14 Oktober 2008

Wali Nanggroe Pulang Kampung

11 Oktober 2008, sekita pukul 11.30 WIB, Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh berbeda dari biasanya. Memang tetap ramai dengan hiruk – pikuk penumpang yang akan naik – turun pesawat terbang. Namun, hiruk – pikuk kali ini jauh berbeda dari biasanya, ada upacara penyambutan dan pengamanan super ketat… Bandara Sultan Iskandar Muda dan Masyarakat Aceh menyambut tamu khusus.

Kekhususan Bandara Sultan Iskandar Muda terjadi karena “Wali Nanggroe” Muhammad Hasan di Tiro pulang kampong. Setelah 32 tahun tidak pernah menginjakkan kakinya di Bumi Serambi Mekkah, melalui Malaysia dengan menggunakan pesawat sewaan Hasan Tiro kembali mencium aroma tanah kampung halamannya.

Ribuan masyarakat aceh pun berdatangan, tumpah ruah, berkumpul di Masjid Raya Banda Aceh untuk melihat sosok kharismatik pimpinan yang mereka rindukan selama ini.

Kepulangan deklarator “Gerakan Aceh Merdeka”, GAM pada 4 Desember 1976 ini memang menyedot banyak perhatian banyak orang, tidak hanya di Banda Aceh sana saja, bahkan nuansa kepulangan Hasan Tiro terasa juga di salah satu rumah di kawasan Graha Raya Bintaro, Serpong – Tangerang.

Di depan layar televisi yang saat itu sedang menyiarkan berita kedatangan Hasan Tiro terjadi “dialog” antara seorang papa dan anaknya yang masih berusia 11 bulan.

Papa : Nak, tuh lihat wali nangroe mu pulang kampung.

(Si anak yang baru berusia 11 bulan, belum bisa bicara benar dan pastinya ga ngerti soal wali nangroe. Tapi, seolah – olah ngerti, si anak yang saat itu sedang asik main mobil – mobilan, langsung melihat layar televisi dan menjawab dengan caranya.)

Anak : U … U … U … U …
Papa : Iya, itu kampung halaman mu
Anak : U … U … U … U …

Kepulangan “Wali Nanggroe” selain menghipnotis perhatian banyak orang, karena mereka ingin mendegarkan pesan perdamaian dari Muhammad Hasan di Tiro langsung. Sementara diseberang pulau Sumatera, bagi seorang papa kepulangan Hasan Tiro kesempatan untuk memperkenalkan kampung halaman buat anak yang belum sempat menginjak tanah leluhurnya … (Diu Oktora / 12 Oktober 2008)

Tidak ada komentar: