Late finish, but not late post :-). Tulisan ini sebenarnya pengalaman liburan anak pertama ku Alvaro Bayanaka Maru pada tahun ajaran lalu, tepatnya liburan sekolah Mei 2014. Kebetulan pada waktu itu, aku sedang ada kerjaan riset untuk penulisan buku orang nomor dua di Indonesia, Bapak Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Tiap liburan sekolah tiba, Alvaro seperti biasa selalu minta jalan - jalan. Nah, sejak Alvaro duduk di bangku sekolah dasar aku selalu menghindari anak sulungku ini liburan ke mall. Liburannya kali ini, aku ajak anak lanangku ini ke Perpustakaan Nasional (Perpusnas) di daerah Salemba, Jakarta Pusat.
Perjalanan mulai dari keluar rumah, di Perpusnas sampai kembali ke rumah ternyata menjadi pengalaman menarik buat Alvaro. Berbagai pemandangan dan peristiwa dia alami dan rasakan.
Nah, ini cerita penjelajahan Alvaro....
Perjalanan Alvaro kali ini sangat menarik, karena dia tidak menikmati kenyamanan yang dia dapatin, naik mobil pribadi yang ber-ac nyaman. Kebetulan karena liburan Alvaro menginap di rumah opungnya di Perumnas 3, Bekasi Timur. Jadi dari sanalah perjalanan penjelajahan Alvaro menuju Perpusnas dimulai.
Dari rumah opung, aku ajak Alvaro naik ojek, kalau naik kendaraan yang satu ini Alvaro tidak pernah protes, ojek jadi salah satu kendaraan favoritnya. Sesampainya di Bulak Kapal, kami kemudian naik bis patas 9A jurusan Bekasi Timur - Senin... The real perjalanan Alvaro pun dimulai dari sini.
Alvaro entah kenapa memang tidak pernah merasa nyaman kalau diajak naik kendaraan umum seperti bis atau angkot, mukanya selalu berubah menjadi kaku seperti orang stress. Begitu kami naik ke Patas 9A, Alvaro mulai bertanya-tanya karena tidak nyaman "Mama, bisnya ga ada ac nya? Nanti gerah dong. Kalau kacanya dibuka, nanti aku masuk angin dan banyak debu", tidak hanya itu saja ocehan Alvaro, "Mama, itu kok disamping supir dikasih bantalan-bantalan jok? Itu buat apa?" Aku jawab, itu buat penumpang duduk kalau kursi udh penuh, "Kok orang duduk disitu, itukan panas, itukan mesin. Kan ga boleh bis bawa penumpang banyak-banyak" protes Alvaro.
Pertanyaan Alvaro berikut muncul ketika bis sudah jalan dan akan memasuki tol Bekasi Timur. Saat itu kondisi bis sudah penuh, kalau bahasa kenek bilangnya full kursi. Di gerbang masuk tol Bekasi Timur seperti biasa, bis menaiki penumpang, kali ini penumpang yang naik cukup banyak, akibatnya bis pun penuh sesak, penumpang yang tidak mendapatkan duduk pun susah berdiri. Ketidaknyamanan Alvaro semakin jadi, dia pun mulai kembali berkomentar "Mama, kenapa sih banyak penumpang yang berdiri, kan kasian. Harusnya bis ga boleh penuh kaya begini, udah kaya ikan numpuk-numpuk, bis nya jadi panas". Aku sambil senyum jawab "Nah, kalau naik bis memang begini. Makanya abang harus bersyukur kemana-mana masih bisa diantar pakai mobil dan ac nya nyaman".
Perjalanan pun berlanjut, Alvaro akhirnya tertidur di bis. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1,5 jam, kami pun sampai di Perpusnas. Alvaro kembali terlihat semangat.
Begitu memasuki halaman Perpusnas Alvaro langsung komentar "Wah, perpustakannya besar banget, ga kaya di sekolah aku kecil. Ini semua gedungnya isinya buku ya mama? Ada buku anak-anak ga?" Kemudian aku jawab, kalau kalau disini adanya buku-buku, majalah sama koran aja. Disini banyak buku, majalah sama koran yang udah tua, nanti abang bisa lihat sendiri.
"Kalau buku untuk anak-anak, bukan disini tempatnya. Itu adanya di Perpusnas yang dekat Istana Presiden", lanjut aku menjawab pertanyaan Alvaro. Terlihat agak sedikit kecewa Alvaro. Tapi kemudian aku bilang, "Nanti disini abang bisa lihat koran yang umurnya jauh lebih tua dari mama, koran yang pertama kali terbit". Alvaro pun kembali semangat karena penasaran mau lihat koran yang pertama kali terbit di Indonesia.
Kebetulan pada hari itu di Perpusnas sedang ada pameran lukisan,kalau tidak salah ingat dalam rangka hari Pendidikan Nasional. Sebelum menuju ruang perpustakaan, Alvaro pun memilih untuk keliling - keliling melihat, semangat sekali. Alvaro tampaknya sudah melupakan kelelahan dan ketidaknyamanan perjalanan dengan bis.
Alvaro terlihat asik membaca tulisan pada lukisan yang di pamerkan, kemudian Varo juga membeli beberapa buku bacaan anak - anak yang dijual di stand - stand pameran.
Setelah puas berkeliling, kami pun naik ke perpustakaan koran. Untuk sampai ke ruang perpustakaan koran, kami melewati perpustaakaan buku. Karena ruangnya merupakan ruang kaca, jadi rak - rak buku bisa dilihat dari luar, Alvaro pun sekali - sekali melihat dan membaca judul - judul buku.
Akupun mulai melakukan riset dengan berbagai macam koran. Sementara aku riset, Alvaro juga asik dengan kegiatannya sendiri, dia asik membaca koran- koran terbitan lama.
Alvaro asik membolak balik berbagai macam koran, kemudian membacanya. Nah, karena Alvaro ini orangnya tingkat penasarannya cukup tinggi. Dia asik aja bolak balik ke ruang perpustakaan sendiri untuk mengambil koran. Aku hanya mengingatkan karena ini perpustakaan, dia tidak boleh berisik. Sementara, ibu dan bapak petugas perpustakaan juga membiarkan Alvaro, katanya mereka seneng aja ada anak kecil penasaran lihat-lihat koran - koran terbitan lama.
Tapi dasar anak kecil, ada juga rasa bosannya. Saat bosan sudah melanda, Alvaro memilih untuk menggambar. Sengaja memang aku sudah membawakan buku dan alat gambar Alvaro dari rumah.
Entah apa yang digambar Alvaro, tampaknya cuma dia aja yang paham.. Hehehhe. Berbagai macam gambar pun dihasilkan Alvaro.
Ada gambar yang menurut aku itu adalah gambar gunung dan gambar robot.
Setiap menggambar, Alvaro punya kebiasaan sambil berbicara atau bercerita. Untungnya saat itu perpustakaan sedang sepi, jadi ketika Alvaro menggambar sambil bercerita tidak ada yang terganggu.
Bahkan, ketika aku melirik ke Alvaro. Ternyata dia sambil menggambar sambil menceritakan kepada salah satu bapak petugas perpustkaan.. Hehehe, Alvaro langsung punya teman baru.
Semantara aku makin asik aja riset dengan tumpukan koran - koran, aku hampir melupakan Alvaro. Saat aku selesai, aku lihat Alvaro tidak ada di ruang baca, sontak aku panik. Aku pun mencari - cari Alvaro.
Dan ternyata, Alvaro sedang asik ngobrol sambil baca koran dengan ibu - ibu dan bapak - bapak petugas perpustakaan di ruang kerja mereka. Disana ada dinding yang ditempel dengan berbagai koran terbitan lama, Alvaro tampaknya penasaran dan ingin membacanya.
Pas aku mendekati Alvaro, aku tanya ngapain disini, nanti ganggu. Terus dijawab "Enggak, aku bantuin bapak ngerapihin koran. Ini mama ada koran lama banget, kata bapak ini korannya terbit sebelum Indonesia merdeka. Makanyanya kertasnya udah banyak yang robek. Tapi aku ga bisa bacanya, tulisannya aku ga ngerti".
Bapak yang dibantu Alvaro pun komentar. "Alvaro seneng katanya main ke Perpusnas, nanti katanya pas liburan dia mau main kesini lagi. Tapi mau lihat buku - buku yang udah lama - lama".
Riset ku pun selesai. Aku dan Alvaro pulang dengan menggunakan bis kembali, namun kali ini tidak lagi banyak protes yang keluar. Alvaro nampak mencoba menikmati perjalanan. Bis yang kami tumpangi, berhenti untuk mencari penumpang di Pasar Jatinegara. Kemudian, masuklah empat orang pengamen, yang secara penampilan menakutkan. Mereka tidak menyanyi, namun mereka berteriak - teriak saling bergantian meminta uang dengan menggunakan kata - kata kasar dan mengancam. Mereka pun minyilet tangan mereka. Alvaro ketakutan "Mama, aku takut, kita turun aja yuk". Aku bilang "ga usah, udah abang pura -pura tidur aja". Tapi Alvaro tetap ketakutan "Udah mama kasih uang aja, itu mereka udah deket, nanti kita diapa-apain sama mereka,". Aku pun memberikan uang.
Para pengamen turun, Alvaro sudah mulai tenang. Kemudian dia mengomentari pedagang di sepanjang Psar Jatinegara sampai stasiun. "Wah, disini banyak yang jual binatang ya mama, itu ada yang jual ayam, burung, kadal sama ular. Emang boleh ya". Itu juga banyak yang jual baju, batu cincin. Ini pasar apa sih?" Aku cuma jawab ya udah abang liha-lihat aja. Setelah menepuh perjalanan hampir 2 jam, kami pun tiba di rumah Opung nya Alvaro. Dan Alvaro semangat menceritakan perjalanan ke opungnya.
Ini liburan yang sederhana, liburan yang murah. Melihat antusias Alvaro menceritakan kembali perjalanannya, ini rupanya menjadi liburan yang menarik dan berkesan buat Alvaro. Selain itu, buat aku ini juga kesempatan untuk mengajarkan kepada Alvaro bahwa tidak selamanya dia akan merasakan kenyamanan, suatu saat dia akan merasakan ketidaknyaman, tapi dia tidak boleh mengeluh. (Diu Oktora, Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia, 21 Maret 2015)
Akupun mulai melakukan riset dengan berbagai macam koran. Sementara aku riset, Alvaro juga asik dengan kegiatannya sendiri, dia asik membaca koran- koran terbitan lama.
Alvaro asik membolak balik berbagai macam koran, kemudian membacanya. Nah, karena Alvaro ini orangnya tingkat penasarannya cukup tinggi. Dia asik aja bolak balik ke ruang perpustakaan sendiri untuk mengambil koran. Aku hanya mengingatkan karena ini perpustakaan, dia tidak boleh berisik. Sementara, ibu dan bapak petugas perpustakaan juga membiarkan Alvaro, katanya mereka seneng aja ada anak kecil penasaran lihat-lihat koran - koran terbitan lama.
Tapi dasar anak kecil, ada juga rasa bosannya. Saat bosan sudah melanda, Alvaro memilih untuk menggambar. Sengaja memang aku sudah membawakan buku dan alat gambar Alvaro dari rumah.
Entah apa yang digambar Alvaro, tampaknya cuma dia aja yang paham.. Hehehhe. Berbagai macam gambar pun dihasilkan Alvaro.
Ada gambar yang menurut aku itu adalah gambar gunung dan gambar robot.
Setiap menggambar, Alvaro punya kebiasaan sambil berbicara atau bercerita. Untungnya saat itu perpustakaan sedang sepi, jadi ketika Alvaro menggambar sambil bercerita tidak ada yang terganggu.
Bahkan, ketika aku melirik ke Alvaro. Ternyata dia sambil menggambar sambil menceritakan kepada salah satu bapak petugas perpustkaan.. Hehehe, Alvaro langsung punya teman baru.
Semantara aku makin asik aja riset dengan tumpukan koran - koran, aku hampir melupakan Alvaro. Saat aku selesai, aku lihat Alvaro tidak ada di ruang baca, sontak aku panik. Aku pun mencari - cari Alvaro.
Dan ternyata, Alvaro sedang asik ngobrol sambil baca koran dengan ibu - ibu dan bapak - bapak petugas perpustakaan di ruang kerja mereka. Disana ada dinding yang ditempel dengan berbagai koran terbitan lama, Alvaro tampaknya penasaran dan ingin membacanya.
Pas aku mendekati Alvaro, aku tanya ngapain disini, nanti ganggu. Terus dijawab "Enggak, aku bantuin bapak ngerapihin koran. Ini mama ada koran lama banget, kata bapak ini korannya terbit sebelum Indonesia merdeka. Makanyanya kertasnya udah banyak yang robek. Tapi aku ga bisa bacanya, tulisannya aku ga ngerti".
Bapak yang dibantu Alvaro pun komentar. "Alvaro seneng katanya main ke Perpusnas, nanti katanya pas liburan dia mau main kesini lagi. Tapi mau lihat buku - buku yang udah lama - lama".
Riset ku pun selesai. Aku dan Alvaro pulang dengan menggunakan bis kembali, namun kali ini tidak lagi banyak protes yang keluar. Alvaro nampak mencoba menikmati perjalanan. Bis yang kami tumpangi, berhenti untuk mencari penumpang di Pasar Jatinegara. Kemudian, masuklah empat orang pengamen, yang secara penampilan menakutkan. Mereka tidak menyanyi, namun mereka berteriak - teriak saling bergantian meminta uang dengan menggunakan kata - kata kasar dan mengancam. Mereka pun minyilet tangan mereka. Alvaro ketakutan "Mama, aku takut, kita turun aja yuk". Aku bilang "ga usah, udah abang pura -pura tidur aja". Tapi Alvaro tetap ketakutan "Udah mama kasih uang aja, itu mereka udah deket, nanti kita diapa-apain sama mereka,". Aku pun memberikan uang.
Para pengamen turun, Alvaro sudah mulai tenang. Kemudian dia mengomentari pedagang di sepanjang Psar Jatinegara sampai stasiun. "Wah, disini banyak yang jual binatang ya mama, itu ada yang jual ayam, burung, kadal sama ular. Emang boleh ya". Itu juga banyak yang jual baju, batu cincin. Ini pasar apa sih?" Aku cuma jawab ya udah abang liha-lihat aja. Setelah menepuh perjalanan hampir 2 jam, kami pun tiba di rumah Opung nya Alvaro. Dan Alvaro semangat menceritakan perjalanan ke opungnya.
Ini liburan yang sederhana, liburan yang murah. Melihat antusias Alvaro menceritakan kembali perjalanannya, ini rupanya menjadi liburan yang menarik dan berkesan buat Alvaro. Selain itu, buat aku ini juga kesempatan untuk mengajarkan kepada Alvaro bahwa tidak selamanya dia akan merasakan kenyamanan, suatu saat dia akan merasakan ketidaknyaman, tapi dia tidak boleh mengeluh. (Diu Oktora, Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia, 21 Maret 2015)