11 Juli 2008

Memburu Teroris

Lagi – lagi Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri membongkar jaringan teroris di Indonesia. Pada 28 Juni dan 1 Juli lalu, tim yang dibentuk pada tahun 2002 menangkap 10 orang tersangka teroris di sejumlah wilayah di Palembang, Sumatera Selatan. Sejumlah barang bukti berupa 8 rangkaian bom rakitan yang sudah jadi di dalam pipa paralon dan rangkaian detonatornya serta bahan-bahan pembuat bom seberat 50 kg diamankan. Konon katanya, bom rakitan yang ditemukan memiliki kekuatan ledakan lebih besar dari bom yang meledak di Bali pada tahun 2002.

Kelompok teroris yang terungkap di Palembang, Sumatera Selatan, dipastikan merupakan bagian dari jaringan Jamaah Islamiyah (JI). Kelompok Palembang disebut - sebut merupakan sel baru bentukkan Noordin M Top sebagai poros antara gerakan JI di Singapura yang dikendalikan Mas Slamet Kastari dan JI di Jawa yang dikendalikan sendiri oleh Noordin M Top. Kelompok teroris Palembang, pernah merencanakan akan meledakkan sebua cafe di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Selain itu, pada tahun 2005 kelompok Palembang ini juga pernah merencanakan percobaan pembunuhan pendeta Joshua di Bandung.

“ TERORIS “ kata ini mulai sering didengar dan digunakan setelah peristiwa ledakan bom di Bali, pada 12 Oktober 2002. Peristiwa yang akhirnya dikenal dengan nama “ Bom Bali 1 “ ini mengakibatkan 202 orang tewas dan 209 orang luka – luka, korban rata – rata adalah wisatawan asing yang sedang menikmati liburan di Kuta.

Nah, untuk memburu para pelaku peledakan Bom Bali 1, yang kemudian di sebut teroris, Kepolisian Republik Indonesia membentuk Tim Anti Teror, akhirnya diberi nama Tim Densus 88 Anti Teror, yang bertugas untuk memburu pelaku terorisme di Indonesia. Dibalik pro kontra pembentukan & gaya penangkapan yang kerap kali dibilang melanggar hak asasi manusia, Tim Densus 88 Anti Teror berhasil mengungkap jaringan teroris di Indonesia yang kerap kali melakukan aksi teror peledakan bom.

Tinta biru perburuan teroris diawali dengan penangkapan pelaku peledakan bom di Bali pada tahun 2002, yaitu Imam Samudra alias Abdul Aziz, yang ditangkap di Pelabuhan Penyebrangan merak – Bakauhuni, dalam bus PO Kurnia, jurusan Jakarta – Medan.

Ali Ghufron alias Mukhlas, yang ditangkap di Desa Tulung, Kecamatan Delanggu, Klaten, Solo, Jawa Tengah, pada Desember 2002.

Teroris lain yang juga “dicekel” Tim Densus 88 Anti Teror adalah Ali Imron alias Alik alias Ale, yang ditangkap pada 13 Januari 2003, di tempat persembunyiannya di Pulau Tanjung Brukang, di lepas pantai Samarinda, Kalimantan Timur, 13 januari 2003.

Tim Densus 88 juga sukses menangkap pelaku Bom Bali 1 lainnya, yaitu Amrozi, yang ditangkap Di Pondok Pesantren Al-Islam, Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, pada November 2002.

Perburuann teroris Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri terus berlanjut dan membuahkan hasil. Salah satu otak aksi teror bom di Indonesia yang paling di cari yaitu DR. Azahari berhasil ditangkap. Warga negara Malaysia ini tewas ketika disergap di Kota Batu, Malang, Jawa Timur, pada September 2005.

Abu Dujana alias Yusron alias Mahfud, tersangka teroris yang mumpuni merakit bom dan terlibat dalam aksi Bom Bali pada tahun 2002, Bom Hotel JW Marriot pada tahun 2003, dan Bom di Kedutaan Besar Australia pada tahun 2004 ditangkap di rumahnya di Desa kebarongan, Kemrajen, Banyumas – Jawa Tengah, pada Juni 2007.

Pimpinan tertinggi atau amir Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia, Zarkasih alias Abu Irsad alias Mbah dibekuk dalam operasi Detasemen Khusus 88 Antiteror di Yogyakarta, juga pada Juni 2007. Zarkasih alias Mbah alias Abu Irsyad adalah pengendali utama seluruh operasi di Poso, Sulawesi Tengah.

Muhammad Rois alias Iwan Darmawan, salah seorang pelaku peledakan bom di Kedutaan Besar Australia, di Kuningan – Jakarta Selatan, di cokok Tim pemburu teroris pada November 2005. Pria yang mempunyai peran menyembunyikan otak sejumlah kasus pengeboman di Tanah Air yaitu Doktor Azahari dan Noordin Mohammad Top ditangkap di Kampung Kaum, Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat.

Ada teroris ditangkap. Namun, ada juga teroris yang gagal ditangkap. Noordin M Top, adalah salah seorang gembong teroris yang masih diburu polisi. Warga negara Malaysia yang merupakan otak di balik serangkaian aksi bom yang mengguncang Indonesia kerap kali lolos dalam aksi penangkapan Tim densus 88 Anti Teror. Pada Oktober 2003, jejak Noordin sempat terendus di Bandung, Jawa Barat, namun bagaikan belut yang sangat licin, saat akan ditangkap Noordin berhasil melarikan diri. Teror bom karya Noordin M top antara lain adalah bom di Hotel JW Marriott, Agustus 2003, bom Kedutaan Besar Australia, pada September 2004, dan bom Bali 2, pada Oktober 2005.

Buron teroris lain adalah Dulmatin alias Joko Pitoyo. Buronan teroris asal Pemalang, Jawa Tengah masih diburu polisi karena terlibat dalam aksi bom Bali1, pada 2002. Dulmatin sempat beberapa kali dikabarkan tewas dalam serangan udara militer Filipina di Pulau Mindanao, Filipina Selatan pada Januari 2005. Pada Januari 2007, Dulmatin juga dikabarkan tewas dalam baku tembak dengan militer Filipina, di Jolo, Filipina Selatan, namun Kepolisian Republik Indonesia memastikan Dulmatin belum tewas, dan masih diburu.

Umar Patek alias Umar Kecil alias Pak Taek alias abu syekh alias Zacky, adalah anggota senior Jemaah Islamiyah. Umar Patek diduga terlibat dalam serangan bom di Bali/ 12 Oktober 2002. Sampai sekarang polisi masih mencari umar patek. Sejak 2003, Umar patek bersama Dulmatin, diduga melarikan diri ke Filipina. Kemungkinan keduanya bersembunyi di wilayah Filipina Selatan, seperti pulau Simunul dan Mindanao, serta pulau Jolo bagian Barat Daya Filipina.

Teroris buron lain adalah Zulkarnaen alias Daud alias Arif Sunarso. Zulkarnaen diduga berperan sebagai penanggung jawab seluruh operasi teror jamaah islamiyah. Ketua Dewan Askari atau pimpinan kelompok bersenjata Jamaah Islamiyah bukanlah eksekutor lapangan, melainkan penanggung jawab aksi teror. Pelaksanaan setiap aksi teror pengeboman merupakan hasil persetujuan zulkarnaen. Beberapa aksi peledakan bom yang mendapatkan restu Zulkarnaen antara lain peledakan bom di Bursa Efek Jakarta, pada 2000, bom Bali 1, pada 2002, yang menewaskan dua ratus dua orang. Peledakan bom di hotel JW Marriot, tahun 2003. Dan September 2004 peledakan bom di Kedutaan Besar Australia, Jakarta.
Satu persatu jaringan teroris terendus. Kali ini jaringan teroris di Palembang terbongkar. Lembara episode baru perburuan teroris akan terus berlanjut. Akankah kali ini episode perburuan teroris akan " the end " ?? Sehingga Indonesia akan aman, bebas dari teroris !!!!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

boleh minta profil dan latar belakang dari Zulkarnaen?
Terima kasih.