berat kurang lebih 2 kg. Kemudian bayi tidak mengalami kelainan atau ada penyakit lain yang menyertai. Refleks dan daya hisap serta menelan si bayi juga harus baik", jelas nya.


Alhamdullilah, dengan mengikuti semua petunjuk dokter, Shaqira kini tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria. Pertumbuhannya baik fisik maupun non fisik tidak mengalami gangguan, semua normal.

Dengan metode kanguru, bayi kecil ku bisa tumbuh dengan baik dan sehat. Alhamdullilah juga aku mendapatkan dokter yang sangat membantu. Karena memang merawat bayi prematur itu harus sangat ekstra, memandikannya tidak bisa sembarangan karena suhu tubuh bayi prematur tidak boleh turun.

Sekarang kalau lihat Shaqira dengan lincah dan kebawelannya selalu ingat dulu lahirnya kecil banget, siapapun yang mau gendong Shaqira ga ada yang berani karena kecilnya. Bahkan opung nya baru berani gendong Shaqira setelah umur setahun. Padahal waktu abangnya, Alvaro, si opung dari lahir udah langsung gendong.

Ilmu lain yang aku dapat setelah mengetahui metode Kanguru, bahwa metode ini bisa juga diterapkan bukan hanya untuk bayi prematur saja. Sampai sekarang diusia Shaqira yang sudah 2 tahun ini masih sering aku gunakan, terutama jika Shaqira badannya panas. Bahkan Alvaro juga begitu, kalau badannya panas, papa nya langsung melakukan metode kanguru. Alhamdullilah ini mujarab banget, panas di anak langsung turun karena terjadi transfer suhu dengan orangtua. Dan pastinya dengan menggunakan metode Kanguru, bisa untuk menghindari anak sering minum obat penurun panas. (Diu Oktora, Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia, 11 April 2015)


Tulisan ini diikutkan dalam kompetisi menulis yang diadakan oleh NUK Indonesia dengan tema #Pregnancy Story

https://www.facebook.com/notes/nuk-baby-indonesia/pregnancy-story-writing-competition/840103549360786

21 Maret 2015

Alvaro Menjelajah Perpustakaan Nasional

Late finish, but not late post :-). Tulisan ini sebenarnya pengalaman liburan anak pertama ku Alvaro Bayanaka Maru pada tahun ajaran lalu, tepatnya liburan sekolah Mei 2014. Kebetulan pada waktu itu, aku sedang ada kerjaan riset untuk penulisan buku orang nomor dua di Indonesia, Bapak Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Tiap liburan sekolah tiba, Alvaro seperti biasa selalu minta jalan - jalan. Nah, sejak Alvaro duduk di bangku sekolah dasar aku selalu menghindari anak sulungku ini liburan ke mall. Liburannya kali ini, aku ajak anak lanangku ini ke Perpustakaan Nasional (Perpusnas)  di daerah Salemba, Jakarta Pusat.

Perjalanan mulai dari keluar rumah, di Perpusnas sampai kembali ke rumah ternyata menjadi pengalaman menarik buat Alvaro. Berbagai pemandangan dan peristiwa dia alami dan rasakan.

Nah, ini cerita penjelajahan Alvaro....

Perjalanan Alvaro kali ini sangat menarik, karena dia tidak menikmati kenyamanan yang dia dapatin, naik mobil pribadi yang ber-ac nyaman. Kebetulan karena liburan Alvaro menginap di rumah opungnya di Perumnas 3, Bekasi Timur. Jadi dari sanalah perjalanan penjelajahan Alvaro menuju Perpusnas dimulai.

Dari rumah opung, aku ajak Alvaro naik ojek, kalau naik kendaraan yang satu ini Alvaro tidak pernah protes, ojek jadi salah satu kendaraan favoritnya. Sesampainya di Bulak Kapal, kami kemudian naik bis patas 9A jurusan Bekasi Timur - Senin... The real perjalanan Alvaro pun dimulai dari sini.

Alvaro entah kenapa memang tidak pernah merasa nyaman kalau diajak naik kendaraan umum seperti bis atau angkot, mukanya selalu berubah menjadi kaku seperti orang stress. Begitu kami naik ke Patas 9A, Alvaro mulai bertanya-tanya karena tidak nyaman "Mama, bisnya ga ada ac nya? Nanti gerah dong. Kalau kacanya dibuka, nanti aku masuk angin dan banyak debu", tidak hanya itu saja ocehan Alvaro, "Mama, itu kok disamping supir dikasih bantalan-bantalan jok? Itu buat apa?" Aku jawab, itu buat penumpang duduk kalau kursi udh penuh, "Kok orang duduk disitu, itukan panas, itukan mesin. Kan ga boleh bis bawa penumpang banyak-banyak" protes Alvaro.

Pertanyaan Alvaro berikut muncul ketika bis sudah jalan dan akan memasuki tol Bekasi Timur. Saat itu kondisi bis sudah penuh, kalau bahasa kenek bilangnya full kursi. Di gerbang masuk tol Bekasi Timur seperti biasa, bis menaiki penumpang, kali ini penumpang yang naik cukup banyak, akibatnya bis pun penuh sesak, penumpang yang tidak mendapatkan duduk pun susah berdiri. Ketidaknyamanan Alvaro semakin jadi, dia pun mulai kembali berkomentar "Mama, kenapa sih banyak penumpang yang berdiri, kan kasian. Harusnya bis ga boleh penuh kaya begini, udah kaya ikan numpuk-numpuk, bis nya jadi panas". Aku sambil senyum jawab "Nah, kalau naik bis memang begini. Makanya abang harus bersyukur kemana-mana masih bisa diantar pakai mobil dan ac nya nyaman".

Perjalanan pun berlanjut, Alvaro akhirnya tertidur di bis. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1,5 jam, kami pun sampai di Perpusnas. Alvaro kembali terlihat semangat. 





Begitu memasuki halaman Perpusnas Alvaro langsung komentar "Wah, perpustakannya besar banget, ga kaya di sekolah aku kecil. Ini semua gedungnya isinya buku ya mama? Ada buku anak-anak ga?"  Kemudian aku jawab, kalau kalau disini adanya buku-buku, majalah sama koran aja. Disini banyak buku, majalah sama koran yang udah tua, nanti abang bisa lihat sendiri.

"Kalau buku untuk anak-anak, bukan disini tempatnya. Itu adanya di Perpusnas yang dekat Istana Presiden", lanjut aku menjawab pertanyaan Alvaro. Terlihat agak sedikit kecewa Alvaro. Tapi kemudian aku bilang, "Nanti disini abang bisa lihat koran yang umurnya jauh lebih tua dari mama, koran yang pertama kali terbit". Alvaro pun kembali semangat karena penasaran mau lihat koran yang pertama kali terbit di Indonesia.

Kebetulan pada hari itu di Perpusnas sedang ada pameran lukisan,kalau tidak salah ingat dalam rangka hari Pendidikan Nasional. Sebelum menuju ruang perpustakaan, Alvaro pun memilih untuk keliling - keliling melihat, semangat sekali. Alvaro tampaknya sudah melupakan kelelahan dan ketidaknyamanan perjalanan dengan bis.

Alvaro terlihat asik membaca tulisan pada lukisan yang di pamerkan, kemudian Varo juga membeli beberapa buku bacaan anak - anak yang dijual di stand - stand pameran.

Setelah puas berkeliling, kami pun naik ke perpustakaan koran. Untuk sampai ke ruang perpustakaan koran, kami melewati perpustaakaan buku. Karena ruangnya merupakan ruang kaca, jadi rak - rak buku bisa dilihat dari luar, Alvaro pun sekali - sekali melihat dan membaca judul - judul buku.

Akupun mulai melakukan riset dengan berbagai macam koran. Sementara aku riset, Alvaro juga asik dengan kegiatannya sendiri, dia asik membaca koran- koran terbitan lama. 

Alvaro asik membolak balik berbagai macam koran, kemudian membacanya. Nah, karena Alvaro ini orangnya tingkat penasarannya cukup tinggi. Dia asik aja bolak balik ke ruang perpustakaan sendiri untuk mengambil koran. Aku hanya mengingatkan karena ini perpustakaan, dia tidak boleh berisik. Sementara, ibu dan bapak petugas perpustakaan juga membiarkan Alvaro, katanya mereka seneng aja ada anak kecil penasaran lihat-lihat koran - koran terbitan lama.

Tapi dasar anak kecil, ada juga rasa bosannya. Saat bosan sudah melanda, Alvaro memilih untuk menggambar. Sengaja memang aku sudah membawakan buku dan alat gambar Alvaro dari rumah. 

Entah apa yang digambar Alvaro, tampaknya cuma dia aja yang paham.. Hehehhe. Berbagai macam gambar pun dihasilkan Alvaro.

Ada gambar yang menurut aku itu adalah gambar gunung dan gambar robot.

Setiap menggambar, Alvaro punya kebiasaan sambil berbicara atau bercerita. Untungnya saat itu perpustakaan sedang sepi, jadi ketika Alvaro menggambar sambil bercerita tidak ada yang terganggu.

Bahkan, ketika aku melirik ke Alvaro. Ternyata dia sambil menggambar sambil menceritakan kepada salah satu bapak petugas perpustkaan.. Hehehe, Alvaro langsung punya teman baru.

Semantara aku makin asik aja riset dengan tumpukan koran - koran, aku hampir melupakan Alvaro. Saat aku selesai, aku lihat Alvaro tidak ada di ruang baca, sontak aku panik. Aku pun mencari - cari Alvaro.

Dan ternyata, Alvaro sedang asik ngobrol sambil baca koran dengan ibu - ibu dan bapak - bapak petugas perpustakaan di ruang kerja mereka. Disana ada dinding yang ditempel dengan berbagai koran terbitan lama, Alvaro tampaknya penasaran dan ingin membacanya.

Pas aku mendekati Alvaro, aku tanya ngapain disini, nanti ganggu. Terus dijawab "Enggak, aku bantuin bapak ngerapihin koran. Ini mama ada koran lama banget, kata bapak ini korannya terbit sebelum Indonesia merdeka. Makanyanya kertasnya udah banyak yang robek. Tapi aku ga bisa bacanya, tulisannya aku ga ngerti".

Bapak yang dibantu Alvaro pun komentar. "Alvaro seneng katanya main ke Perpusnas, nanti katanya pas liburan dia mau main kesini lagi. Tapi mau lihat buku - buku yang udah lama - lama".


Riset ku pun selesai. Aku dan Alvaro pulang dengan menggunakan bis kembali, namun kali ini tidak lagi banyak protes yang keluar. Alvaro nampak mencoba menikmati perjalanan. Bis yang kami tumpangi, berhenti untuk mencari penumpang di Pasar Jatinegara. Kemudian, masuklah empat orang pengamen, yang secara penampilan menakutkan. Mereka tidak menyanyi, namun mereka berteriak - teriak saling bergantian meminta uang dengan menggunakan kata - kata kasar dan mengancam. Mereka pun minyilet tangan mereka. Alvaro ketakutan "Mama, aku takut, kita turun aja yuk". Aku bilang "ga usah, udah abang pura -pura tidur aja". Tapi Alvaro tetap ketakutan "Udah mama kasih uang aja, itu mereka udah deket, nanti kita diapa-apain sama mereka,". Aku pun memberikan uang.

Para pengamen turun, Alvaro sudah mulai tenang. Kemudian dia mengomentari pedagang di sepanjang Psar Jatinegara sampai stasiun. "Wah, disini banyak yang jual binatang ya mama, itu ada yang jual ayam, burung, kadal sama ular. Emang boleh ya". Itu juga banyak yang jual baju, batu cincin. Ini pasar apa sih?" Aku cuma jawab ya udah abang liha-lihat aja. Setelah menepuh perjalanan hampir 2 jam, kami pun tiba di rumah Opung nya Alvaro. Dan Alvaro semangat menceritakan perjalanan ke opungnya.

Ini liburan yang sederhana, liburan yang murah. Melihat antusias Alvaro menceritakan kembali perjalanannya, ini rupanya menjadi liburan yang menarik dan berkesan buat Alvaro. Selain itu, buat aku ini juga kesempatan untuk mengajarkan kepada Alvaro bahwa tidak selamanya dia akan merasakan kenyamanan, suatu saat dia akan merasakan ketidaknyaman, tapi dia tidak boleh mengeluh. (Diu Oktora, Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia, 21 Maret 2015)






11 Maret 2015

Menggapai Sembuh, Meraih Asa

Minggu ini anak ku Alvaro Bayanaka Maru yang duduk di kelas 2 SD sedang ujian tengah semester, dan seperti biasa setiap malam aku mengajarinya. Topik yang akan diujiankan besok adalah mengenai "Cita - Cita Ku". Terjadinya percakapan antara aku dan Alvaro

Alvaro : Mama cita - cita itu apa sih?

Aku    : Cita - cita itu adalah kalau nanti abang udah besar mau jadi apa. Emang abang kalau udah besar mau jadi apa?

Alvaro : Jadi dokter kayanya, atau jadi pilot, ga tau dech jadi apa

Aku     : Ya udah, tapi supaya abang bisa jadi dokter atau pilot abang harus sekolah, harus belajar yang rajin

Alvaro : Emang kalau ga sekolah ga bisa punya cita - cita?

Aku    : Bisa dong, tapi untuk jadi dokter, pilot itu harus sekolah. Kan itu ada sekolahnya sendiri. Kalau ga sekolah ga bisa. Nah selain sekolah, abang juga harus sehat. Makanya kalau makan harus habis, dan ga boleh jajan sembarangan.

Alvaro : Emang ada anak yang sakit terus ga bisa sekolah? Kasihan dong

Aku     : Ada, dan banyak temen - temen abang yang ga bisa sekolah karena sakit. Kemarin waktu mama ke Bandung, ada anak namanya Arya, ga bisa sekolah karena sakit, padahal cita - cita Arya mau jadi dokter sama kaya abang. Tapi Aria ga bisa sekolah karena dia sakit TB.

Alvaro : Sakit TB itu apa mama? 

Aku     : TB itu penyakit yang orangnya suka batuk - batuk lama dan ga sembuh - sembuh. Orang kena penyakit ini karena banyak kuman di udara yang terhirup sama orang yang ga batuk.

Percakapan dengan anak lanang ku ini lantas mengingatkan dengan sosok Arya, bocah usia 9 tahun yang aku temui saat aku mengikuti Workshop TB #SahabatJKN #lawan TB yang diadakan oleh Subdit TB Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan dan KNCV (NGO peduli TB) di Bandung pada tanggal 3 - 5 Maret lalu.

Arya hadir di acara workshop bersama dengan neneknya, Nenek Euis. Sang nenek pun bercerita bahwa Aria adalah penderita TB HIV, akibatnya sosok aria pun sedikit berbeda dengan anak usia sebayanya. Badannya terlihat ringkih, pipinya cekung, Arya lebih terlihat seperti anak usia 6 atau 7 tahun. 

Menurut nenek Euis, akibat penyakit yang diderita Arya, orang jadi mengucilkan keluarganya. "Tetangga dekat rumah banyak yang mengucilkan Arya, bahkan keluarga saya sendiri juga begitu. Pernah ada saudara saya yang sedang hajatan, terus saya ga boleh bantu - bantu karena Arya sakit. kalaupun saya datang, saya tidak boleh bawa Arya. Sedih juga lihat Arya diperlakukan seperti itu," cerita nenek yang sehari-hari harus bekerja di sebuah kantin untuk menghidupi keluarganya.

Arya tertular HIV dari kedua orangtuanya, menurut nenek Euis kedua orangtua Arya meninggal karena mengidap TB HIV. "Sejak itulah keluarga saya mulai dikucilkan. "Waktu ayah Arya meninggal, itu tahun 2008, tetangga bahkan keluarga tidak ada yang mau bantu, ga ada yang mau hadir. Waktu itu cuma ada 3 orang hansip yang mau bantu mengurus jenazah ayah Arya. Mereka katanya takut tertular," kisah nenek Euis sambil menahan isak. "Tahun 2014 lalu, ibunya Arya juga meninggal karena HIV dan Kanker Otak. Jadi Arya sekarang benar -  benar sendiri. Cuma ada saya yang menjaganya," lanjut cerita nenek Euis.

Walaupun usia Arya sudah 9 tahun, Arya terpaksa tidak bisa bersekolah seperti teman - teman sebayanya. "Tubuh Arya lemah, Arya sering sakit. Ga bisa cape sedikit aja. Setiap hari Arya juga tidak bisa mandi, jadi cuma dilap - lap aja. Karena kalau mandi Arya bisa flu," tutur nenek Euis sedih. daya tahan tubuh Arya memang lemah akibat HIV yang dideritanya. unsur kekebalan tubuh dalam darah Arya atau dalam istilah medis disebut dengan CD4 hanya ada 9 sel per mm3. Sementara orang normal, kadar CD4 nya 500 - 1600 sel per mm3. Nah untuk meningkatkan kadar CD4, Arya setiap hari harus mengkonsumsi Anti Retro Viral (ARV) untuk mengendalikan perkembangan virus HIV ditubuhnya dan makan makanan bergizi.

Arya ternyata harus menjadi "Bocah Tanggung", karena kondisi tubuh yang lemah Arya rentan terkena TB. Dan, pada tahun 2013, Arya didiagnosa terinfeksi penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Akhirnya Arya harus menjalani pengobatan TB selama 9 bulan. Sedih ya, bayangkan saja anak usia 9 tahun setiap hari harus minum obat dalam jumlah yang banyak dan besar -  besar pula ukurannya. Tapi salut dengan Arya, karena dia bisa melakukan itu setiap harinya, sehingga Arya pun dinyatakan sembuh dari TB.

Namun, seolah tidak mengetahui bahaya penyakit yang di deritanya, Arya tetaplah anak kecil yang selalu terlihat gembira dan asik dengan mainannya sendiri. Bahkan saat ditanya cita - cita nya apa jika besar nanti Arya dengan lantang menjawab "Mau jadi dokter, jadi kalau nanti nenek sakit bisa gendong nenek terus bawa nenek berobat. Eh, mau jadi ustad juga, biar bisa doa in orang - orang sama nenek".

Kegigihan nenek Euis untuk mengobati dan merawat Arya adalah sebuah usaha untuk menggapai kesembuhan bagi cucu tersayangnya. Sang nenek ingin sekali Arya bisa meraih asa nya entah itu sebagai dokter ataupun ustad seperti cita - cita Arya. "Saya pengen cucu saya bisa sembuh, bisa main sama teman - temannya, bisa sekolah. Sedih kalau liat Arya lagi sakit, saya ga mau Arya cepat meninggal. Arya masih kecil," harap nenek Euis. (Diu Oktora / Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia, 10 Maret 2015)