29 April 2015

Liburan = Berantakin Rumah Opung

Liburan panjang akhir minggu pada awal bulan April ini seperti biasa Alvaro dan Shaqira menghabiskan waktu liburannya di tempat favorit dan handalan mereka, dimana lagi kalau bukan di rumah opung di Perumnas 3 - Bekasi Timur.

Kalau libur di rumah Opung itu artinya mereka bebas melakukan apapun, termasuk berantakin rumah, salah satu ruangan di rumah Opung pasti mereka sulap jadi tempat mereka bermain. Itu artinya segala perabot atau barang lain jadi sarana bermain, barang - barang kaya kursi atau meja pasti mereka geser sana geser sini.

 Acara "ngeberantakin" rumah kegiatan yang paling Alvaro sama Shaqira senengin, karena Opung ga pernah ngelarang. Dan cuma di rumah Opung aja para krucil ini bisa ngelakuin hal seperti ini. Kalau nginep di tempat lain, mana bisa dan mana mungkin ngelakuin ini. Makanya, rumah Opung di Bekasi, selalu menjadi tempat favorit libur, laksana taman bermain buat Alvaro dan Shaqira.

Kalau rumah udah berantakan, itu pasti nyebelin banget, karena perlu tenaga ekstra untuk ngebersihinnya. Walaupun Alvaro dan Shaqira sudah terbiasa membereskan mainannya, tapi tetep emaknya atau opungnya harus turun tangan ngebersihin juga.

Tapi ternyata dibalik urusan ngeberantakin rumah, disana daya imajinasi Alvaro dan Shaqira bermain. Saat mereka menyusun permainan, bocah - bocah ini mempunyai bayangan apa yang mereka buat. Bahkan Shaqira yang umurnya baru 2,5 tahun pun bisa mengikuti imajinasi abangnya, karena saat abang adik ini membuat mainan, mereka berdua "berdiskusi" tempat apa yang mereka buat, nanti ngapain aja mereka di "bangunan" yang mereka buat itu.

Kali ini Alvaro dan Shaqira berimajinasi membangun benteng. Ruang tamu di rumah Opung pun dengan cepat berubah menjadi benteng ala duo Maru. Sofa - sofa di ruang tamu mereka dempetin, bantal kursi mereka jadikan tembok, tidak hanya itu bantal tidur di kamar pun mereka turunkan untuk tambahan tembok.

Saat mereka asik membuat benteng, aku yang memang selalu mendampingi anak - anak bermain iseng tanya - tanya.

Aku : Itu kalian buat apa?

Alvaro : buat benteng

Shaqira : buat anteng (membeo ucapan abangnya)

Aku : Abang, emang benteng apa?

Alvaro : tempat berlindung, kata mister (*gurunya di sekolah) benteng itu tempat berlindung dari musuh. Dulu waktu indonesia perang, pahlawan berlindungnya di benteng.

Aku : terus benteng yang abang buat ini untuk apa?

Alvaro : buat tidur - tiduran aja sambil main game, jadi main game nya aman. Ga bisa diganggu sama tante, karena udah dilindungin sama benteng.

Shaqira : buat minum susu mama, buat bo'bo (*Shaqira ga mau kalah ikutan jawab)

Ternyata kelakuan bocah - bocah kalau main ngeberantakin rumah ada sisi positifnya juga. Itu bisa merangsang daya imajinasi anak - anak untuk bisa berkreasi ala mereka. Tapi pendampingan orangtua memang tetap diperlukan, palinh tidak untuk mengarahkan pemikiran dan imajinasi anak - anak.

Baiklah, mari lipat lengan baju buat beresin rumah. (Diu Oktora, Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia, 29 April 2015)

11 April 2015

Shaqira si Bayi "Kanguru"

Melahirkan prematur tentu saja tidak pernah diinginkan oleh ibu manapun, begitu juga dengan aku. Walaupun proses kehamilan yang aku jalanin sejak kehamilan anak pertama ku selalu bermasalah, tapi tidak pernah terpikirkan bahwa aku akan melahirkan anak prematur di kehamilan anak kedua.

Sekedar flashback, proses kehamilan buat aku adalah suatu perjuangan yang sangat - sangat berat. Makanya setiap dapet pertanyaan "Diu, ga pengen punya anak lagi?" aku seringkali menjawab "Kalau boleh punya anak ga pake hamil, tapi langsung melahirkan aku mau. Aku kalau melahirkan jago dech, tapi kalau hamilnya aku trauma".

Sejak kehamilan anak pertama ku, Alvaro Bayanaka Maru, sepanjang 9 bulan proses kehamilan adalah perjuangan. Mulai dari dinyatakan hamil oleh dokter hingga usia kandungan 6 bulan aku selalu mengalami flek bahkan sempat mengalami pendarahan. Masuk di usia kandungan 7 bulan, aku mengalami kontraksi sehingga dokter memutuskan aku harus bedrest total ditempat tidur hingga melahirkan. Alhamdullilah, tepat di usia kandungan 9 bulan, putra pertama ku lahir dengan persalinan normal.

Alvaro Bayanaka Maru, 12 November 2007
 Proses persalinan nya pun sangat cepat, aku masuk rumah sakit jam 12 siang, jam 4 sore aku dibawa ke kamar bersalin karena sudah pembukaan 4 dan menjelang magrib, Alvaro lahir. Padahal di kamar sebelah aku masih dengar ada yang menjerit-jerit, kata perawat yang membantu proses persalinan ku, ibu di kamar sebelah sudah dari kemarin malam masuk kamar persalinan namun belum melahirkan juga.

Saat hamil Shaqira, anak kedua ku, proses kehamilan juga bermasalah. Disaat usia kandungan 7 bulan, ketuban aku rembes, jadilah selama satu minggu aku harus bedrest total di rumah sakit. Selama bedrest aku tidak boleh bergerak sama sekali, tidur miring pun tidak boleh, bahkan makan, minum, mandi, buang air besar harus berbaring ditempat tidur, sementara untuk buang air kecil oleh dokter dipasang kateter... Duh, kalau inget itu, sakitnya ga kuat. Karena dokter juga harus memberikan obat dan suntikan untuk menguatkan organ si bayi dalam kandungan.

Setelah seminggu di rumah sakit, aku boleh pulang. Tapi bukan berarti bebas dari bedrest. Di rumah pun aku harus bedrest total seperti di rumah sakit... Hiks hiks penderitaan belum usai, karena dokter mengusahakan aku bisa bertahan dan melahirkan diusia kandungan 9 bulan. Namun dua minggu bedrest di rumah, ternyata kehamilan ku tidak bisa ditahan.  Saat usia kandungan ku 9 bulan kurang 1 minggu aku melahirkan. Ini pun proses melahirkannya cepat. Jam 10.30 malam aku masuk rumah sakit. Jam 11 malam aku dimasukan ke kamar bersalin, jam 11.45 menit anak kedua ku Shaqira Layla Maru lahir dengan persalinan normal.

Shaqira Layla Maru, 25 November 2012
Karena saat melahirkan usia kandungan ku belum 9 bulan, itu artinyz aku melahirkan prematur, bayi ku pun kecil. Berat badan lahir Shaqira hanya 2 kg. Oleh dokter anak, bayi ku langsung dimasukan ke inkubator sebagai tindakan pertama penanganan bayi prematur. Alhamdullilah, Shaqira hanya lima hari saja dalam inkubator, katanya bayi yang lahir prematur seperti Shaqira umumnya di inkubator selama 2 - 3 bulan. Ini juga terjadi dengan teman ku yang kebetulan melahirkan beda satu minggu dengan aku, teman ku juga melahirkan prematur, namun anaknya harus diinkubator selama 2 bulan.

Karena lahir prematur, jujur aja aku khawatir dengan bagaimana merawat Shaqira. Namun, dokter anak yang merawat Shaqira bilang kalau untuk anak prematur itu kuncinya cuma satu, yaitu pastikan tubuhnya hangat. Jadi di rumah yang harus aku lakukan adalah :
  1. Setiap pagi Shaqira harus dijemur matahari tanpa menggunakan pakaian.
  2. Di kamar, tepat di atas Shaqira tidur (kurang lebih 50 cm dari posisi tidur) pasang lampu sebesar 60 watt yang berwarna kuning. Ini minta ampun panasnya, pendingin ruangan pun hanya boleh di 27 C. Ini harus dilakukan selama 3 bulan, jadi setiap hari, 24 jam selama 3 bulan, Shaqira kaya anak ayam dipasangin lampu untuk menghanhatkan tubuhnya. Ini pengganti inkubator. 
  3. Setiap hari, selam 30 menit dilakukan metode kanguru dengan Shaqira. Ini dilakukan secara rutin selama 3 bulan.
Menurut dr. Andi Sugoro, dokter anak di RS Omni Alam Sutera, Tangerang, metode kanguru adalah perawatan bayi yang baru lahir dengan cara melekatkan tubuh bayi di dada mama. Caranya sangat mudah, semua pakaian Shaqira dilepas sementara pakaian dibagian dadaku juga dilepas, setelah itu Shaqira diletakkan di dadaku, kemudian aku dan Shaqira diselimutin. Kata dokter persentuhan kulit antara ibu dan anak merupakan transfer panas yang sangat baik untuk bayi prematur. Ini terbukti bisa meningkatkan berat badan si bayi dan suhu tubuh bayi juga lebih stabil.

Menangani bayi yang lahir prematur memang sedikit harus lebih ekstra jika dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan usia kandungan yang cukup. Menurut data dari LSM Save the Children Indonesia, penanganan bayi lahir prematur yang tidak maksimal merupakan salah satu penyebab masih tingginya angka kematian bayi di Indonesia. Nah, perawatan dengan metode Kanguru ini menjadi salah satu solusi untuk mengurangi angka kematian bayi prematur.

"Bayi prematur lebih rentan meninggal karena biasanya lahir dengan berat bdan yang rendah, kesulitan bernafas atau bahkan ada yang mengalami infeksi berat. Oleh karena itu dengan ibu rajin melakukan metode kanguru di rumah maka terjadi interaksi kulit antara bayi dan mama nya. Ini sangat bagus dan tidak ada biayanya. Daripada harus menghangatkan bayi dengan inkubator, sudah pasti biayanya mahal dan kedekatan antara bayi dan ibu tidak terjalin", papar dr Andi Sugoro.

Nah, menyinggung soal biaya inkubator, itu memang mahal. Shaqira yang hanya 5 hari mendapatkan perawatan di inkubator, biayanya saja mencapai 12 juta rupiah. Bagaimana yang bayinya harus di inkubator 2 - 3 bulan, itu pasti bisa puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Menurut teman ku yang anaknya di inkubator selama 2 bulan, mereka terpaksa harus melego mobil inovanya.

Namun, menurut dr. Andi, memang tidak semua bayi lahir prematur bisa dilakukan perawatan dengan metode Kanguru. "Metode Kanguru baru bisa dilakukan dua minggu setelah kelahiran, jadi memang perawatan pertama bayi lahir prematur adalah dengan inkubator. Metode ini umumnya dilakukan pada bayi yang lahir dengan berat kurang lebih 2 kg. Kemudian bayi tidak mengalami kelainan atau ada penyakit lain yang menyertai. Refleks dan daya hisap serta menelan si bayi juga harus baik", jelas nya.


Alhamdullilah, dengan mengikuti semua petunjuk dokter, Shaqira kini tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria. Pertumbuhannya baik fisik maupun non fisik tidak mengalami gangguan, semua normal.

Dengan metode kanguru, bayi kecil ku bisa tumbuh dengan baik dan sehat. Alhamdullilah juga aku mendapatkan dokter yang sangat membantu. Karena memang merawat bayi prematur itu harus sangat ekstra, memandikannya tidak bisa sembarangan karena suhu tubuh bayi prematur tidak boleh turun.

Sekarang kalau lihat Shaqira dengan lincah dan kebawelannya selalu ingat dulu lahirnya kecil banget, siapapun yang mau gendong Shaqira ga ada yang berani karena kecilnya. Bahkan opung nya baru berani gendong Shaqira setelah umur setahun. Padahal waktu abangnya, Alvaro, si opung dari lahir udah langsung gendong.

Ilmu lain yang aku dapat setelah mengetahui metode Kanguru, bahwa metode ini bisa juga diterapkan bukan hanya untuk bayi prematur saja. Sampai sekarang diusia Shaqira yang sudah 2 tahun ini masih sering aku gunakan, terutama jika Shaqira badannya panas. Bahkan Alvaro juga begitu, kalau badannya panas, papa nya langsung melakukan metode kanguru. Alhamdullilah ini mujarab banget, panas di anak langsung turun karena terjadi transfer suhu dengan orangtua. Dan pastinya dengan menggunakan metode Kanguru, bisa untuk menghindari anak sering minum obat penurun panas. (Diu Oktora, Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia, 11 April 2015)


Tulisan ini diikutkan dalam kompetisi menulis yang diadakan oleh NUK Indonesia dengan tema #Pregnancy Story

https://www.facebook.com/notes/nuk-baby-indonesia/pregnancy-story-writing-competition/840103549360786