28 Juli 2016

Cerita Lebaran : Hiruk Pikuk Lebaran (part 3)

Lebaran tiba... Kumandang takbir bersahut-sahutan dari masjid di sekitar rumah. Tidak kalah ramainya takbir keliling yang dilakukan anak-anak sambil memukul beduk. Suasana lebaran di rumah mama memang berbeda, disini masih ramai. 

Pagi menjelang sholat Ied, suasana rumah sudah mulai ramai sejak pukul 4 pagi. Kebetulan lebaran kali ini kami semua, termasuk adik ku yang tinggal di Balikpapan, Kalimantan Timur bisa datang bersama anak dan suaminya. Jadilah mulai siapa yang mandi duluan, mulai berpakaian dan sarapan terjadi hiruk pikuk, ditambah lagi ada 3 krucil, dua krucil anak ku dan satu krucil anak adik ku menambah kerusuhan di pagi hari.

Akhirnya setelah terjadi berbagai kehebohan di rumah, kami pun berangkat sholat Ied di masjid dekat rumah. Usai sholat kami langsung pulang ke rumah, sambil bersalam-salaman dan bermaaf-maafan dengan tetangga rumah yang berpapasan di jalan. Usai tiba di rumah, kami langsung menutup pintu, karena kebiasaan di rumah kami adalah saling bermaaf-maafan dengan keluarga dulu baru keliling ke tetangga.

Lebaran kali ini, kami memang bisa berkumpul semua, mama, kami 4 bersaudara, 2 menantu dan 3 cucu. Namun, ada rasa haru dan hampa yang tetap kami rasakan, karena ini adalah tahun keempat kami lebaran tanpa kehadiran ayah yang sudah berpulang ke rumah Allah.

Namun, lebaran tetaplah waktunya bersuka cita, walaupun ada rasa sedih yang terselip, tapi kami masih merasakan kegembiraan lebaran. Kami masih menikmati masakan lebaran yang sedap buatan mama. Kami pun berkeliling bersilaturahmi dengan tetangga.

Lebaran, tetap hari yang paling membahagiakan buat anak-anak, kalau kata Alvaro "lebaran waktunya dapat uang banyak, semua yang datang dan salaman pada ngasih uang TeHaEr". Kesibukan sore menjelang akhir hari pertama lebaran, para krucil mempunyai kesibukan sendiri menghitung uang lebaran yang mereka dapatkan. Lucu mendengar celoteh mereka merencanakan uang hasil lebarannya ingin digunakan untuk apa. Selamat lebaran, mohon maaf lahir dan batin.

Cerita Lebaran : Hiruk Pikuk Lebaran (part 3)

Lebaran tiba... Kumandang takbir bersahut-sahutan dari masjid di sekitar rumah. Tidak kalah ramainya takbir keliling yang dilakukan anak-anak sambil memukul beduk. Suasana lebaran di rumah mama memang berbeda, disini masih ramai. 

Pagi menjelang sholat Ied, suasana rumah sudah mulai ramai sejak pukul 4 pagi. Kebetulan lebaran kali ini kami semua, termasuk adik ku yang tinggal di Balikpapan, Kalimantan Timur bisa datang bersama anak dan suaminya. Jadilah mulai siapa yang mandi duluan, mulai berpakaian dan sarapan terjadi hiruk pikuk, ditambah lagi ada 3 krucil, dua krucil anak ku dan satu krucil anak adik ku menambah kerusuhan di pagi hari.

Akhirnya setelah terjadi berbagai kehebohan di rumah, kami pun berangkat sholat Ied di masjid dekat rumah. Usai sholat kami langsung pulang ke rumah, sambil bersalam-salaman dan bermaaf-maafan dengan tetangga rumah yang berpapasan di jalan. Usai tiba di rumah, kami langsung menutup pintu, karena kebiasaan di rumah kami adalah saling bermaaf-maafan dengan keluarga dulu baru keliling ke tetangga.

Lebaran kali ini, kami memang bisa berkumpul semua, mama, kami 4 bersaudara, 2 menantu dan 3 cucu. Namun, ada rasa haru dan hampa yang tetap kami rasakan, karena ini adalah tahun keempat kami lebaran tanpa kehadiran ayah yang sudah berpulang ke rumah Allah.

Namun, lebaran tetaplah waktunya bersuka cita, walaupun ada rasa sedih yang terselip, tapi kami masih merasakan kegembiraan lebaran. Kami masih menikmati masakan lebaran yang sedap buatan mama. Kami pun berkeliling bersilaturahmi dengan tetangga.

Lebaran, tetap hari yang paling membahagiakan buat anak-anak, kalau kata Alvaro "lebaran waktunya dapat uang banyak, semua yang datang dan salaman pada ngasih uang TeHaEr". Kesibukan sore menjelang akhir hari pertama lebaran, para krucil mempunyai kesibukan sendiri menghitung uang lebaran yang mereka dapatkan. Lucu mendengar celoteh mereka merencanakan uang hasil lebarannya ingin digunakan untuk apa. Selamat lebaran, mohon maaf lahir dan batin.

Cerita Lebaran : Hiruk Pikuk Lebaran (part 3)

Lebaran tiba... Kumandang takbir bersahut-sahutan dari masjid di sekitar rumah. Tidak kalah ramainya takbir keliling yang dilakukan anak-anak sambil memukul beduk. Suasana lebaran di rumah mama memang berbeda, disini masih ramai. 

Pagi menjelang sholat Ied, suasana rumah sudah mulai ramai sejak pukul 4 pagi. Kebetulan lebaran kali ini kami semua, termasuk adik ku yang tinggal di Balikpapan, Kalimantan Timur bisa datang bersama anak dan suaminya. Jadilah mulai siapa yang mandi duluan, mulai berpakaian dan sarapan terjadi hiruk pikuk, ditambah lagi ada 3 krucil, dua krucil anak ku dan satu krucil anak adik ku menambah kerusuhan di pagi hari.

Akhirnya setelah terjadi berbagai kehebohan di rumah, kami pun berangkat sholat Ied di masjid dekat rumah. Usai sholat kami langsung pulang ke rumah, sambil bersalam-salaman dan bermaaf-maafan dengan tetangga rumah yang berpapasan di jalan. Usai tiba di rumah, kami langsung menutup pintu, karena kebiasaan di rumah kami adalah saling bermaaf-maafan dengan keluarga dulu baru keliling ke tetangga.

Lebaran kali ini, kami memang bisa berkumpul semua, mama, kami 4 bersaudara, 2 menantu dan 3 cucu. Namun, ada rasa haru dan hampa yang tetap kami rasakan, karena ini adalah tahun keempat kami lebaran tanpa kehadiran ayah yang sudah berpulang ke rumah Allah.

Namun, lebaran tetaplah waktunya bersuka cita, walaupun ada rasa sedih yang terselip, tapi kami masih merasakan kegembiraan lebaran. Kami masih menikmati masakan lebaran yang sedap buatan mama. Kami pun berkeliling bersilaturahmi dengan tetangga.

Lebaran, tetap hari yang paling membahagiakan buat anak-anak, kalau kata Alvaro "lebaran waktunya dapat uang banyak, semua yang datang dan salaman pada ngasih uang TeHaEr". Kesibukan sore menjelang akhir hari pertama lebaran, para krucil mempunyai kesibukan sendiri menghitung uang lebaran yang mereka dapatkan. Lucu mendengar celoteh mereka merencanakan uang hasil lebarannya ingin digunakan untuk apa. Selamat lebaran, mohon maaf lahir dan batin.

05 Juli 2016

Cerita Lebaran : Preparing Idul Fitri (part 2)

Alhamdullilah akhirnya hari kemenangan pun tiba, pemerintah telah menetapkan 1 Syawal 1437 H jatuh pada Rabu, 6 Juli 2016. Tak berbeda denga keluarga muslim lainnya, keluarga kami pun bersiap menyambut datangnya hari nan fitri.

Hari ini, karena asisten rumah tangga di rumah mama sudah mudik, kami pun 4 bersaudara memulai pagi dengan membagi pekerjaan, ada yang nyuci baju, ada yang cuci piring, ada yang setrika baju dan ada yang beberes rumah. Setelah pekerjaan rumah selesai, kami pun mulai bersiap masak hidangan untuk lebaran.

Tahun ini, karena ada 3 krucil cucu mama di rumah, mama memutuskan untuk mulai menyicil masak dan menyiapkan bahan masakan sejak hari minggu, sehingga hari ini kami tidak terlalu direpotkan dengan hiruk pikuk urusan dapur.

Untuk urusan masak, tetap koki utamanya mama. Kami anak-anaknya kebagian ngupas, motong-motong atau ngiris-ngiris saja. Akhirnya rendang, sambal ati kentang goreng, ayam goreng, ikan teri dan sayur pepaya siap disantap di hari lebaran. Untuk lontong, seperti tahun sebelumnya kami memilih memesan saja. Begitu juga dengan kue-kue kering lebaran.

Nah, yang paling heboh dan rusuh tentu aja para krucil. Cucu-cucu opung ini repot juga mau ikutan masak, dan tetep pada akhirnya cuma ngeberantakin aja. Dan rumah pun jadi kaya kapal pecah dibuat mereka.

Setelah hiruk pikuk masak selesai, sore hari pun kami tutup dengan membersihkan rumah, menyusun kue-kue kering di meja, menyiapkan baju dan perlengkapan sholat yang akan dipakai besok untuk sholat Ied. Dan malam ini kami tutup dengan sedikit pekerjaan tangan melinting dan mengikat uang lembaran 2 ribu dan 5 ribu yang akan kami bagikan untuk anak-anak kecil sekitar rumah saat silaturahmi usai sholat.

Alhamdullilah.. Semua persiapan lebaran selesai, sekarang waktunya istirahat, dan besok bangun pagi-pagi bersiap untuk sholat Ied. Selamat hari raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir & Batin. (Diu Oktora/Perumnas 3 - Bekasi Timur, 5 Juli 2016)

Cerita Lebaran : Mudik Time (part 1)

Mudik.. Pulang kampung, tradisi yang satu ini sangat kental di Indonesia, apalagi saat lebaran, tampaknya hampir semua penduduk Indonesia melakukannya di saat lebaran. Salah satu contohnya adalah kemacetan parah di jalur-jalur mudik seperti di "Brexit" alias Brebes Exit hingga berkilo-kilo meter atau berjam-jam lamanya. Contoh lainnya, Jakarta yang tiba-tiba menjadi kota yang paling nyaman sedunia, biasanya tiap hari banyak orang yang marah-marah atau mengeluh karena macet yang sangat parah, "aduh, dari semanggi ke senayan aja, bisa satu jam, padahal cuma puter balik doang, makin ga bener macet Jakarta". Tapi sekarang keadaan berbalik "Bekasi Timur - Jakarta, 30 menit aja, lancar jaya".

Nah.. Kalau aku gimana ya? Mudik juga ga ya.. Almarhum Ayah orang Malang, Jawa Timur, tapi disana sudah tidak ada keluarga, otomatis setiap lebaran tidak pernah mudik ke kota dingin itu. Mama ku orang Balige, Sumatera Utara, tapi orangtua mama ku juga sudah tidak ada, walaupun masih banyak saudara, tapi mama hampir tidak berlebaran di sana.

Trus, kampung halaman ku dimana ya? Sejak tahun 1986, keluarga kami pindah ke Bekasi Timur, nah sejak itulah kampung halaman ku yang keempat adalah Bekasi.. Ke kota Patriot itulah aku mudik tiap lebaran.. Alhamdullilah deket, tapi tetep deg-degan juga, takut kena macet pas berangkat.

Walaupun sebenarnya ke Bekasi sering aku lakukan, tidak hanya saat lebaran. Apalagi saat anak-anak liburan sekolah atau long weekend, sudah pasti kita nginap di Bekasi. Tapi memang ke Bekasi saat menjelang lebaran suasananya pasti berbeda, apalagi bawaan barangnya. Biasanya paling bawa travel bag kecil atau tas ransel cukup, tapi pas lebaran bisa bawa koper. Perbedaan lainnya, persiapan alias packing, kalau libur biasa, hari itu berangkat, hari itu baru packing. Tapi kalau lebaran, biar cuma ke Bekasi aja, packingnya bisa dari seminggu sebelum berangkat. Padahal rumah ku cuma di Tangerang Selatan :-)

Buat aku, mudik itu bukanlah dari tempat atau kampung yang kita datangi jauh atau dekat. Tapi buat aku, mudik itu persoalan hati, walaupun dekat tapi suasananya hati berbeda seperti lebaran, nuansa mudik itu kental terasa juga.

Tradisi mudik di Indonesia

Lebaran merupakan salah satu momentum bagi umat Islam di Indonesia untuk mudik. Bahkan ini menjadi fenomena unik dalam tradisi mudik di Indonesia, ribuan orang dalam waktu yang bersamaan meninggalkan suatu tempat untuk menuju kampung halamannya.

Menurut Wikipedia, secara etimologi, kata mudik berasal dari kata udik yang artinya Selatan atau Hulu. Dahulu, pada saat Jakarta masih bernama Batavia, suplai hasil bumi di Batavia diambil dari wilayah di luar tembok kota di Selatan. Untuk membawa hasil bumi tersebut, para petani dan pedagang di jaman itu membawanya melalui sungai. Dari situlah kemudian muncul istilah milir mudik, yang artinya bolak balik dari udik menuju kota dan sebaliknya secara terus menerus.

Sementara itu, dalam bahasa Jawa Ngoko, mudik berati mulih dilik, yang artinya pulang sebentar. Tradisi mudik sebenarnya merupakan tradisi primodial masyarakat petani Jawa yang sudah berlangsung sejak sebelum zaman Kerjaan Majapahit. Dahulu para perantau pulang ke kampung halaman untuk membersihkan makam para leluhurnya untuk meminta keselamatan dalam mencari rezeki.

Istilah mudik lebaran sendiri baru berkembang sekitar tahun 1970-an. Ketika itu, Jakarta tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dan saat itu juga sistem pemerintahan di Indonesia terpusat di Jakarta. Kemajuan Jakarta saat itu jauh lebih pesat dibandingkan kota lain di Indonesia, sehingga banyak orang berdatangan ke Jakarta untuk mengadu peruntungan rejeki. Buat mereka yang sudah bekerja di Jakarta, biasanya mendapatkan libur panjang hanya pada saat lebaran. Waktu itulah yang dimanfaatkan para perantau di Jakarta untuk pulang kampung, inilah yang kemudian menjadi tradisi tiap tahunnya. (Diu Oktora/Perumnas 3 - Bekasi Timur, 5 Juli 2016).