11 Desember 2016

Saat Si Kecil Lebih Suka Berbahasa Inggris

Suatu hari sama si kecil Shaqira Layla Maru.

Aku : de' kita belajar berhitung yuk

Shaqira : Ayo
Aku : coba.adek hitung 1 sampe 10 dalam Bahasa Inggris
Shaqira : one, two, three, four, five, six, seven, eight, nine, ten
Aku: oke, adek pinter. Sekarang adek hitung 1 sampe 10 pakai Bahasa Indonesia
Shaqira : satu, dua, tiga, empat, lima, tujuh, terus apa mah adek lupa
Aku : coba adek ulang pelan-pelan. Adek kan hapal
Shaqira : satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, sembilan, sepuluh
Aku : salah, delapannya mana. Kok adek jadi ga hapal?
Shaqira : udah ah mama, aku itung Bahasa Inggris aja, gampang.


Suatu waktu, di hari yang berbeda

Shaqira : mah, adek ada PR dari bu guru, mewarnai.

Aku : ya udh, ayo kita kerjain, ambil buku mewarnainya.
Shaqira : PR nya halaman seven sampai ten
Aku : halaman seven sampai ten itu Bahasa Indonesianya berapa dek?
Shaqira : ya tujuh sampe sepuluh lah mama.
Aku : oke, ya udh sekarang adek mau mewarnai pake warna apa? Ambil warnanya.
Shaqira : aku mau yellow, red, green sama black
Aku : itu warna apa aja dek?
Shaqira : iii mama, itu ya warna kuning, merah, hijau sama hitam.
Aku : adek kok ngomongnya Bahasa Inggris terus, Bahasa Indonesia dong.
Shaqira : Aaa, mama, aku ga sukanya ngomong Inggris. Udah ach, adek mau mewarnai.


Shaqira Layla Maru, usianya di bulan November lalu tepat 4 tahun dan sudah sekolah di kelompok bermain. Sejak sekolah Shaqira punya kebiasaan baru, si kecil ku ini lebih suka berbicara bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. Di sekolah gurunya juga pernah cerita "mama, di rumah Shaqira kalau ngomong sama mama pakai bahasa Inggris ya? Soalnya di kelas kalau diajak ngomong atau disuruh pakai bahasa Indonesia, Shaqira tidak mau jawab atau mengerjakan tugasnya. Tapi kalau pakai bahasa Inggris baru mau. Misalnya pas mewarnai, dibilang Shaqira ambil warna kuning, itu pasti tidak dikerjakan. Tapi kalau dibilang put the yellow colour, Shaqira langsung mengerjakan", cerita bu Linda, guru kelas Shaqira.

Sesungguhnya di rumah Shaqira tidak selalu diajak berbicara bahasa Inggris, kalaupun iya paling satu atau dua kata yang dicampur dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tetap dominan menjadi bahasa utama.

Bangga dan senang sih lihat Shaqira bisa dan suka berbahasa Inggris sejak kecil. Tanpa harus dipaksa, anaknya udah suka sendiri. Tapi aku ada sedikit pengalaman yang tidak menyenangkan soal anak sejak dini diajarin dan berbicara pakai bahasa Inggris. Ini pengalaman dengan si sulung ku, Alvaro Bayanaka Maru.

Ketika itu, aku dan suami sangat ini kalau punya anak, sejak kecil sudah harus bisa berbahasa Inggris. Nah ketika Alvaro lahir, sejak bayi sudah kami ajak berceloteh dengan bahasa Inggris, kami perkenalkan dengan film kartun atau tontonan anak yang berbahasa Inggris. Ketila Alvaro sudah mulai bisa berbicara, kami pun mengajaknya berbicara dalam bahasa Inggris. Alhasil, Alvaro pun sehari-hari selalu berbicara dalam bahasa Inggris, kebetulan juga lingkungan permainan dengan teman-teman di rumah banyak yang berbahasa Inggris jadi tidak ada masalah.

Suatu hari, kami membawa Alvaro menginap di rumah opungnya. Disana kebetulan lingkungan permainan anak-anak kecilnya tidak ada yang berbahasa Inggris. Belum lama main, Alvaro pulang sambil menangis, dia bilang "mama, aku diketawain, aku ga ngerti mereka bicara apa" deg!!! Aku merasa seperti dipukul, anak ku tidak bisa bersosialisasi dengan teman-temannya karena tidak bisa bahasa Indonesia, bahasa Ibu, bahasa yang harusnya utama dia kuasai. Sejak peristiwa itu, akhirnya Alvaro aku perkenalkan dengan bahasa Indonesia.. Alhamdullilah bahasa Indonesia dan Inggris kita dikuasai seiringan.

Aku tidak ingin peristiwa Alvaro kembali terulang ke Shaqira, makanya setiap Shaqira berbicara bahasa Inggris pasti aku kasih tau dan ajarkan bahasa Indonesianya. Metodenya memang jadi terbalik, bahasa Inggris dulu baru bahasa Indonesia, tapi tidak apa-apa karena bahasa Ibu tetap menjadi bahasa yang dia kenal juga.

Kemampuan bahasa Inggris Shaqira sebenarnya tidak pernah diajarkan khusus. Kemampuan itu didapat karena Shaqira suka sekali menonton tayangan di youtube dan saluran tivi anak berbahasa Inggris.   Mungkin karena tiap hari dia nonton dan mendengar, jadi tertanam diingatan. Aku dan papa nya sesekali memang berbicara Inggris dengan maksud memperkenalkannya.

Saat ini aku membiarkan Shaqira lebih suka berbicara dengan bahasa Inggris, karena memang ini kemampuan yang harus terus diasah. Tapi aku dan papanya juga gurunya sepakat, setiap Shaqira atau kami berbicara bahasa Inggris, kami harus menterjemahkannya langsunh ke Shaqira sehingga dia mengerti bahasa Indonesianya juga. Biar bagaimana pun menguasai bahasa asing sangat diperlukan, namun bahasa ibu idak boleh ditinggalkan.

21 November 2016

Gerakan #AyoMenulis

Dapat kiriman foto ini dari guru anak ku Alvaro Bayanaka Maru di Sekolah Alam Madinah School, Tangerang Selatan. Itu foto anak-anak kelas Mina 2 ketika sedang mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, yang menarik dari foto itu adalah caption yang dituliskan oleh Ms.Linda "Ketika disuruh menulis karangan mereka pun berfikir".

Saat Alvaro sudah pulang sekolah, di rumah aku tanya, "tadi nulis karangan apa bang di sekolah?" Alvaro jawab, "Ms. Linda suruh nulis karangan soal pahlawan, susah mama nulis karangan, harus panjang ceritanya, dikasih waktu 2 jam ga ada yang selesai nulis karangan, bingung mau nulis apa soalnya". Apa yang diceritakan Alvaro dan caption foto dari gurunya ternyata nyambung, anak-anak kesulitan jika diminta menuliskan tulisan yang panjang.

Kebiasaan menulis dengan tangan dikalangan anak-anak sekarang memang agak berkurang, terutama kegiatan menulis tulisan panjang. Anak-anak sekarang tampaknya lebih suka mengetik baik di komputer, tablet atau laptop. Mungkin lebih enak dan cepat jika mengetik dibandingkan menulis dengan tangan.

Salah satu universitas terkemuka di Amerika Serikat, Harvard University melakukan sebuah riset manfaat menulis bagi anak-anak. Ternyata berdasarkan riset tersebut diketahui bahwa menulis itu sangat bermanfaat bagi anak-anak. Universitas asal negara Paman Sam itu mengungkapkan ada lima manfaat menulis bagi anak-anak, yaitu mengurangi stres pada anak, anak-anak belajar mengeluarkan pendapat secara bijak, anak-anak belajar merangkai kata, melatih kesabaran anak, serta menambah ilmu dan wawasan bagi anak-anak.

Untuk mengembalikan minat anak-anak menulis dengan tangan, PT Standardpen Industries menyebar gerakan "Ayo Menulis". Gerakan ini merupakan bentuk kepedulian Standardpen sebagai produsen bolpoin dalam negeri terhadap dunia pendidikan di Indonesia.

Gerakan "Ayo Menulis" ini dikemas dalam kegiatan "Menulis Surat untuk Presiden RI". Untuk mendukung gerakan ini Standardpen membagikan satu juta bolpoin untuk anak Indonesia.

“Bangsa kita didirikan oleh tokoh-tokoh yang gemar menulis. Soekarno, presiden pertama Indonesia, saat dipenjara kerjaannya menulis. Saya ingin anak Indonesia mencontoh para pendiri negeri ini yang gemar menulis,” kata Megusdyan Susanto, CEO Standardpen.

Gerakan "Ayo Menulis" ini diharapkan bisa mengembalikan minat anak-anak untuk menulis dan anak-anak semakin rajin menulis. "Menulis selain mengasah kinerja otak juga dapat membantu anak-anak menjadi kreatif. Kami mengandalkan guru dan orang tua untuk melestarikan menulis dengan tangan,” lanjut Megusdyan.

Medio Oktober 2016 lalu, Standardpen bersama Pewarta Foto Indonesia (PFI) Jogja bekerjasama menggelar kegiatan "Ayo Menulis" di Kulonprogo, Yogyakarta. 1000 anak dari SD Kepek, SD Serang, SD Klegen, SD Clereng, SD Widoro, SD Muh Girinyono, SD Kedungrejo, SD Gunung Dani, SD Blubuk mengikuti kegiatan ini.

Ketua PFI Jogja, Oka Hamid mengharapkan, dengan adanya gerakan Ayo Menulis seperti ini anak-anak Indonesia, di Jogja khususnya akan mulai gemar menulis. Karena denga menulis bisa membentuk karakter anak menjadi mandiri dan kreatif.

Selain itu, sambung Oka, tingginya pengaruh tayangan televisi dan semakin merajalelanya gadget menjadikan masa depan anak-anak semakin berbahaya. “Jadi, gerakan menulis dengan tangan ini harus kita sebarkan untuk seluruh anak-anak Indonesia, karena anak-anak adalah masa depan," ujar Oka.

Menulis memang dapat memancing kreativitas anak-anak. Dalam kegiatan "Ayo Menulis" di Kulonprogo aku berkesempatan hadir. Berbagai cerita menarik dan pertanyaan polos dituliskan anak-anak Kulonprogo dalam suratnya untuk Presiden RI, Joko Widodo.

Dian Juli Astuti siswi kelas IV SDN Blubuk, Sendangsari Pengasih dalam suratnya kepada presiden menuliskan "Apakah menjadi Presiden itu enak? Pak, apakah tidak capek jadi Presiden? Pak Presiden dulu sekolah dimana? Kami sekolah di SDN Blubuk. Sekolah kami terletak di pedesaan dan belum ada musholla. Apakah Bapak Presiden mau datang ke sekolah kami?”

Agus Ariyanto, siswa kelas VI SDN Serang menulis, ”Bapak Presiden, saya ingin meminta kendhang Jaipong untuk membangun bakat saya. Setiap sholat, saya berdoa semoga dibelikan kendhang jaipong oleh orang tuaku tapi orang tua saya tidak mampu membelikannya.”  

Lain lagi dengan Ilham siswa kelas V SDN Blubuk yang menanyakan kenapa Bapak Presiden suka memakai baju kemeja putih lengan panjang. “Mengapa bapak suka melipat baju? Apakah menjadi Presiden itu menyenangkan? Jika iya, apakah Bapak mau mengajari saya jadi Presiden?

Saat anak-anak akan menuliskan surat untuk presiden, awalnya mereka bingung mau menuliskan apa. Mereka serempak bilang tidak ada ide, tidak tahu mau menulis apa, tidak pernah menulis panjang-panjang. Tapi begitu mereka sudah menuliskan satu kalimat, mereka sangat menikmati, mereka berceloteh asik juga nulis.

Usai mereka menyelesaikan tulisannya, aku ngobrol dengan beberapa anak-anak dan bertanya mengenai pengalaman mereka menulis. Jawaban senada terucap dari anak-anak ini, menulis itu asik ya, menulis itu kita bisa cerita apapun, aku mau terus menulis lagi setelah ini.

Gerakan "Ayo Menulis" yang ditebar oleh Standardpen tidak hanya dilakukan di Jogja saja, namun sudah dilakukan juga di wilayah lain seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan Sumatera Utara. Kegiatan "Ayo Menulis" ini akan terus ditebar di wilayah Indonesia lainnya.

18 November 2016

Cerita Alvaro: His First Camp (part 2)

Emak nya dulu mantan pramuka dan tukang kemah. Eeee... Giliran anaknya yang harus ikutan kemah dari sekolah, anak nya sekarang panik. Yuppp.. Itulah gambaran diri ku sekarang.

Jumat dan Sabtu, 23 - 24 September 2016 lalu, anak ku yang paling besar Alvaro Bayanaka Maru harus mengikuti kegiatan PerJuSa, Perkemahan Jumat - Sabtu di sekolah, Sekolah Alam Madinah, Serpong - Tangerang Selatan. Perkemahan dilaksanakan di sekolah selama 1 malam. Ini kegiatan perkemahan pertama yang diikuti Alvaro dan pertama kali buat aku juga melepaskan Alvaro berkegiatan tanpa didampingi.. Dan pemirsa, saya pun rempong dan stress.

Kerempongan dimulai sejak menyiapkan barang-barang yang harus dibawa termasuk juga menjahit atribut dibaju pramuka. Kebetulan aku ga ahli menjahit, jadilah ngejahit 5 atribut makan waktu hampir 2 jam, ditambah lagi ngejahitnya udah malem, tapi Alhamdullilah, walaupun hasilnya ga bagus-bagus banget, selesai juga jahit atribut.

Untuk perlengkapan lain yang harus dibawa si abang Alvaro dengan santainya bilang "mama aja yang nyiapin, abang terserah mama" akhirnya mamanya juga yang harus beresin, karena anaknya santai banget, pakaian yang dibawa aku tandai mana aja pasangannya dan kapan harus dipakai.

Setelah urusan perlengkapan kemah beres, akhirnya pagi nya abang Alvaro pun siap berangkat untuk kemah. Perkemahan baru akan dimulai siang hari, pagi harinya anak-anak belajar seperti biasa terlebih dahulu. Tapi berdasarkan komunikasi di grup whatsapp dari Ms. Linda, wali kelas abang Alvaro di Mina 2 "anak-anak udah ga konsen belajar nih bunda, maunya kebawah terus. Ada suara dari bawah untuk persiapan kemah anak-anak langsung mau liat aja".

Akhirnya untuk menghilankan kelesuan anak-anak, Ms. Linda ngajak anak-anak foto-foto. Anak-anak pun akhirnya semangat kembali untuk melanjutkan pelajaran hingga selesai.

Waktu kemah pun akhirnya dimulai, acara diawalai dengan uapacara pembukaan perkemahan. Anak-anak dengan tertib mengikuti kegiatan upacara. Setelah itu dilanjutkan dengan mendirikan tenda dan merapihkan barang-barang ke tenda.

Saat anak-anak sedang menyiapkan dan merapihkan tenda di sore hari, kebetulan aku datang ke sekolah untuk mengantarkan tikar, karena pagi hari saat berangkat Alvaro belum membawanya. Saat itu anak-anak termasuk abang Alvaro sedang sibuk membawa ransel mereka ke tenda.

Di depan tenda, anak-anak berdiskusi bagaimana mereka harus merapihkan tas di dalam tenda agar nanti malam mereka bisa tidur dengan nyaman. Mereka pun berdiskusi bagaimana menata sepatu-sepatu di depan tenda agar rapi dan tidak basah kalau hujan turun.

Satu hal yang membanggakan dari Alvaro dan teman-teman saat berdiskusi, mereka tidak saling berebutan untuk bicara dan mengatur, mereka bergantian untuk bicara satu persatu, dan saling mendengarkan. Keputusan pun mereka ambil setelah disetujui bersama-sama. Ketika mereka mulai bekerja untuk merapihkan, anak-anak yang lain mengikuti arahan ketua regu dengan patuh. Wahhh.. Bangga dan salut melihat Alvaro dan teman-temannya, mereka sudah demokrasi dengan baik sejak anak-anak, semoga kelak sampai besar seperti itu.

Keseruan kegiatan perkemahan terus berlanjut, dari foto-foto yang dikirimkan Ms. Linda ke grup whatsapp orangtua murid berbagai kegiatan anak-anak dilakukan, dan puncaknya adalah kegiatan api unggun.

Ternyata dan ternyata, keseruan kemah tidak hanya dirasakan oleh anak-anak, para orangtua murid, wabil khusus ibu-ibu ternyata ikut seru juga. Malam-malam ada yang sengaja jenguk dengan membawa berbagai makanan dan minuman. Dan para ibu-ibu ini kompaknya jempol, kita saling bertukar informasi apa saja yang sudah dibawa ibu yang lain, maka mama yang lain akan membawakan makanan atau minuman lain untuk anak-anak. 

Keseruan ibu-ibu yang lain adalah ikutan begadang juga, tapi di rumah, sampai jam 1 tengah malam grup whatsapp ramai terus, apalagi ketika wali kelas mengabarkan ada anak yang menangis dan minta pulang. Tapi Alhamdullilah, anak Mina 2 semua tidak ada yang menangis dan minta pulang.

Buat aku merasa khawatir dengan perkemahan Alvaro pertama ini karena si sulung ku ini anak yang manja dan penakut. Aku khawatir dia akan menangis dan minta pulang. Namun Alhamdullilah, apa yang aku khawatirkan tidak terjadi. 

Alvaro sangat menikmati perkemahannya pertama ini. Saat Alvaro sudah plang, aku tanya gimana kemahnya? suka tidak? Dia jawab suka, seru. Makan rame-rame sama temen-temen. Tapi mandinya harus antri karena banyak orang, terus tidurnya juga pada duduk, karena ga bisa tiduran semua karena tendanya sempit.

Terus lanjut Alvaro, bangunnya pagi-pagi untuk sholat Subuh bareng, yang ga enak cuma satu, kalau telat kumpul kita di hukum suruh jalan jongkok atau skot jump. Tapi kelompok aku sih ga pernah di hukum, kita ga pernah telat.

Usai mengikuti PerJuSa, Alvaro jetleg. Lagi asik-asik diajak cerita, Alvaro tiba-tiba sudah tidak terdengar suaranya, dan terlelap tidur. Tampaknya sulung ku ini lelah, sampai di rumah jam 9 pagi, baru bangun tidur jam 8 malam. Siangnya di bangunin untuk makan tidak bergerak sama sekali.

Senang rasanya melihat anak ku yang manja ini bisa berhasil mengikuti kegiatan perkemahan pertamanya. Tapi ada rasa penasaran juga saat aku membersihkan ranselnya, kenapa semua baju Alvaro tidak ada yang kotor dan tidak ada yang terpakai sama sekali. Saat Alvaro sudah bangun aku tanyakan, dan jawabannya "Abang sama teman-teman sudah janjian, biar kelompok kita tidak di hukum karena telat, kita tidak usah mandi dan ganti baju. Makanya kelompok kita jadi juara sebagai kelompok yang tidak pernah telat". Walahhhhh.. anak ku, kok ya janjiannya ga mandi. Tapi pelajaran yang mereka peroleh adalah, untuk mendapatkan hasil terbaik mereka harus usaha, walaupun kali ini usahanya tidak mandi... "Besok-besok kemah, jangan diulangin ga mandi lagi ya bang".

15 November 2016

Pejuang Tangguh Anak Penderita Kanker

Siti Aulia Zahra, bocah berusia 4 tahun ini sekilas tampak seperti anak-anak lainnya. Bocak yang ceria dan sehat. Ara, sapaan bocah kecil ini. Ara sangat senang mewarnai dan menggambar. "Ara itu senang sekali menggambar dan mewarnai, kalau dikasih kertas dan pinsil, Ara langsung menggambar. Dan dia bisa begitu berjam-jam, asik sendiri," cerita Khalidin ayah Ara.

Walaupun melihat penampilan fisik Ara yang sama dengan anak-anak seusianya, tetapi Ara berbeda. Hampir setahun yang lalu dokter menyatakan Ara menderita Leukemia (Kanker Darah). “Awalnya anak saya jatuh dari tangga, kemudian panas tinggi. setelah dibawa ke rumah sakit, kata dokter anak saya ada kelainan darah, leukemia nama penyakitnya. Dokter juga bilang umur anak saya tidak akan panjang. Saat itu saya marah sekali, kenapa anak saya yang kecil bisa sakit separah itu, saya hanya bisa nangis menjerit-jerit di depan dokter,” kisah Khalidin.

Saat ini, Ara ini sudah hampir setahun mengikuti kemoterapi untuk terapi penyembuhannya. “Saya senang sekarang kondisi Ara sudah jauh lebih baik. Ara sudah ceria kembali, dulu sempat lumpuh dan koma berhari-hari di rumah sakit. Saya akan berjuang untuk kesembuhan anak saya, karena Ara sendiri semangat menjalanin pengobatan. Ara tidak pernah nangis padahal sering ditusuk jarum suntik dan obat yang harus diminum tiap hari banyak. Saya yakin, anak saya bisa sembuh nanti,” harap Khalidin.

Saya bertemu dengan Ara dan ayahnya di acara perkemahan khusus untuk anak-anak penderita kanker, Charity Cancer Camp di Kawasan Puncak, Bogor-Jawa Barat, 12 November lalu. Di perkemahan tersebut, ada banyak anak-anak lain penderita kanker seperti Ara.

Anak lain yang juga menderita kanker seperti Ara adalah Athala. Anak usia 6 tahun ini sudah hampir satu tahun tidak bisa sekolah karena sakit leukemia. “Setahun lalu dokter bilang anak saya sakit leukemia. Saya dan ayah Athala sangat kaget dan tidak percaya. Sejak saat itu Athala harus menjalani kemoterapi secara rutin dan operasi penyembuhan tulang sumsum belakang,” cerita Anita, ibunda Athala.

Bocah kelas 3 SD ini pertama kali diketahui menderita Leukemia karena selalu mengelu ketika mengangkat kaki saat akan menggunakan celana, terkadang sampai menangis karena tidak kuat menahan sakit. “Saya ingin Athla cepat sembuh, makanya biar harus tiap hari pulang pergi Bogor-Jakarta untuk pengobatan Athala saya akan terus lakukan, walaupun terkadang terasa lelah juga. Athala ingin sekolah lagi, karena sejak ketahuan Leukemia, dokter melarang untuk sekolah dulu. Athala sekarang sudah hapal perkalian, hapal adzan. Tiap Magrib sekarang Athala yang adzan di mushola dekat rumah kami, saya suka nangis dengar suara Adzan Athla,” cerita Anita sambil menahan tangis.

Di Cancer Camp. juga ada Ahmad Fitroh (9 tahun), pada saat usia 6 tahun, dokter menyatakan Fitroh menderita sakit Leukemia. Penyakit ini diketahui saat Fitroh dicabut giginya, namun darah yang keluar mengalir terus, setelah itu bahkan Fitroh mengalami panas tinggi dan tidak sembuh-sembuh.  “Anak saya sudah dua tahun menjalani kemoterapi karena sakit leukemia. Alhamdullilah, Juli kemarin dokter bilang Fitroh sudah sembuh, tidak perlu kemoterapi lagi,” tutur Nini Nuraini, ibunda Fitroh. Walaupun sudah dinyatakan sembuh perjuangan Fitroh tidak usai begitu saja, karena setiap 3 bulan sekali Fitroh harus melakukan pemeriksaan darah untuk memastikan Leukemia nya tidak kambuh kembali.

Melihat anak-anak kecil menderita sakit kanker dan merasakan kesakitan dalam menjalani terapi kesembuhannya tentu membuat hati kita miris, sedih rasanya. Untuk mengembalikan keceriaan anak-anak penderita kanker PT Standardpen Industries bersama Yayasan Putera Peduli berkerjasama dengan Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya menyelenggarakan Charity Cancer Camp. Kegiatan perkemahan ini dilaksanakanpada tanggal 11-13 November 2016, dikawasan Puncak – Bogor, Jawa Barat.

“Kegiatan Charity Cancer Camp tahun ini merupakan penyelenggaraan yang keempat kalinya. Tahun ini Kami mengangkat tema Daylight (Dare Yourselt to Live and Fight). Tema ini sengaja diangkat untuk mengajak dan memotivasi agar anak-anak penderita kanker dapat bermimpi setinggi mungkin, dan untuk para orangtua juga didorong agar semangat dalam mendampingi anak-anaknya dalam berjuang melawan kanker,” ujar Erika Indrajaya, Ketua Panitia Charity Cancer Camp.

Erika menambahkan, Perkemahan khusus anak-anak penderita kanker ini pertama kali diadakan pada tahun 2013 dengan mengusung tema Golden Spy Academy, perkemahan kedua dilaksanakan dengan tema Dreamzania pada tahun 2014, dan pada tahun 2015 dengan tema perkemahan Wanderland. “Perkemahan ini bertujuan untuk membantu dan menghibur pasien kanker dan keluarganya. Oleh karena itu dalam kegiatan ini kami mengajak anak-anak untuk bermain. Kami berharap seusai acara perkemahan ini para little cancer survivors menjadi lebih terhibur dan dapat memberikan inspirasi bagi para orangtua untuk melanjutkan kehidupan dengan berkualitas,” lanjut Erika.

Kepedulian terhadap anak-anak penderita kanker juga ditunjukkan oleh PT Standardpen Industries, perusahaan alat tulis ini membagikan perlengkapan menulis dan sekolah kepada seluruh peserta perkemahan. “Mudah-mudahan anak-anak kami yang tengah berjuang dari Cancer ini bisa mengisi waktu luangnya di rumah (karena cuti sekolah), untuk tetap kreatif dan menimbulkan rasa bahagia,” ujar CEO Standardpen, Megusdyan Susanto.

Dalam kegiatan perkemahan ini, Standardpen mengajak anak-anak penderita kanker untuk tetap semangat dan ceria dengan belajar menggambar dan menulis dengan tangan. “Kami yakin, di setiap hati kecil mereka tetap punya mimpi yang tinggi. Kami selaku orang dewasa yang diberikan kelebihan merasa bertanggungjawab untuk mengajak mereka memiliki semangat yang baik. Harapan mereka bisa disampaikan melalui surat untuk mama-papanya atau gambar yang mereka buat,” kata Megusdyan.

Kanker merupakan salah satu penyebab kematian paling menakutkan di dunia. Di tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Data dari International Agency for Research on Cancer (IARC) menyebutkan pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization - WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang.

Penyakit kanker tidak hanya diderita orang dewasa saja, anak-anak pun dapat menderita kanker. Union for International Cancer Control (UICC) merilis data, bahwa setiap tahun terdapat sekitar 176.000 anak yang didiagnosis kanker. Meskipun kejadian kanker pada anak di seluruh dunia masih cukup jarang, namun kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian 90.000 anak setiap tahunnya. Sementara itu, di Indonesia terdapat sekitar 11.000 kasus kanker anak setiap tahunnya, dan terdapat sekitar 650 kasus kanker anak di Jakarta.

Sementara itu, berdasarkan data dari Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, menunjukkan prevalensi kanker anak umur 0-14 tahun sebesar 16.291 kasus, dengan jenis kanker yang paling banyak diderita anak di Indonesia adalah Leukemia (Kanker Darah) dan Retinoblastoma (Kanker Bola Mata).

Tingginya kasus penderita kanker pada anak terjadi karena masih belum diketahuinya penyebab kanker pada anak. Penyebab lain adalah minimnya pengetahuan orangtua tentang kanker pada anak, ini dibuktikan berdasarkan data dari Riskesdas bahwa lebih dari 50 persen kasus kanker pada anak yang datang ke fasilitas kesehatan, umumnya sudah dalam keadaan stadium lanjut.

Penyakit kanker dapat menyerang anak mulai dari usia bayi hingga usia 18 tahun. Kanker pada anak berbeda dari kanker pada orang dewasa. Kanker pada orang dewasa dapat dicegah, sementara pada anak hingga saat ini belumada pencegahannya. Untuk itu pola hidup dan makan makanan yang sehat harus diajarkan kepada anak-anak sejak dini.

05 Oktober 2016

Berbagi Pelukan Cinta


Shaqira Layla Maru, terlahir prematur disaat usia kandungan baru 8 bulan. Saat itu dokter anak yang membantu persalinan langsung memutuskan, anak kedua ku ini harus masuk NICU (Neonatal Intensive Care Unit), ruangan khusus untuk merawat bayi baru lahir yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus. Di NICU Shaqira ditempatkan disebuah inkubator, menurut dokter itu untuk memberikan kehangatan bagi tubuh bayi, suhu di inkubator memang sudah diatur sedemikian rupa supaya mendekati suhu dalam kandungan ibu.

Namun dokter anak yang menangani kelahiran Shaqira memutuskan, bahwa Shaqira hanya perlu dibantu inkubator hanya 5 hari saja. Padahal bayi yang terlahir prematur dengan berat badan yang kurang, umumnya memerlukan paling tidak 4 minggu bahkan lebih bantuan inkubator. Dokter Andi Sugoro, dokter anak yang menangani kelahiran Shaqira menyampaikan pelukan dari ibu adalah kehangatan terbaik yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak prematur seperti Shaqira. Itu alasan dokter Andi Sugoro memutuskan Shaqira tidak terlalu lama menggunakan inkubator.

Ternyata apa yang disampaikan oleh dokter Andi Sugoro, sejalan dengan hasil dari sebuah penelitian di Jepang. Perusahaan Unicharm Jepang dan Profesor Hideki Ohira dari Nagoya University Jepang melakukan sebuah penelitian terhadap ibu dan bayi usia 3-5 bulan. Penelitian ini dilakukan untuk memperlihatkan bagaimana respon bayi yang dipeluk oleh ibunya, apakah pelukan sang ibu dapat memberikan perasaan nyaman atau bahagia untuk sang bayi.

Studi yang dilakukan Profesor Hideki ini membandingkan pelukan yang diberikan oleh ibu kepada bayi dengan bernapas normal dan dengan bernapas dalam-dalam. Menurut penelitian ini, ketika ibu memeluk bayi sambil bernapas dalam, pelan, dan intens, terjadi penurunan interval denyut jantung yang menimbulkan peningkatan rasa tenang dan rileks hingga tiga kali lipat dibandingkan jika ibu memeluk bayi sambil bernapas biasa.

Selain itu studi ini membandingkan efek rasa nyaman dan bahagia yang timbul sebelum dan setelah ibu memeluk bayinya. Setelah berpelukan, efek rasa nyaman dan bahagia meningkat menjadi sampai dengan 106% dibandingkan dari kondisi sebelum berpelukan. Fenomena peningkatan kenyaman dan kebahagiaan ini tidak hanya terjadi pada hanya salah satu pihak saja melainkan kepada keduanya yaitu ibu dan bayinya.

Urusan kenyamanan untuk bayi ternyata tidak hanya bersumber dari pelukan sang ibu. Popok bayi juga menjadi salah satu yang bisa memberikan kenyamanan tambahan untuk bayi. Untuk penggunaan popok bayi sekali pakai sebaiknya tidak sembarangan, sebaiknya para ibu memilih popok bayi yang bisa memberikan kenyaman untuk si Kecil. Faktor penting dalam pemilihan popok adalah untuk menjaga kulit bayi tetap kering dan terlindungi dari risiko iritasi. MamyPoko, salah satu popok bayi sekali pakai hadir dengan inovasi produk yang selalu berkembang untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Memberikan perlindungan bagi kulit lembut bayi sekaligus juga memberikan kenyaman untuk si Kecil menjadi fokus MamyPoko.

dokter Titi Lestari Sugito, Sp.KK (K), Penasihat Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia - Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit & Kelamin (Perdoski) menjelaskan, kulit adalah cerminan dari semua respons dari dalam tubuh. Respons psikis akan tecermin di kulit. Jika psikis sehat, kulit pun sehat. 

Mantan Ketua Perdoski ini lebih lanjut menjelaskan, pada kulit terdapat banyak saraf sensorik sehingga sentuhan pada kulit akan memberikan rangsangan secara psikologis kepada anak. Melalui sentuhan atau pelukan anak akan merasa disayang, nyaman, aman, inilah yang membuat sentuhan atau pelukan berdampak pada psikologi anak. Selain melalui pelukan dan sentuhan, psikis bayi yang sehat juga bisa didapatkan dari perawatan kulit bayi yang tepat. Dalam menjaga kebersihan kulit bayi, hal utama yang perlu diperhatikan lebih adalah penggunaan popok sekali pakai. Artinya, tiap kali mengganti popok, kebersihan kulit bayi perlu lebih diperhatikan.

Pentingnya kenyamanan dan kebersihan kulit bayi menjadi inspirasi bagi MamyPoko untuk menyebarkan rasa yang sama kepada bayi-bayi lain di Indonesia untuk ituMomyPoko mengajak kita untuk berdonasi. Cara berdonasi yang dilakukan cukup unik dan menyenangkan. Cara pertama dilakukan secara online, yaitu dengan meg-upload foto saat ibu berpelukan dengan buah hatinya ke media sosial yang kita miliki seperti Instagram atau twitter, dengan tagar #MomypokoLoveTouch. Nah, dari setiap foto yang sudah di upload ke media sosial itu artinya kita menyumbang satu paket popok. Keseruan menjaring donasi dilakukan MomyPoko dengan menggelar kegiatan MomyPoko Love Touch pada tanggal 22-25 September lalu di salah satu mall di Jakarta Barat. Dalam kegiatan tersebut dihadirkan Boneka Pakojang ditengah-tengah Pokojang Land. Setiap pengunjung yang hadir dapat memeluk Boneka Pakojang, setiap pelukan akan dihitung dengan hug meter yang sudah terpasang di Boneka Pakojang. Setiap pelukan artinya juga menyumbang satu popok.

Setiap popok yang telah terkumpul dari kegiatan ini, oleh MomyPoko Indonesia akan disumbangkan kepada Yayasan Sayap Ibu. Ketua Yayasan Sayap Ibu, Tjondrowati Subiyanto mengungkapkan dengan adanya donasi dari MamyPoko maka bayi yang ada dalam perawatan Yayasan Sayap Ibu akan merasakan juga kenyamanan dan kehangan seperti bayi-bayi lainnya. Indahnya berbagi pelukan cinta.

25 September 2016

Cerita Alvaro : His First Camp (part 1)

Selalu ada untuk yang pertama kali.. Nah,.ini cerita untuk pertama kalinya anak ku yang besar Alvaro Bayanaka Maru nginep sendiri. Sebenarnya urusan nginep tanpa ditemenin mama atau papanya bukan hal baru buat anak lanang ku ini, sudah cukup sering Alvaro.nginep tanpa orangtua, tapi itu dia nginepnya sama tante atau opungnya.

Nah, nginep kali ini Alvaro bener-bener sendiri, tanpa didampingi mama, papa, tante atau opungnya. Nginepnya juga beda, biasanya nginep di rumah opung atau hotel. Kalau nginep yang kali ini dalam rangka PerJuSa, Perkemahan Jumat Sabtu, yang diadakan pada tamggal 23 - 24 September 2016 di sekolahnya. Dan, ini pengalaman pertama Alvaro ikut kemah dan nginep tanpa orangtua.

Di sekolah Alvaro, Sekolah Alam Madinah, Serpong, Tangerang Selatan, kegiatan perkemahan memang baru diikuti setelah duduk di kelas 4. Karena ini kegiatan baru untuk anak-anak, maka perkemahan pertama dilakukan di lingkungan sekolah sebagai tahap mengenalkan kegiatan perkemahan. Nantinya akan ada kegiatan kemah selama 3 hari di lokasi perkemahan (bukan di sekolah).

Karena ini perkemahan Alvaro yang pertama dan nginep dia sendirian, persiapan buat Alvaro pun sudah rempong dan rusuh dari satu minggu sebelum kemah. Kerempongan udah pasti soal perlengkapan yang harus dibawa dan dipakai Alvaro untuk kemah. Untuk sepatu yang dipakai harus berwarna hitam dan bertali. Nah Alvaro itu tidak suka dan tidak bisa pakai sepatu yang bertali. Awalnya tidak pernah berpikir untuk beli karena sudah pasti sepatu itu nanti tidak akan dipakai Alvaro karena bertali, kebetulan juga Alvaro punya satu sepatu yang bertali, tapi sayang sepatu itu ga bisa dipakai karena warnanya abu-abu. Tapi aku masih berpikir aman, karena Alvaro punya sepatu berwarna hitam, tapi sayang juga tetap ga bisa dipakai karena tidak bertali. Akhirnya harus beli juga sepatu hitam dan bertali untuk Alvaro kemah.

Satu persoalan beres, ternyata ada lagi satu yang kelupaan. Tikar untuk alas tidur Alvaro belum ada. Tikar di rumah kebesaran untuk dibawa. Setelah mencoba pinjam, dan tidak ada. Akhirnya keputusannya adalah beli tikar plastik di pasar darurat dekat rumah.

Nah, setelah semua perlengkapan mulai dari atribut seragam pramuka dan perlengkapan yang harus dibawa sudah beres dirapihkan, eee...ada aja kerempongan lain yang muncul. Pagi mau berangkat ke sekolah ring rotan untuk kacu tiba-tiba menghilang. Langsung spaneng lah emaknya, dari semalem udah disiapin tiba-tiba ga ada. Karena sudah harus berangkat ke sekolah, emaknya pun berimprovisasi, untuk sementara pengganti ring pakai karet. Ring akan menyusul dikirim bersama dengan tikar.

Itu kerempongan dari sisi Alvaro. Masih ada kerempongan yang disertai kegalauan pula, untuk yang ini datangnya dari sisi emaknya. Tiap hari aku selalu tanya ke Alvaro "Abang bisa ga sih kemah?" "Bang, nanti kalau kemah, gimana abang makan sama mandinya? Terus kalau malam-malam abang mau ke kamar mandi gimana? Abang bisa ga sih kemah?" dan masih banyak pertanyaan lainnya.

Sebenarnya kegalauan ini bukan tanpa alasan juga. Alvaro itu anaknya manja dan penakut. Selain itu memang untuk semua kebutuhan Alvaro mulai dari makan, mandi, baju, dan lain-lain, aku selalu yang menyiapkan. Belum lagi kalau ada opungnya di rumah, untuk makan, Alvaro suka disuapin opungnya.

Tapi kemah ini sebenarnya momentum yang pas untuk mengajarkan Alvaro untuk lebih bisa mandiri dan berani. Walaupun dengan kegalauan tingkat tinggi, aku tetap memberangkatkan Alvaro kemah. Sebelum berangkat Alvaro bilang ke aku "tenang mah, aku ga pa pa kok kemah. Aku pasti bisa ngerjain semua nanti". Sambil ngeledek Alvaro bilang "My Camping, My Adventure" dan yang ada kegalauan emaknya pun semakin naik tingkat.

03 September 2016

Amnesti Pajak: Tak Kenal Maka Menakutkan

Kalau mendengar kata amnesti, kayanya itu kata yang ditujukan untuk orang yang mempunyai kesalahan berat sakali. Terus lagi kata pajak, sudah pasti yang ada dibenak kita urusan yang merepotkan, tagihan dan tunggakan pajak. Tiba-tiba saja sejak pertengahan tahun lalu kata Amnesti Pajak, Tax Amnesty sering kali kita dengar, ramai menjadi bahan pemberitaan berbagai media masa bahkan menjadi topik broadcast di grup whatsapp atau BBM.

Sejak tanggal 1 Juli 2016, pemerintah memang mensyahkan undang-undang baru di bidang perpajakan, yaitu Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 tentang pengampunan pajak (Amnesti Pajak). Apa sih Amnesti Pajak itu? Dari namanya terdengar agak-agak menakutkan, mungkin yang ada dibenak kita amnesti pajak itu adalah pengampunan pajak buat orang-orang yang bersalah karena tidak pernah membayar pajak. Atau mungkin berbagai pemikiran lain bermain di kepala kita, pokoknya amnesti pajak, tax amensty itu menyeramkan.

Sesungguhnya apa sih amnesti pajak itu? Berdasarkan Undang-Undang No 11 tahun 2016, Amnesti Pajak itu adalah program pengampunan yang diberikan oleh pemerintah kepada wajib pajak meliputi penghapusan pajak yang terhutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan dan penghapusan sanksi pidana atas harta yang diperoeh pada tahun 2015 dan sebeumnya yang belum dilaporkan dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan.

Nah, jadi Amnesti Pajak itu berlaku hanya untuk harta atau aset yang belum dilaporkan atau diungkap saja, bukan mengenai pajak penghasilan. Jadi Amnesti Pajak itu tidak ada kaitannya dengan penghasilan. Pemerintah meluncurkan program Amnesti Pajak ini bukan untuk menyusahkan atau menakut-nakuti kita sebagai wajib pajak. Tapi pemerintah justru ingin membantu, meringankan para wajib pajak untuk menyelesaikan kewajiban atas harta yang belum dilaporkan dengan berbagai keringanan. Pemerintah juga tidak memaksa wajib pajak untuk ikut program Amnesti Pajak, namun menganjurkan kepada para wajib pajak untuk mengikuti program ini.

Untuk kita wajib pajak yang masih memiliki harta yang belum dilaporkan atau lupa dilaporkan saat ini adalah momentum yang pas untuk memanfaatkan program Amnesti Pajak. Selain periode programnya yang masih panjang, hingga 31 Maret 2017, dengan mengikuti program pengampunan ini itu artinya kita membantu pemerintah dalam mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi, itu keuntungan dari sisi pemerintah. Untuk wajib pajak pastinya juga akan ada keuntungan atau manfaat yang diperoleh kalau mengikuti program pengampunan pajak, ini keuntungannya:
  1. Pajak yang seharusnya terhutang dari harta yang tidak dilaporkan akan dihapuskan.
  2. Jika ada pajak yang terhutang, biasanya wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi atau sanksi pidana. Namun dengan mengikuti program amnesti pajak maka sanksi administrasi dan sanksi pidana atas pajak terhutang tidak akan dikenakan.
  3. Tidak akan diakukan pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan.
  4. Pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan akan dihentikan.
  5. Dijamin kerahasiaan karena data pengampunan pajak tidak dapat dijadikan dasar penyelidikan dan penyidikan tindak pidana apapun. Untuk yang membocorkan data pengampunan pajak akan diberikan tindak pidana dengan hukuman paling lama 5 tahun penjara.
  6. Pajak penghasilan untuk baik nama harta tambahan atau harta yang belum dilaporkan akan dibebaskan.

Banyak sekali kan manfaatnya. Nah, amnesti pajak ini bisa dimanfaatkan oleh siapun seperti wajib pajak orang pribadi, pengusaha, badan dan mereka (baik orang pribadi atau badan) yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Cara untuk mengikuti program pengampunan pajak ini pun tidak sulit: 
  • Memiliki NPWP
  • Membayar uang tebusan
  • Sudah melaporkan SPT tahunan pph terakhir
  • Melunasi seluruh pokok tunggakan
  • Bagi wajib pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan, harus melunasi:(a). pajak yang tidak atau kurang dibayar. (b). pajak yang seharusnya tidak dikembalikan.
Untuk wajib pajak yang ingin mengikuti Program Amnesti Pajak dapat langsung mendatangi Kantor Peayanan Pajak (KPP) dimana wajib pajak terdaftar dengan membawa surst pernyataan ingin mengikuti program pengampunan pajak ini. Untuk mempermudah layanan, Kantor Pelayanan Pajak buka selama 7 hari dalam seminggu, khusus untuk  sabtu, KPP buka dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang, kalau hari minggu buka dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang.

Hmm.. sekarang sudah tahukan apa itu Amnesti Pajak, tidak semenakutkan seperti yang kita bayangkan atau pikirkan. Buat wajib pajak yang masih ada harta yang masih belum dilaporkan, Yukkk... Sekarangah waktunya untuk mengikuti Amnesti Pajak.. Ungkap .. Tebus dan Lega, tidurpun jadi nyenyak.

31 Agustus 2016

The Power of Terima Kasih

Sesuatu yang menurut kita kecil, biasa-biasa saja, sederhana ternyata buat orang lain itu bisa sangat besar, luar biasa, bahkan mewah. Sore kemarin (Selasa, 30 Agustus 2016) aku mendapatkan pelajaran berharga dari sebuah perjalanan.

Kita sering kali mendengar orang mengucapkan atau bahkan kita sendiri yang mengucapkan "rejeki orang tidak akan pernah tertukar, Allah sudah menentukan rejeki masing-masing orang, Allah tidak akan sama memberikan rejeki kepada umatnya" dan sudah pasti semua ungkapan itu benar adanya. Namun, dari mana atau karena apa rejeki itu diberikan Allah adalah sesuatu yang terkadang tidak pernah kita pikirkan atau bayangkan sebelumnya.

Sore itu, aku pulang kerja seperti biasanya, dari kantor ku di Kawasan Industri Cikupamas aku naik jemputan kantor dan turun di Pinangsia, Karawaci. Dari Pinangsia aku melanjutkan naik bis yang ke arah Jakarta. Karena hanya ikut sampe rest area Karang Tengah, aku tidak pernah milih bis tertentu untuk aku naiki, apapun bis yang lewat duluan asal ber-ac dan bisa duduk, itu bis yang aku naiki. Sore itu pas lewat bis Jurusan Poris Plawad - Blok M.

Cerita pun dimulai dari sini, seperti biasa jika bis sudah mulai masuk tol, pak kenek akan mengutip ongkos dari para penumpang. Saat kenek bis mulai mengutip ongkos kepada para penumpang, si kenek melewatkan tempat duduk ku. Aku berpikir mungkin aku diminta belakangan ongkosnya karena kebetulan saat itu aku sedang terima telepon dari pak bos yang menayakan beberapa dokumen pekerjaan. Setelah selesai mengutip ongkos hingga bangku belakang, pak kenek kembali ke bagian depan bus, lagi-lagi pak kenek melewati aku tanpa meminta uang ongkos, padahal aku sudah tidak menelepon lagi.

Saat bis sudah mendekati rest area, aku sengaja pindah ke kursi bagian terdepan, dekat kenek.

Aku :  Pak ini ongkos saya, tadi bapak belum minta *sambil menyodorkan uang 5 ribuan*

Kenek : ibu ga usah bayar ongkos, ibu itu penumpang yang sangat menghormati kerja supir sama kenek.

Saya : *sambil bingung* maksudnya gimana pak?

Kenek : ibu itu setiap turun dari bis selalu ngucapin terima kasih. Seneng aja dengernya bu.

Ya Allah, sebegitu berartinya ternyata ucapan terima kasih itu buat pak kenek sama pak supir. Mengucapkan terima kasih saat turun dari bis itu sebenarnya spontanitas dan kebiasaan ku saja, karena itu selalu aku lakukan setiap naik ojek ataupun kendaraan umum lainnya.

Alhamdullilah karena ucapan terima kasih yang aku ucapkan itu bisa menjadi kebahagiaan dan kebaikan buat orang lain. Dan lebih alhamdullilah lagi, karena ucapan terima kasih, Allah memberikan rejeki, sore kemarin aku pulang kerja naik bis gratis.

30 Agustus 2016

Menikmati Kecantikan Bromo dengan Si Kecil

Naik-naik ke puncak gunung
Tinggi-tinggi sekali.
Naik-naik ke puncak gunung
Tinggi-tinggi sekali.

Kiri-Kanan kulihat saja
banyak pohon cemara.
Kiri-Kanan kulihat saja
Banyak pohon cemara.

Dalam penerbangan menuju Surabaya, Jawa Timur lagu anak-anak asal maluku itu sering kali dinyanyikan Shaqira Layla Maru, anak ku yang November nanti usianya akan genap 4 tahun. Begitu pun dalam perjalanan dari Surabaya ke Malang, lagu Naik-naik ke Puncak Gunung berkali-kali dinyanyikan, apalagi disepanjang perjalanan dari Kota Pahlawan ke Malang, pemandangan pegunungan dapat dilihat di kiri-kanan jalan. Liburan kali ini membuat Shaqira semangat sekali karena salah satu tempat yang akan kami kunjungi adalah Kawasan Gunung Bromo di Kabupaten Probolingo. Kami berencana untuk menikmati keindahan matahari terbit di gunung berapi yang masih aktif ini.

Perjalanan ke Gunung Bromo memang bisa dilakukan dengan menggunakan mobil jeep, namun membawa anak yang masih katagori balita seperti Shaqira bukan juga hal yang mudah, tetap saja beberapa persiapan harus dilakukan sebelum keberangkatan. Persiapan pertama yang harus dilakukan sudah pasti persiapan fisik, membawa anak-anak terutama balita ke Gunung Bromo harus dipastikan kalau si anak dalam kondisi sehat. Seminggu sebelum berangkat ke Malang, saya sudah menyiapkan Shaqira dan abangnya - Alvaro Bayanaka Maru, setiap hari keduanya saya berikan vitamin atau madu untuk menjaga staminanya tetap sehat.

Sesampainya di Kota Malang, kami terlebih dahulu mengunjungi beberapa sanak saudara, dan kemudian beristirahat di hotel. Seusai Magrib kami keluar hotel sebentar untuk menikmati kuliner Kota Malang. Tepat jam 8 malam, kami sudah kembali ke hotel untuk beristirahat, anak-anak saya suruh langsung tidur, karena perjalanan ke Gunung Bromo akan dilakukan tengah malam nanti. 

Jam 12 malam lewat sedikit, jeep yang akan membawa kami menuju Gunung Bromo sudah menanti di lobby hotel. Karena akan melakukan perjalanan tengah malam, dan waktunya cukup lama sekitar 2 - 3 jam segala keperluan anak-anak sudah saya siapkan, terutama untuk Shaqira. Berbagai cemilan, air mineral dan pastinya susu untuk Shaqira sudah saya siapkan, semua saya taruh dalam tas dan disusun sehingga mudah untuk mengambilnya. Sebelum jalan, saya juga pastikan perut anak-anak tidak kosong, diawal keberangkatan dari hotel anak-anak saya kasih biskuit dan minum susu atau teh hangat terlebih dahulu.

Jeep yang mengantarkan kami ke Gunung Bromo sangat nyaman, terutama untuk anak-anak. Di dalam jeep kami tidak berdesak-desakan, sehingga anak-anak jika ingin melanjutkan tidur, bisa dengan nyaman. Untuk menambah kenyamanan anak-anak sepanjang perjalanan saya membawa bantal-bantal kecil dan selimut.

Cuaca di Gunung Bromo pada tengah malam sangat dingin, apalagi menjelang terbitnya matahari, cuaca akan semakin dingin. Untuk itu saya pastikan pakaian yang dipakai anak-anak cukup membuat tubuh mereka hangat dan nyaman. Sebelum berangkat ke Malang, saya sudah menyiapkan jaket yang tebal, kaos switter lengan panjang, sarung tangan, topi/kupluk, kaos kaki, syal dan sepatu yang akan dipakai anak-anak.

Perjalanan dari hotel menuju ke Bromo kurang lebih ditempuh selama 3 jam. Saat naik jeep, Shaqira langsung menikmati dengan berkomentar "Mama, mobilnya berisik" ujar Shaqira sambil menutup kupingnya. Ini memang kali pertama Shaqira naik jeep. Memasuki kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru jalan pun mulai meliuk-liuk dan bergelombang, sudah pasti gelap gulita karena tengah malam. Namun si kecil Shaqira sangat menikmati perjalanan tersebut. Shaqira sama sekali tidak takut walaupun suasana diluar sangat gelap, bahkan ketika menemukan jalan yang bergelombang dan kita harus sedikit terloncat-locat dari kursi, Shaqira justru tertawa-tawa. 

Perjalanan ke Bromo sangat menarik perhatian anak-anak, mereka hampir tidak tidur sepanjang perjalanan, karena ditengah perjalanan kita bisa meilhat konvoi sepeda motor atau iring-iringan kendaraan jeep lainnya. Di tengah malam yang gelap, hanya terlihat cahaya lampu dari kendaraan lain saja. Keseruan lain yang dinikmati anak-anak adalah saat kepulan debu pasir disepanjang perjalanan yang berasal dari kendaraan yang melaju kencang. Akhirnya setelah 3 jam perjalanan, kami pun sampai di Bromo, jam menunjukkan pukul 03.30 dini hari. Waktu untuk melihat matahari terbit sekitar 1,5 jam lagi, anak-anak pun saya minta untuk tidur sejenak.

Akhirnya pagi pun tiba, sang raja siang pun muncul dengan cantiknya. Udara yang tadinya sangat dingin menyengat, lama-lama menjadi sejuk, angin bertiup semilir. Keindahan pemandangan Gunung Bromo pun terlihat sangat menakjubkan, dari kejauhan asap dari kawah Gunung Bromo terlihat jelas. Anak-anak pun mulai bisa menyatu dengan cuaca pegunungan. Shaqira mulai kembali bawel bertanya. "Mama, jadi ini kita diatas gunung ya? Itu ya gunung yang berasap itu? Kita bisa ga kedeket gunung itu? Ayo ma, kita ke gunung itu sekarang", celotek Shaqira penuh semangat.

Setelah menikmati suasana matahari terbit dan menghangatkan tubuh dengan memakan mie instant dan minum teh hangat, kami pun mulai turun kebawah untuk menikmati keindahan lain kawasan Bromo. Perjalanan turun ini kami tempuh dengan menggunakan jeep kembali, karena ini sekaligus perjalanan pulang kami ke Kota Malang.

Di kawasan Gunung Bromo, anak-anak tidak hanya menikmati pemandangan gunung berapi ini saja. Anak-anak bisa naik kuda hingga kaki tangga menuju kawah Bromo, anak-anak bisa berlari-lari di kawasan pasir berbisik, dan bisa tidur-tiduran di bukit teletubies.

Ternyata membawa anak-anak, terutama balita jalan ke Gunung Bromo itu sangat menyenangkan dan seru. Selain anak-anak bisa merasakan perjalanan yang tidak biasa, agak adventure. Ini juga bisa mengajarkan melatih fisik anak-anak juga, terutama bagaimana mereka belajar beradaptasi dengan cuaca yang agak ekstrim.

Keindahan lain yang bisa dinikmati, adalah saat perjalanan pulang ke Kota Malang. Semua pemandangan yang terlihat gelap saat menuju Bromo, kini terlihat sangat jelas dan indah. Di kejauhan, puncak gunung tertinggi di pulanu Jawa, Gunung Semeru terlihat gagah membelah langit. Di kanan kiri, sawah-sawah yang menghijau di lereng gunung terbentang seperti permadani. 

03 Agustus 2016

Malam ini ...

Jam hampir menunjukkan pukul 22.30 wib ketika aku mulai menulis tulisan ini. Malam-malam biasanya sudah dipastikan jam segini aku pasti sudah terlelap tidur, tapi malam ini aku tidak bisa tidur. Malam ini aku memang tidak tidur di kamar ku seperti biasa, malam ini aku harus menemani gadis kecil ku, Shaqira Layla Maru tidur di RS Omni Alam Sutera, Tangerang Selatan.

Tadi pagi Shaqira terpaksa harus dirawat di rumah sakit ini, karena sudah 2 hari muntah-muntah dan diare. Pagi yang niat awalnya hanya berobat saja, jadi berubah karena dokter anak yang memeriksa Shaqira bilang kalau gadis kecil ku ini mulai dehidrasi, jadi akan berbahaya kalau tidak segera ditangani.

Anak sakit, sudah pasti seperti tamparan keras buat para orangtua, termasuk aku. Kalau bisa, lebih baik kita yang sakit, daripada harus anak kita yang sakit, kita biasanya suka bilang "mending sakit anak pindah ke kita aja daripada anak yang sakit". Untuk urusan anak sakit, aku termasuk orangtua yang panik dan penakut. Apalagi kalau yang sakit gadis kecil ku ini. Shaqira lahir dalam kondisi prematur di usia kandungan 8 bulan, kondisi itu yang membuat aku selalu panik dan takut setiap Shaqira sakit. Padahal dr. Andy Sugoro, dokter anak di RS Omni Alam Sutera yang merawat dan membantu kelahiran Shaqira selalu bilang tidak ada hubungannya kelahiran Shaqira yang prematur dengan sakitnya. Dokter Andy juga selalu bilang, tidak benar kalau anak yang lahir prematur itu, kondisinya pasti lemah atau sering sakit. Karena bisa saja anak yang lahir cukup umur, justru kondisinya lemah dan sering sakit.

Seperti tadi pagi, saat di rumah kondisi Shaqira sudah lemes dan hanya mau digendong saja, aku pun langsung membawa Shaqira ke rumah sakit. Pengen nangis rasanya melihat Shaqira tidak ceria seperti itu. Saat dokter bilang Shaqira harus dirawat, itu juga buat aku keputusan yang tidak menyenangkan, walaupun sesungguhnya aku sudah memperkirakan dokter akan meminta Shaqira dirawat. Kalau Shaqira harus dirawat, artinya Shaqira harus di infus, aku tidak tega melihat Shaqira ditusuk jarum suntik seperti itu. Dan benar saja, saat akan di pasanh infus, begitu jarum suntik masuk Shaqira langsung menangis dan menjerit sangat keras. Mendengat Shaqira nangis dan bilang "mama, adek sakit" itu rasanya kaya diiris-iris sama pisau yang tajam, terus lukanya ditetesin air jeruk nipis, sakit banget. Kalau bisa saat itu aku nangis, aku pasti akan nangis.

Tapi alhamdullilah, sehabis diinfus Shaqira langsung bisa tidur tadi siang selama lebih dari 3 jam. Muntah dan diarenya juga berkurang. Malah Shaqira sudah mulai mau nyanyi lagu anak-anak lagi. Melihat ini hati rada tenang sedikit.

Bahaya Diare Pada Anak

Untuk anak-anak, diare ternyata sangat berbahaya, apalagi jika diare tersebut disertai dengan muntah, karena bisa menyebabkan dehidrasi atau anak kehilangan atau kekurangan cairan tubuh. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2007, diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25% balita. Dokter Andi Sugoro mengatakan, jika anak yang mengalami diare dan disertai dengan muntah, maka anak tersebut akan mengalami dehidrasi. Jika anak sudah dehidrasi, maka anak tersebut harus segera mendapatkan terapi cairan, jika tidak anak bisa mengalami syok yang bisa menyebabkan kegagalan organ multipel yang bisa berakhir dengan kematian.

Dokter Andy mengatakan, tanda-tanda anak mengalami dehidrasi biasanya adalah anak-anak akan rewel, anak akan menangis tapi tidak keluar air mata, anak akan sangat kehausan ketika diberi minum, dan mata anak akan tetlihat lebih cekung jika dibandingkan dengan mata biasanya.

Anak yang mengalami dehidrasi harus segera ditangani sebelum mengalami dehidrasi berat. Tanda-tanda yang dapat dilihat jika anak mengalami dehidrasi berat antara lain adalah (1). Anak terlihat lemah, tidak menangis, terlihat mengantuk dan mudah tidur; (2). Anak. Tidak merespon saat diberi minum; (3). Mata anak akan terlihat sangat cekung; (4). Tangan dan kaki akan terasa dingin. (Diu Oktora, RS Omni Alam Sutera, Tangerang Selatan / 3 Agustus 2016)