07 Maret 2015

Srikandi Tangguh

"Saya penderita TB MDR. Karena penyakit ini saya harus kehilangan bayi yang sedang saya kandung. Tidak hanya itu saja, suami saya pun menceraikan saya karena saya menderita TB", cerita Dewi. 

"Saya tidak bisa menggendong dan memeluk anak yang baru saya lahirkan. Karena saya penderita TB MDR saya dilarang untuk memeluk dan menggendong bayi saya karena khawatir tertular", tutur Lia.

Cerita Dewi dan Lia, Saya dengar langsung dari mereka ketika saya mengikuti Workshop #SahabatJKN #lawanTB selama 3 hari di Bandung, Jawa Barat. Workshop yang diadakan mulai tanggal 3 hingga 5 Maret ini memang mendatangkan penderita TB untuk sharing pengalaman mereka ketika menjalani pengobatan.




Sedih mendengerkan kisah Dewi dan Lia, bahkan ga terasa mata saya berkaca-kaca ketika mendengar cerita bagaimana kesakitan fisik yang harus mereka jalanin ketika setiap hari harus meminum belasan butir obat. 

"Saya merasakan mual yang amat sangat, terkadang sampai muntah-muntah. Tulang pada ngilu-ngilu. Terkadang mengalami halusinasi atau seperti mendengar suara yang mengajak untuk melakukan sesuatu" kisah Dewi. 

"Kalau saya juga begitu, mual, muntah, pusing. Apalagi pas disuntik, itukan harus setiap hari, itu sakit sekali. Terus setiap hari harus ke rumah sakit untuk minum obat, perjalanan saya sangat melelahkan dan jauh. Saya harus nyebrang sungai, terus berapa kali ganti angkot baru sampe rumah sakit. Begitu setiap hari", cerita Lia. 

 Kenapa ya, Dewi dan Lia harus ke rumah sakit setiap hari untuk minum obat?? Sesungguhnya TB MDR yang diderita Dewi dan Lia itu penyakit jenis apa??

Kita semua tentu sudah tau, paling tidak mendengar apa itu penyakit TB (Tuberkulosis). Dulu penyakit ini kerap kali disebut dengan TBC. TB adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB ini ditularkan melalui percikan dahak penderita TB yang tersebar di udara. Nah ketika di sekitar kita ada seorang penderita TB, kemudian dia batuk, bersin, berbicara atau meludah, saat itulah mereka memercikan kuman TB ke udara. Kemudian seseorang dapat tertular TB hanya dengan mengirup sejumlah kecil kuman TB yang sudah tersebar di udara tadi. 

Nah, kalau TB MDR itu apa?? Kalau yang satu ini masih saudaraan dengan TB, tapi kalau TB MDR itu disebabkan oleh kuman TB yang kebal obat, makanya disebut MDR, yang singkatan bahasa bulenya Multi Drug Resistant, kalau bahasa kita itu TB yang kebal dengan obat. 

Jadi TB MDR ini dialami oleh orang yang ketika awal menderita TB pengobatannya tidak tuntas sehingga kebal terhadap obat-obat TB. Selain itu TB MDR juga bisa dialami karena kita tertular dari pasien TB MDR. Kalau sudah positif terkena TB MDR maka pasien harus menjalani pengobatan di sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit atau puskesma selama 18 - 24 bulan. Selama kurun waktu itu pasien TB harus minum obat setiap hari tanpa boleh terputus, oleh karena itu pasien dengan TB MDR harus didampingi dengan yang namanya PMO atau pendamping minum obat. 

Seperti cerita Dewi dan Lia untuk sembuh mereka harus disiplin minum obat dan tidak boleh lupa. Obat yang diminum pun jumlahnya belasan butir dan besar-besar. Selama minum obat mereka mengalami efek samping seperti mual, muntah, pusing, sakit kepala, diare, nyeri otot dan tulang. Untuk beberapa pasien bahkan bisa mengalami halusinasi atau kehilangan kewarasannya sementara. 

Apa yang dialami oleh penderita TB MDR tidak hanya mengalami kesakitan fisik akibat pengobatan yang harus mereka jalani. Namun kesakitan psikologi juga harus mereka rasakan, stigma negatif masyarakat atau bahkan dari orang terdekat justru kerap kali membuat mereka menjadi "down". 

"Sudah pastilah masyarakat disekitar rumah saya menjauhi karena saya TB. Mereka mengucilkan saya, bahkan suami saya sampai meninggalkan saya. Tapi sekarang setelah dua tahun menjalani pengobatan dengan disiplin, saya sudah sembuh. Bahkan saya merasakan hidup saya lebih berarti bagi orang lain. Sekarang saya membantu teman-teman yang masih menderita TB dengan menyemangati mereka untuk disiplin minum obat supaya bisa sembuh," cerita Dewi penuh semangat dan senyum. 

"Sekarang saya juga sudah sembuh dari TB MDR. Kalau ingat dulu waktu masih sakit suka sedih dan nangis. Kalau dikucilkan orang dan keluarga itu sudah pasti. Yang semakin sedih ketika saya hamil kemudian melahirkan, saya harus menunggu setahun untuk bisa pegang anak saya. Tapi sekarang senang rasanya saya sudah bisa mencium menggendong anak saya," tutur Lia. 

Penderita TB atau TB MDR sesungguhnya bukanlah orang yang harus dijauhi, dikucilkan dan ditakuti, karena TB bisa disembuhkan. Oleh karena itu jika di keluarga kita, saudara kita dan tetangga kita ada yang mengalami gejala batuk berdahak lebih dari 2 minggu bahkan sampai batuk darah, kemudian merasakan demam, nyeri di dada, berkeringat di malam hari padahal tidak melakukan aktifitas apapun, nafsu makan berkurang dan berat badab menurun terus segera dibawa ke rumah sakit atau puskesmas untuk menjalani pemeriksaan. Jika positif TB, tidak perlu khawatir dengan pengobatannya, karena diseluruh layanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas milik pemerintah pengobatan TB GRATIS, OBAT TB GRATIS

Semua penderita TB MDR layak tersenyum bahagia seperti Dewi dan Lia. Dengan adanya obat gratis dan pasien disiplin minun obat, setiap harinya akan ada Dewi dan Lia yang lain muncul dan bisa mengatakan "Saya pasien TB MDR dan sekarang saya sudah sembuh".  (Diu Oktora / Graha Raya Bintaro - Cluster Valencia, 7 Maret 2015) 

3 komentar:

Vhoy Syazwana mengatakan...

Saya pernah jadi PO alias pengawas obat penderita TB, Mak. Bukan MDR siy. Alhamdulillah, dgn tahu keadaan yg sebenarnya, membuat sya lbh berempati kepada sesama. Mereka butuh dukungan dan kasih sayang, bukan untuk dijauhi.

Unknown mengatakan...

Betul banget mak. Teman2 penderita TB selain harus disipplin minum obat mereka juga harus diberikan dukungan dan kasih sayang, bukan justru dikucilkan dan dijauhkan. setelah kemaren denger langsung dari temen2 TB mereka harus berjuang untuk kesembuhan mereka dan menghadapi pandangan negatif masyarakat dan keluarga

Euisry Noor mengatakan...

Betul ya Mbak, masyarakat perlu mengetahui & mendapatkan edukasi perihal TB ini. Salut sama mereka yg tangguh menghadapinya hingga Alhamdulillah sembuh.