Punya motor di rumah itu kayanya di jaman sekarang bukan lagi merupakan barang mewah. Hampir di semua rumah minimal ada 1 motor, bahkan ada yang 3 sampai 4 motor nangkring di halamanrumah. Sebenernya itu bukan lah persoalan, kan hak siapapun untuk bisa memiliki kendaraan dengan jumlah berapa pun juga.
Justru yang jadi persoalan adalah sekarang marak anak-anak kecil (usia 10 - 16 tahun) yang kemana-mana dibiarkan orangtuanya bawa motor. Coba aja kita lihat di perumahan-perumahan, sekarang anak-anak kalau main sama teman-temannya banyak yang naik motor, mereka tidak lagi pakai sepeda. Bahkan ada juga yang suka bawa motornya ngebut padahal di dalam komplek. Belum lagi di jalan raya, sering anak-anak itu bersama teman-temannya bawa motor dengan kencang sambil bercanda tidak memperhatikan suasana jalan.
Duh, kalau lihat anak-anak yang begitu, pengen rasanya "mites" mereka. Anak-anak bawa motor itu bahaya, resiko kecelakaan tinggi. Tapi kok banyak orangtua yang membiarkan ya? Apa orangtua itu tidak tahu resikonya?
Nah, aku punya pengalaman buruk dengan anak-anak kecil yang bawa motor seenaknya aja. Sabtu sore (8/8/2015) aku sama anak ku Shaqira keluar kompleks karena mau beli kado untuk ulang tahun teman anak pertama ku, Alvaro. Untuk itu aku harus nyebrang jalan boulevard depan kompleks rumah . Kondisi jalan waktu itu memang rame dengan mobil dan motor yang lalu lalang. Karena bawa anak kecil, aku nunggu jalan agak sepi untuk nyebrang.
Saat nyebrang, ada dua mobil sedang dalam posisi berhenti memberikan aku dan beberapa penyebrang lain jalan. Tapi, tiba-tiba ada dua motor dengan kecepatan tinggi lewat, pengendara kedua motor itu bercanda dan tidak melihat kedepan. Karena aku kaget dan posisi ku yang paling dekat dengan kedua motor itu, aku pun teriak dan mereka kaget, alhasil keduanya ngerem mendadak, akibatnya kedua motor dan pengendaranya itu jatuh. Salah satu dari motor itu pun sempat terkena aku, yang akibatnya kaki ku rada nyeri sekarang. Sementara kedua pengendara motor itu kayanya luka-luka ditangan dan muka agak parah kelihatannya.
Karena kaget dan ketabrak pula, otomatis aku mau langsung marah dengan si pengendara motor itu. Kemarahan ku agak semakin memuncak setelah melihat siapa pengendara kedua motor tersebut. Ternyata mereka anak-anak yang saat ku tanya berapa umurnya, mereka menjawab kalau umurnya baru 12 dan 13 tahun. Aku tang tadinya mau marah-marah jadi diam.
Tapi ke kesalan dan kemarahan aku belum hilang. Aku justru kesal dan marah sama kedua orangtua anak-anak itu. Mungkin, kalau orangtua mereka ada disitu juga, aku bisa ngomel-ngomel sama para orangtua anak-anak itu. Kok bisa, orangtua mereka mengijinkan anaknya pake motor, di jalan raya pula.
Mereka memang bukan anak ku, tapi aku punya anak laki-laki yang berumur 8 tahun, dan banyak dari temannya yang usianya sama kemana-mana dibiarkan orangtuanya bawa motor. Suatu hari Alvaro pernah bilang "Mah, aku ajarin bawa motor dong". Spontan aku kaget dan tanya "Emang ada temen abang yang bawa motor kalau main? Siapa?" Duh, membayangkan anak seumur Alvaro bawa motor, motornya matic pula, itu menakutkan banget. Wong kaki aja belum bisa napak ke tanah kalau di motor, belum lagi keseimbangan saat bawa motor. Saat itu dengan tegas aku bilang ke Alvaro "Abang naik sepeda aja, itu ada sepeda pake untuk main. Nanti kalau umur abang udah 17 tahun baru boleh belajar naik motor. Kalau sekarang abang naik sepeda aja".
Anak-anak mengendarai motor itu resikonya sangat tinggi. Selain soal keseimbangan dan kaki yang belum sampai untuk menapak di tanah. Kontrol emosi juga penting. Coba bayangkan, anak-anak itu bawa motor metic. Kan enak itu, ga perlu ganti-ganti gigi. Sakin enaknya, anak-anak itu bablas aja ngegas dan bawa motor kencang. Nah, kalau tiba-tiba anak itu mau berhenti, anak itu kaget, kecenderungannya bukan justru nge-rem, namun makin nge-gas. Dan ini sangat membahayakan, ini yang sering kali menyebabkan kecelakaan dengan luka yang cukup parah.
Nah, buat orangtua yang membiarkan anak-anak dibawah umur bawa motor apa tidak tahu resiko seperti itu ya? Motor rusak, bisa diperbaiki atau beli yang baru. Tapi kalau anak yg celaka emangnya bisa diperbaiki atau dibeli yang baru? Sebelum ada kejadian yang buruk, lebih baik kita mencegahnya dan ini harus dimulai dari diri kita sendiri. Mending kita suruh anak-anak kita main sepeda aja, anak=anak kita jadi sehat malah.
satu hal yang mungkin penting juga kita lakukan adalah memulai gerakan penyadaran bahwa motor itu bukan mainan dan berbahaya untuk anak-anak dibawah umur. mari kita mulai gerakan ini dari rumah kita sendiri. (Diu Oktora, Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia / 9 Agustus 2015)
7 komentar:
Dulu aku SMP udah bawa motor, Mak. Berasa keren banget apalagi kalo tanpa helm. Sekarang pas udah tua, ngeliat anak kecil bawa motor, rasanya pengen ngruwes-ngruwes T__T
iya sih, tapi bisa juga tuh anak curi2 motor untuk dipakai. lucunya tetanggaku malah bangga bercerita kalau anaknya baru saja ambil motor gak bilang-bilang dan main motor. Duh bangga gak bener tuh. Alhamdulilah anak2ku gak berani.
@Mak Mimi, hehehe, iya, apalagi anak sekarang kayanya ga keren banget kalau ga naik motor trs kadang pake ngebut2an segala, duh kalau udah gitu rasanya gimana gitu dech
@Mak Tira, nah itu dia mak tetangga aku juga ada yang bangga banget anaknya udah bisa bawa motor kemana2, padahal anaknya baru umur 10 tahun. Pernah anaknya itu ditegur tetangga ku yang lain karena mau nabrak anak2 yang lagi main, eh ibunya malah nyamperin tetangga ku yang negor itu sambil marah2. Katanya itu motor dia, itu anak dia, jadi ga usah diurusin.... Hadeuhhh
Tadi pagi baru lihat 2 anak masing2 dengan motornya, dilihat dari postur malah masih SD Mbak. Kurang lebih sepantar keponakan saya yang masih kelas 3 SD (kebetulan keponakan agak tinggi). Meski cuma motor-motoran di perumahan tapi tetep gimana gitu ya. Kalau sudah lancar di jalan sepi ntar tergoda ke jalan raya. Secara emosional belum layak banget bawa kendaraan bermotor.
Baru tadi pagi ketemu 2 anak masing2 dengan motornya, dilihat dari posturnya mereka masih SD. Karena sepantaran dengan keponakan yang masih kelas 3 SD. Kakinya masih terlihat pas-pasan gitu deh. Meski cuma di perumahan, khawatir kalau ngerasa sudah bisa maunya ke jalan besar. Secara emosional dan fisik belum layak bawa motor.
@Mbak Heni, iya setuju banget, anak2 secara emosional dan fisik belum layak bawa motor. Makanya suka gemes aja sama anak2 yang bawa motor kemana2, trus makin gemes sama orantua yang bangga banget kalau anaknya yg masih kecil udah bisa bawa motor, duhh padahal itu resikonya besar banget
Posting Komentar