25 September 2016

Cerita Alvaro : His First Camp (part 1)

Selalu ada untuk yang pertama kali.. Nah,.ini cerita untuk pertama kalinya anak ku yang besar Alvaro Bayanaka Maru nginep sendiri. Sebenarnya urusan nginep tanpa ditemenin mama atau papanya bukan hal baru buat anak lanang ku ini, sudah cukup sering Alvaro.nginep tanpa orangtua, tapi itu dia nginepnya sama tante atau opungnya.

Nah, nginep kali ini Alvaro bener-bener sendiri, tanpa didampingi mama, papa, tante atau opungnya. Nginepnya juga beda, biasanya nginep di rumah opung atau hotel. Kalau nginep yang kali ini dalam rangka PerJuSa, Perkemahan Jumat Sabtu, yang diadakan pada tamggal 23 - 24 September 2016 di sekolahnya. Dan, ini pengalaman pertama Alvaro ikut kemah dan nginep tanpa orangtua.

Di sekolah Alvaro, Sekolah Alam Madinah, Serpong, Tangerang Selatan, kegiatan perkemahan memang baru diikuti setelah duduk di kelas 4. Karena ini kegiatan baru untuk anak-anak, maka perkemahan pertama dilakukan di lingkungan sekolah sebagai tahap mengenalkan kegiatan perkemahan. Nantinya akan ada kegiatan kemah selama 3 hari di lokasi perkemahan (bukan di sekolah).

Karena ini perkemahan Alvaro yang pertama dan nginep dia sendirian, persiapan buat Alvaro pun sudah rempong dan rusuh dari satu minggu sebelum kemah. Kerempongan udah pasti soal perlengkapan yang harus dibawa dan dipakai Alvaro untuk kemah. Untuk sepatu yang dipakai harus berwarna hitam dan bertali. Nah Alvaro itu tidak suka dan tidak bisa pakai sepatu yang bertali. Awalnya tidak pernah berpikir untuk beli karena sudah pasti sepatu itu nanti tidak akan dipakai Alvaro karena bertali, kebetulan juga Alvaro punya satu sepatu yang bertali, tapi sayang sepatu itu ga bisa dipakai karena warnanya abu-abu. Tapi aku masih berpikir aman, karena Alvaro punya sepatu berwarna hitam, tapi sayang juga tetap ga bisa dipakai karena tidak bertali. Akhirnya harus beli juga sepatu hitam dan bertali untuk Alvaro kemah.

Satu persoalan beres, ternyata ada lagi satu yang kelupaan. Tikar untuk alas tidur Alvaro belum ada. Tikar di rumah kebesaran untuk dibawa. Setelah mencoba pinjam, dan tidak ada. Akhirnya keputusannya adalah beli tikar plastik di pasar darurat dekat rumah.

Nah, setelah semua perlengkapan mulai dari atribut seragam pramuka dan perlengkapan yang harus dibawa sudah beres dirapihkan, eee...ada aja kerempongan lain yang muncul. Pagi mau berangkat ke sekolah ring rotan untuk kacu tiba-tiba menghilang. Langsung spaneng lah emaknya, dari semalem udah disiapin tiba-tiba ga ada. Karena sudah harus berangkat ke sekolah, emaknya pun berimprovisasi, untuk sementara pengganti ring pakai karet. Ring akan menyusul dikirim bersama dengan tikar.

Itu kerempongan dari sisi Alvaro. Masih ada kerempongan yang disertai kegalauan pula, untuk yang ini datangnya dari sisi emaknya. Tiap hari aku selalu tanya ke Alvaro "Abang bisa ga sih kemah?" "Bang, nanti kalau kemah, gimana abang makan sama mandinya? Terus kalau malam-malam abang mau ke kamar mandi gimana? Abang bisa ga sih kemah?" dan masih banyak pertanyaan lainnya.

Sebenarnya kegalauan ini bukan tanpa alasan juga. Alvaro itu anaknya manja dan penakut. Selain itu memang untuk semua kebutuhan Alvaro mulai dari makan, mandi, baju, dan lain-lain, aku selalu yang menyiapkan. Belum lagi kalau ada opungnya di rumah, untuk makan, Alvaro suka disuapin opungnya.

Tapi kemah ini sebenarnya momentum yang pas untuk mengajarkan Alvaro untuk lebih bisa mandiri dan berani. Walaupun dengan kegalauan tingkat tinggi, aku tetap memberangkatkan Alvaro kemah. Sebelum berangkat Alvaro bilang ke aku "tenang mah, aku ga pa pa kok kemah. Aku pasti bisa ngerjain semua nanti". Sambil ngeledek Alvaro bilang "My Camping, My Adventure" dan yang ada kegalauan emaknya pun semakin naik tingkat.

Tidak ada komentar: