"PLN nich seenak-enaknya aja, sering mati lampu, pemadaman bergilir lah. Tapi kalau kita bayar listrik telat sedikit langsung diputus" ... Keluhan seperti ini pasti sering banget terlontar dari ibu-ibu rumah tangga.
Omelan terhadap PLN juga tak kalah serunya di media sosial, Twitter misalnya. Setiap listrik mati, di tweetland pasti ramai dengan kicauan yang menyalahkan PLN dan meminta pertanggungjawaban perusaahaan listrik milik negara ini.
Persoalaan pasokan listrik memang menjadi salah satu persoalan rumit di negara Indonesia tercinta ini. Bahkan , Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) - Jarman sempat mengungkapkan pada tahun 2018 Indonesia, tepatnya pulau Jawa akan mengalami defisit listrik... Nah, kalau sudah begini PLN sebagai satu-satunya perusahaan milik negara yang menggawangi urusan kelistrikan menjadi sasaran empuk untuk di marah-marahi atau disalahkan oleh berbagai pihak, kinerja PLN dinilai gagal.
Berdasarkan data PLN, Pertumbuhan kebutuhan listrik memang tak sebanding dengan kemampuan PLN menyediakan pembangkit. Kebutuhan listrik selalu naik 5.300 MW per tahun, sedangkan PLN hanya bisa memenuhi sekitar 4.000 MW tiap tahunnya.
Sementara itu, berdasarkan dokumen yang menjadi acuan untuk penyediaan listrik di Indonesia, yaitu Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2013-2023, Indonesia pada tahun 2023 memerlukan tambahan kapasitas pembangkit sebanyak 59,5 GW untuk melayani pertumbuhan kebutuhan listrik yang mencapai 386 TWh. Dari total kapasitas itu, PLN hanya akan membangun 16,9 GW.
Pada dokumen tersebut peran PLN dalam rangka penyediaan listrik nasional juga dikurangi. Misalnya pada 2018, PLN hanya akan memenuhi kebutuhan pembangkit sebesar 1.234 MW dan terus merosot hingga tersisa hanya 55 MW pada 2019.
Merosotnya peran perusahaan yang berdiri sejak tahun 1945 ini terkait dengan kemampuan keuangan persero. Untuk memenuhi listrik di Indonesia diperlukan uang sebesar US$12,5 miliar setiap tahun, sementara kemampuan keuangan PLN hanya US$5 miliar per tahun.
Sementara itu, Wakil Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), Raden Pardede menilai persoalan ketenagalistrikan di Indonesia masih berkutat dengan penyediaan anggaran, subsidi dan infastruktur.
Hadeuhhhh... Pusingkan kalau ngobrolin persoalan krisis listrik di negara kita ini. Tapi biarlah soal anggaran, subsidi, infrastruktur jadi pembicaraan tingkat tinggi para pejabat di pemerintahan.
Tapi, bukan berarti kita sebagai warga negara terus cuma diem aja, cuma ngomel-ngomelin PLN kalau ada pemadaman listrik bergilir. Justru kita harus berbuat sesuatu, karena masyarakatlah salah satu penentu berapa besar negara ini bisa melakukan penghematan energi listrik.
Jadi apa yang bisa kita lakukan? Cintailah listrik, ksrena dengan cinta maka kita akan menggunakan listrik dengan sangat bijaksana sehingga terjadilah penghematan. Kalau kita tidak mencintai listrik, maka kita akan sesuka hati menggunakannya, kita tidak akan peduli apakah harga listrik itu mahal, sumber daya listrik itu terbatas bahkan kita tidak peduli bahwa masih banyak orang yang tidak dan belum bisa menikmati listrik.
Gerakan Cinta Listrik ini dapat dilakukan di rumah kita masing-masing. Misalnya saja tidak menggunakan lampu di siang hari, matikan tv atau alat listrik lainnya jika sudah tidak digunakan lagi. Jika ini dilakukan dengan dasar cinta, maka yakin tidak ada lagi yang namanya lupa mematikan lampu disiang hari, atau malam hari ketika semua orang sudah akan tidur. Tidak akan ada lagi tv yang menyala tanpa ada yang menonton.
Jika kita melakukan dengan cinta, maka otomatis tangan dan hati kita akan bergerak untuk mematikan apapun yang menggunakan arus listrik yang tidak terpakai dan tidak berguna. Nah, dengan ini keuntungan yang kita akan dapat sudah pasti banyak sekali, tiap bulan kita tidak lagi mengeluarkan biaya listrik yang besar, ga perlu sering ganti bolham lampu yang kerap putus akibat kepanasan karena selalu nyala. Dan pastinya banyak lagi keuntungannya.
Nah, jika kita sudah bisa mencintai listrik, tularkanlah cinta ini kepada orang lain, pertama kepada keluarga dulu. Bayangkan, jika cinta listrik ini dilakukan oleh orang se-RT, se-RW bahkan sekampung, berapa banyak penghematan listrik yang bisa dilakukan. Dan, jika saja cinta listrik ini menjadi gerakan nasional, seluruh orang di Indonesia melakukannya, jamin tidak ada lagi yang namanya krisis listrik.
Bayangkan jika seluruh nusantara kita, mulai dari perkotaan, pedesaan, kepulauan dan pelosok bisa menikmati listrik tanpa kecuali, alangkah sejahteranya negeri kita ini. Untuk itu, sudah pasti PLN sebagai perusahaan milik negara yang ngurusin listrik harus memperbaiki kinerjanya, harus terus bergerak untuk menyediakan sumber listrik, meningkatkan kualitas dan layanannya. Pemerintah terus memberikan sokongan berupa anggaran dan infrastruktur.
Sementara kita, sebagai pengguna, harus juga menggunakan listrik dengan bijaksana. Dengan cinta listrik, harapan krisis listrik tidak akan pernah terjadi bukanlah hal yang mustahil. (Diu Oktora / Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia, 14 Oktober 2014)
Referensi Tulisan :
- http://m.bisnis.com/industri/read/20140608/44/234214/listrik-sering-padam-ternyata-begini-kondisi-pln-yang-tak-berdaya
- http://m.inilah.com/read/detail/2099126/masalah-listrik-anggaran-subsidi-infrastruktur
-- Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti Lomba Blog IDEKU UNTUK PLN --