12 Januari 2016

Prasasti Puskom Publik (Kementerian Kesehatan RI)

Tak kenal maka tak sayang, kalau sudah kenal pasti akan ada kenangan yang terukir. Kalimat itu tampaknya bisa menggambarkan hubungan kerja dengan Pusat Komunikasi Publik (Puskomblik) hampir tiga tahun lalu.

Awal perkenalan dengan Puskomblik adalah saat aku bekerja disebuah perusahaan PR. Kebetulan PR tempat ku dulu bekerja adalah konsultan komunikasi untuk Puskomblik. Banyak kejadian seru selama aku melakukan pendampingan di Puskomblik.

Salah satu keseruan adalah saat pertama kali Puskomblik mulai aktif dengan sosial media. Buat humas kementerian, sosial media ketika itu umumnya bukanlah suatu target media komunikasi, namun merupakan beban kerja tambahan. Namun niat Kepala Puskomblik saat itu Ibu Murti Utami, yang biasa disapa dengan Mbak Ami sangat serius memanfaatkan medium sosial media sebagai salah satu sarana komunikasi dengan masyarakat.

Salah satu keseriusan itu ditunjukan dengan membentuk tim yang terdiri atas 7 orang generasi muda, dan dinamakan “7 Rempong” sesuai dengan namanya kerjaan tim kecil ini memang rempong abis. Entah memang pembentukan tim ini tepat momentum atau ini merupakan uji nyali dan kesabaran “the rempong” sebab banyak sekali peristiwa yang terjadi dan waktunya pasti di saat weekend dimana itu waktu yang biasanya teman-teman Puskom libur. Namun karena Puskom sudah memutuskan untuk terlibat di sosial media, mau tidak mau harus bekerja 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.

Sakin seringnya berhubungan kerja dengan teman-teman puskom, terutama dengan 7 Rempong. Hubungan kami tidak hanya sekedar soal pekerjaan saja, tapi justru lebih menjadi seorang teman, lebih personal. Jadi obrolan kami tidak hanya soal kerjaan saja, kami pun bertemu tidak hanya dalam rapat-rapat pendampingan atau evaluasi saja, tapi kami sering juga nongkrong bareng di kantin Kementerian Kesehatan. Dari nongkrong-nongkrong itu ide-ide temen-temen 7 Rempong ini brilliant banget untuk ngembangin sosial media Kemenkes.

Terkait dengan 7 Rempong, ada beberapa hal yang wajib diacungin 4 jempol. Saat memulai sosial media, 7 Rempong tidak memiliki keahlian dalam menulis berita, menulis tweet untuk corporate. Namun karena semangat mereka yang sangat tinggi, tidak sampai satu bulan The Rempong sudah bisa melakukan itu semua.

Kerempongan yang tidak bisa dilupakan adalah saat ada kasus kuesioner kelamin yang tersebar di sekolah dasar di Sabang, Aceh. Peristiwa ini ramai di sosial media pada sabtu malam, akun twitter @puskomdepkes ramai dihujani tweet tentang ini. Inget banget, waktu itu aku sudah tidur, dan ada telepon masuk dari mbak Nani, salah seorang tim 7 Rempong, kata mbak Nani “Mbak Diu, baca twitter dong, lagi rame di akun Puskom” buka laptop lah aku, sambil diskusi dengan mbak Nani (yang memang hari itu adalah jadwalnya piket untuk “jagain” akun @puskomdepkes) kami menyusun strategi untuk merespon cepat di twitter.

Karena sudah tengah malam, saya sampaikan ke mbak Nani, biarkan saja sekarang ramai di twitter, dan kita juga tidak mungkin menghubungi kapuskom tengah malam seperti ini untuk approval respon yang akan kita buat. Kita akan merespon semua ini besok pagi sebelum jam 9, itu artinya malam ini kita harus segera menyusun tweet respon dan email malam ini juga ke kapuskom untuk segara di approval besok pagi-pagi agar bisa kita tweet segera.

Akhirnya diskusi telepon dengan mbak Nani selesai, kami pun melanjutkan tek tok melalui email. Dan malam itu tersusunlah tweet untuk merespon kasus kuesioner kelamin. Dan kasus ini dapat “diredam” dalam waktu sehari oleh Puskom baik di sosial media, berita online dan berita tulis.

Keseruan lain kerja dengan temen-temen Puskom adalah saat sosialisasi JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Saat itu, tahun 2014 Pemerintah melalui Kemenkes baru saja meluncurkan program Jaminan Kesehatan untuk seluruh warga negara Indonesia. Karena ini terkait kesehatan, Kementerian Kesehatan memiliki tugas untuk melakukan sosialisasi keseluruh lapisan masyarakat.

Hal yang tidak bisa dilupakan saat menyusun sosialisasi JKN dengan temen-temen Puskom adalah sosialisasi untuk buruh. Ini adalah sosialisasi yang paling deg-deg an selama memperkenalkan program kesehatan baru pemerintah ini, karena buruh saat itu adalah barisan terdepan yang menolak pemerintah mengadakan program JKN.

Strategi pun disusun, mulai dari narasumber. Siapa narasumber yang dianggap paling bisa bicara dengan buruh dan membuat buruh mau mendengar. Berbagai nama narasumber dimunculkan, berbagai kriteria narasumber disebutkan. Tidak hanya itu layout ruang pertemuan pun disusun sedemikian rupa. Bahkan strategi untuk “melarikan diri” dari acara baik untuk narasumber maupun tim Puskom juga juga dipikirkan khawatir terjadi keributan dengan buruh.

Hmm.. Sesungguhnya masih banyak cerita dibalik cerita dengan Puskom. Namun, ada satu yang memang harus diacungi jempol, Puskom Kemenkes memang layak memiliki sebuah Prasasti. Mengapa? Karena Puskom Publik Kemenkes menunjukkan bahwa mereka adalah institusi yang professional dan jika kita terlibat “dibalik dapur” nya Puskom itu semua akan membalikan image, pandangan, opini bahwa Puskom kementerian hanyalah tukang menyebarkan press rilis saja.

Sekarang Puskom Publik sudah bertransformasi menjadi Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, semoga fisik yang baru ini akan terus membawa ruh Puskom Publik sehingga bisa menjadi lebih baik.

di penguhujung pengabdian, Puskom Publik Kemenkes meluncurkan buku "Prasasti Puskom Publik" baca buku ini semua orang akan bisa tahu bagaimana Puskom memeras keringat sebagai ujung tombak komunikasi di Kementerian Kesehatan.

Bangga dan senang pernah bekerja dengan tim hebat seperti Puskom Publik Kemenkes…

Bangga dan senang bisa menjadi bagian kecil dari kesuksesan Puskom Publik Kemenkes…


Bangga dan senang bisa menyaksikan kesuksesan Puskom Publik Kemenkes…

Teruslah mengukir prestasi dengan tinta emas mu, ditunggu prasasti lainnya. (Diu Oktora, Cikupamas / 12 Januari 2016)