21 Mei 2008.... Wuihhhhh, mungkin hari yang tidak akan terlupakan. Dan ini mungkin pelajaran pertama untuk bisa belajar menjadi ibu yang tidak panik. Dan yang pasti, ini adalah hari yang mengajarkan bahwa anak itu sangat berarti.
” Alvaro Bayanaka Maru ” saat itu usianya baru 6 bulan 9 hari. Dan tidak berbeda dengan hari – hari biasanya, Varo, begitu kami biasa memanggilnya, tetap lincah dan menggemaskan. Dan tertawa dengan riang dan keras saat tante2nya dan opungnya menggodanya. Saat itu saya sedang ”cilem” dari kantor, jadi bisa bebas main dan bercanda dengan Alvaro.
Namun, mungkin saat itu kami terlena dengan keceriaan Varo. Kami juga terlena bahwa kondisi Varo selalu baik – baik saja. Allah SWT pun sedikit menegur kami. Entah apa penyebabnya, Alvaro tiba – tiba ingin muntah, namun sepertinya muntahnya tidak tuntas. Sehingga varo kesulitan bernafas dan bibirnya menjadi biru.
Kepanikan pun muncul, dengan tergesa – gesa kami membawa varo ke UGD RS Omni Internasional – Serpong, dengan diantar tetangga sebelah rumah (Thanks Pak Andi, karena malam itu sudah mau mengantar saya ke rumah sakit).
Akhirnya malam itu, Varo harus menginap di Rumah Sakit. Tapi yang rada menyebalkan adalah keputusan dokter yang memeriksa untuk menginfus varo. Bayangkan saja, usia Varo masih 6 bulan, tangannya pun masih mungil dan belum lagi anaknya yang sangat lincah dan selalu bergerak. Saya tidak tega membayangkan selama di rumah sakit tangan mungil varo harus tertusuk jarum infus. Spontan permintaan dokter itu saya tolak.
Dokter pun memberikan alternatif dengan mengambil darah Varo. Saya tidak bisa menolak opsi itu demi kesembuhan anak saya. Namun, dengan sedikit mengancam saya katakan, ” boleh ambil darahnya, namun harus sekali suntik. Kalau suntikan pertama gagal, ambil darah tidak boleh dilanjutkan ”. Untungnya petugas laboraturiumnya jago, sekali suntik ambil darah selesai.
Tapi, dasar anak kecil, badannya sudah rada enakan, Varo pun kembali mengeluarkan kelincahannya di dalam kamar perawatan. Tapi, syukurlah Varo tidak apa – apa, kembali lincah dan aktif seperti biasa.
Pelajaran ini tidak akan terlupakan. Itulah mungkin orang – orang tua dulu bilang, jangan suka muji – muji anak sendiri. Itulah mungkin maksudnya, supaya kita sebagai orang tua tidak terlena dan terlalu membanggakan anak sendiri.
” Alvaro sehat – sehat selalu ya nak .... ”
” Alvaro Bayanaka Maru ” saat itu usianya baru 6 bulan 9 hari. Dan tidak berbeda dengan hari – hari biasanya, Varo, begitu kami biasa memanggilnya, tetap lincah dan menggemaskan. Dan tertawa dengan riang dan keras saat tante2nya dan opungnya menggodanya. Saat itu saya sedang ”cilem” dari kantor, jadi bisa bebas main dan bercanda dengan Alvaro.
Namun, mungkin saat itu kami terlena dengan keceriaan Varo. Kami juga terlena bahwa kondisi Varo selalu baik – baik saja. Allah SWT pun sedikit menegur kami. Entah apa penyebabnya, Alvaro tiba – tiba ingin muntah, namun sepertinya muntahnya tidak tuntas. Sehingga varo kesulitan bernafas dan bibirnya menjadi biru.
Kepanikan pun muncul, dengan tergesa – gesa kami membawa varo ke UGD RS Omni Internasional – Serpong, dengan diantar tetangga sebelah rumah (Thanks Pak Andi, karena malam itu sudah mau mengantar saya ke rumah sakit).
Akhirnya malam itu, Varo harus menginap di Rumah Sakit. Tapi yang rada menyebalkan adalah keputusan dokter yang memeriksa untuk menginfus varo. Bayangkan saja, usia Varo masih 6 bulan, tangannya pun masih mungil dan belum lagi anaknya yang sangat lincah dan selalu bergerak. Saya tidak tega membayangkan selama di rumah sakit tangan mungil varo harus tertusuk jarum infus. Spontan permintaan dokter itu saya tolak.
Dokter pun memberikan alternatif dengan mengambil darah Varo. Saya tidak bisa menolak opsi itu demi kesembuhan anak saya. Namun, dengan sedikit mengancam saya katakan, ” boleh ambil darahnya, namun harus sekali suntik. Kalau suntikan pertama gagal, ambil darah tidak boleh dilanjutkan ”. Untungnya petugas laboraturiumnya jago, sekali suntik ambil darah selesai.
Tapi, dasar anak kecil, badannya sudah rada enakan, Varo pun kembali mengeluarkan kelincahannya di dalam kamar perawatan. Tapi, syukurlah Varo tidak apa – apa, kembali lincah dan aktif seperti biasa.
Pelajaran ini tidak akan terlupakan. Itulah mungkin orang – orang tua dulu bilang, jangan suka muji – muji anak sendiri. Itulah mungkin maksudnya, supaya kita sebagai orang tua tidak terlena dan terlalu membanggakan anak sendiri.
” Alvaro sehat – sehat selalu ya nak .... ”
1 komentar:
kenapa kalau masuk RS dikit2 harus infus atau ambil darah ya? Apa hubnya, bayi yg tersedak krn muntah dan muntahnya masuk k jalan pernapasan, hingga hrs diinfus? Dan apa alasannya kalau tdk diinfus maka alternatifnya adl ambil darah? Trus darahnya mau diapain?
Syukur bayinya sdh sehat. Negeri ini perlu dokter yg lebih ramah anak dan pro pasien.
Posting Komentar