22 April 2008
" One Of My Inspiration "
Alvaro Bayanaka Maru
Menikah & be a mother ... Dulu tidak pernah terpikirkan, bahkan terlintas pun tidak. Kehidupan sendiri yang bebas dan tidak ada beban serta tanggung jawab menjadi pilihan yang menggiurkan. Namun, pada 2005, Allah SWT berkehendak lain. Pilihan untuk hidup sendiri dihapuskan Allah SWT dengan menghadirkan seorang laki - laki, yang akhirnya menjadi suami - pendamping hidup.
28 Januari 2006 .... Be a merried women
Perubahan hidup terus berlanjut ....
April 2007 ... Kabar kehamilan datang dari dokter ... Be a mother comes true ....
12 November 2007 ... " Alvaro Bayanaka Maru " hadir menyemarakan kehidupan. Kehadiran " Alvaro Bayanaka Maru " mengajarkan untuk menjadi manusia & perempuan seutuhnya .... Terima kasih anak ku
" Alvaro Bayanaka Maru " mewujudkan kenikmatan, keindahan & kesenangan menjadi seorang ibu ... Mama ...
Tawa & senyum " Alvaro " adalah pelepas dahaga disaat kelelahan, kepenatan & kekesalan hadir. Bermain & bercanda dengan " Alvaro " adalah momen terindah dan menyenangkan yang tak akan pernah tergantikan. Pelukan, pegangan dan genggaman " Alvaro " adalah sentuhan terlembut yang tak akan pernah ingin dilepaskan sepanjang hayat masih di kandung badan.
Mama ... Mama ... Adalah kata pertamanya yang terindah, termerdu, yang membuat ingin menangis penuh kebahagian yang tak terhingga dan tergantikan. Terima kasih ya Allah SWT, Kau telah merubah pandangan hidup hamba Mu. Menikah dan menjadi ibu ternyata bukanlah belenggu dalam kehidupan.
" Alvaro Bayanaka Maru " ... Anugrah terindah dan terpenting yang kau berikan, tlah membuktikannya ...
21 April 2008
RA KARTINI
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Beliau adalah keturunan keluarga yang cerdas. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa.
Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, dimana kondisi sosial saat itu perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912. Nama sekolah tersebut adalah " Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.