03 Juni 2008

Lasmaria Pardede

Lasmaria pardede, seorang ibu yang tinggal di Pematang Siantar, Sumatera Utara, mungkin adalah gambaran perempuan batak yang memiliki semangat gigih dan pantang menyerah.

Aku mengenal Inang Lasmaria, begitu biasanya wanita yang telah berusia 65 tahun ini disapa saat melakukan liputan Pembunuhan Rotua Rialina Simanjuntak, pada 5 Mei 2008 di Pematang Siantar, Sumatera Utara

Rotua Rialina Simanjuntak adalah putri bungsu Inang Lasmaria. Pada medio April 2007, Rotua ditemukan terbunuh di sebuah parit yang ditumbuhui ilalang yang sangat tinggi, di Kampung Baru, Nagari Dolok Uluan, Kecamatan Pematang Raya, Pematang Siantar – Sumatera Utara.

Menurut keterangan Polisi dari Polsek Raya & Polres Simalungun, Rotua kemungkinan besar di perkosa dan kemudian dibunuh. Pelaku pembunuhan diduga supir angkot yang dinaiki Rotua ketika akan ke Medan, Yaitu Gatti Sialagan. Dan, hingga tulisan ini dibuat (tgl 03 Juni 2008) Polisi masih belum berhasil menangkap Gatti Sialagan, alis masih menjadi Buron. (Program Wanted, http://www.an.tv/)

Kematian Rotua dengan cara yang mengenaskan tentunya meninggalkan perasaan sedih sangat mendalam bagi Inang Lasmaria. Ditambah lagi orang yang diduga sebagai pelaku utama pembunuhan anaknya, masih juga belum tertangkap.

Ternyata, dibalik kedukaan yang mendalam, memunculkan keberanian dan kegigihan dalam diri Inang Lasmaria. Tanpa bosan, Inang Lasmaria selalu menanyakan kepada para penyidik kepolisian bagaimana pencarian terhadap Gatti Sialagan. Bahkan saat bertemu dengan Inang Lasmaria, dengan penuh semangat bercerita mengenai kasus pembunuhan putrid bungsunya dan apa saja yang telah dia lakukan.

Inang Lasmaria sempat bercerita, saat angkot yang membawa anaknya saat itu lewat di depan rumahnya dia sempat menghentikan, karena nomor badan angkot tersebut dirubah. Kemudian oleh Inang Lasmaria, nomor tersebut dilepas dan disimpan. Hal itu dilakukan Inang Lasmaria karena khawatir saat pelaku pembunuhan anaknya tertangkap, mobil tersebut tidak bias dijadikan barang bukti. Padahal, walaupun nomor badan angkot dirubah, angkot tersebut tetap menjadi barang bukti pembunuhan Rotua.

Tidak puas dengan kinerja polisi yang masih juga belum berhasil menangkap Gatti Sialagan, Inang Lasmaria tidak kehabisan akal. Inang menemui pengurus paguyuban Simanjuntak. Gayung bersambut, pengurus paguyuban Simanjuntak di Siantar membantu dengan memuat pemberitaan pembunuhan Rotua juga melakukan aksi advokasi, seperti menyurati kepolisian. (http://www.simanjuntak.or.id/)

Apa yang dilakukan Inang Lasmaria mengingatkan Judul Lagu Batak yang menggambarkan kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya. Judul lagu batak tersebut adalah “Anakhonhi Do Hamoraon Di Ahu”. Syair lagu batak tersebut menggambarkan betapa berharganya seoarang anak itu bagi orang tuanya, lebih berharga dari harta apapun di dunia ini. Dan, orang tua akan melakukan apapun agar anaknya bisa mendapatkan kehidupan yang terbaik.

Rotua Rialina Simanjuntak memang sudah meninggal, tidak lagi hidup di dunia yang sama dengan Inang Lasmaria. Namun kasih sayang Inang Lasmaria tetap tercurahkan kepada putri bungsunya, tak terbatas dengan alam kehidupan. Dan, Inang Lasmaria tahu, bahwa kebahagian putrinya adalah pembunuh anaknya, yaitu Gatti Sialagan tertangkap. Untuk itulah di kerentaan usianya, Inang Lasmaria tetap gigih dan pantang mundur mencari mengenai penuntasan kasus pembunuhan anaknya.

” Kasih ibu sepanjang jaman, kasih anak sepanjang galah ”

Tidak ada komentar: