10 Februari 2016

A Part Story From Our Long Weekend : Keraton Kaibon

Long weekend plus cuti 2 hari = Long - Long Weekend. Libur akhir minggu ini memang sudah aku rencanakan sebagai liburan keluarga, karena jarang sekali aku bisa berlibur dengan paket lengkap. Biasanya kedua krucil ku liburan dengan tante-tante dan opungnya, atau kalau aku ikut liburan, bapake yang ga bisa ikut liburan. Tapi Alhamdullilah, kali ini kami bisa libur dengan full team.

Tujuan liburan kami kali ini adalah Serang dan Anyer, Banten. Kebetulan sekali pada tanggal 4 Februari adalah hari pernikahan teman baik ku Nury dan Aam. Lokasi pernikahan yang mereka pilih sangat menarik, yaitu Keraton Kaibon di Kawasan Banten Lama - Serang. Nah, sekalian menghadiri akad nikah temen ku, sekalian juga wisata sejarah buat anak ku, Alvaro Bayanaka Maru.

Edisi liburan pertama kami mulai pada Rabu (3/2/2016) sore. Sekitar pukul 16.30 Wib kami berangkat menuju Serang, Banten. Sepanjang perjalanan kedua bocah ku ini sangat menikmati. Perjalanan menuju Serang kami lalui melalui tol Tangerang - Serang Barat. Sepanjang perjalanan pemandangan hamparan sawah dan pegunungan menjadi perhatian menarik untuk kedua anak ku.

Tujuan pertama kami di Serang adalah rumah kawan ku Nury, karena pada malam itu sudah dimulai persiapan untuk acara akad Nikah. Malam itupun kami menginap di salah satu penginapan yang sudah disiapkan keluarga pengantin.

Esok paginya (4/2/2016), jam 07.00 pagi kami pun menuju Keraton Kaibon dengan beriringan kendaraan. Perjalanan inipun menarik buat kedua anak ku, terutama saat kami sudah memasuki kawasan Banten Lama, karena mulai terlihat sisa bangunan-bangunan jaman dahulu kala.

Aku pun sedikit bercerita mengenai sejarah kerajaan Banten Lama ke anak ku Alvaro. Banten Lama merupakan salah satu pusat Kerajaan Islam di Indonesia. Raja dari kerajaan Banten yang terkenal antara lain adalah Sultan Maulana Hasanudin dan Sultan Haji, "Alvaro pun berkomentar, oiya itu pelajaran waktu aku kelas 2 kemarin".

Sebagai tanda sudah memasuki kawasan Keraton Kaibon, terdapat plang papan berwarna putih yang bertuliskan "Benda Cagar Budaya Keraton Kaibon". Sisa-sisa bangunan bekas Keraton Kaibon ini berada di Kampung kroya, Kelurahan kasunyatan, Kecamatan Kasemen. Batas antara perkampungan warga dengan puing-puing Keraton Kaibon hanya dibatasi oleh Jalan kecil dan pagar besi.

Sesampainya di Keraton Kaibon, kedua anak ku senang sekali. Mereka langsung ngajak untuk foto-foto ke puing-puing Keraton Kaibon. Berbagai gaya mereka lakukan, mulai dari gaya bebas, sampai gaya-gaya seolah-olah mereka ahli silat pun dilakonin.

Aku kemudian tanya, "kok gayanya kenapa kaya orang main silat?" Si Abang Alvaro pun menjawab, "Kan orang jaman dulu jago silat mama, itu kaya di sinetron. Terus di sinetron itu kan bangunan-bangunan kerajaan jaman dulu kaya begini, dari batu-batu".

Berbagai tempat pun menjadi pilihan kedua anak ku untuk berpose, mulai dari pintu gerbang, undakan reruntuhan bangunan, dan benteng-benteng.

Sementara abangnya asik bergaya silat-silatan, si kecil Shaqira pun ga mau kalah set. Shaqira pun ikuta-ikutan bergaya silat. Sambil ketawa-ketawa Shaqira mengikuti setiap gaya yang dilakuin abangnya. Shaqira pun tampak menikmati suasana. Walaupun naik ke puing-puing keraton cukup tinggi. Shaqira tidak merasa takut, bahkan dengan asiknya dia loncat sana - loncat sini. Berlari-lari diantara puing-puing.

Liburan kali ini memang berbeda. Selain menghadiri acara akad nikah, tapi lokasinya buat kedua anak ku juga menarik, karena mereka sama sekali belum pernah berkunjung ke cagar budaya yang tinggal puing seperti ini.

Sementara buat aku, tentu saja liburan kali ini bukan hanya sekedar senang-senang, tapi juga memberikan edukasi kepada anak ku, terutama Alvaro mengenai sejarah bangsa Indonesia, terutama mengenai sejarah kerjaan Islam di Indonesia.

Liburan kali ini benar-benar seru...

Sejarah Keraton Kaibon

Nah, ini cerita singkat mengenai Keraton Kaibon. Keraton ini dibangun pada tahun 1815, ini merupakan keraton kedua di Banten kala itu. Keraton pertama di Banten adalah Keraton Surosowan yang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Banten. Semantara itu, Keraton Kaibon dibangun sebagai tempat tinggal Ratu Aisah yang adalah ibunda dari Sultan Syafiudin, Sultan Banten ke 21. Ketika Keraton Kaibon dibangun, Sultan Syafiudin baru berusia 5 tahun.

Keraton ini diberi nama Kaibon karena keraton ini merupakan persembahan untuk ibunda sultan. Kata Kaibon bersumber dari kata keibunan yang memili arti bersifat seperti ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.

Dulu, Keraton Kaibon dibangun menghadap Barat, dibagian depan keraton dibangun kanal yang berfungsi sebagai media transportasi untuk menuju ke Keraton Surosowan yang letaknya di bagian utara.

Bagian depan keraton dibatasi dengan gerbang yang memiliki 5 pintu, yang mengandung makna jumlah shalat dalam satu hari yang dilakukan umat muslim. Semantara itu, gerbang depan Keraton Kaibon memiliki ketinggian 2 meter, gerbang ini dibangun dengan gaya campuran Jawa dan Bali. Gerbang ini disebut juga dengan sebutan gerbang bersayap. Pada satu gerbang terdapat pintu paduraksa yang menghubungkan bagian depan dengan ruang utama keraton.

Ruang Utama di keraton Kaibon adalah kamar tidur Ratu Asiyah. Ruangan ini dibangun dengan menjorok ke tanah. Dalam kamar Ratu Asiyah terdapat sebuah lubang yang dapat diisi air, lubang berisi air tersebut berguna memberikan efek sejuk pada kamar Sang Ratu.

Keraton Kaibon, dibangun diatas tanah seluas kurang lebih 4 hektar, keraton ini dibangun menggunakan batu bata yang terbuat dari pasir dan kapur sehingga sangat kokoh.  oleh karena itu, walaupun usianya telah ratusan tahun, bahkan sudah hancur, dibeberapa reruntuhan keraton ini masih terlihat pondasi dan pilar-pilar yang utuh.

Namun sayang, pada tahun 1832 Keraton Kaibon dihancurkan oleh pihak Belanda yang dipimpin oleh Gubernur VOC, Jendral Daen Dels. Penyerangan dilakukan karena Sultan Syaifudin menolak dengan keras permintaan sang jendral untuk meneruskan pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan. Bahkan utusan jendral yang bernama Du Puy dibunuh sultan hingga kepalanya dipenggal kemudian dikembalikan kepada jendral Daen Dels. Marah besar, jendral VOC tersebut menghancurkan keraton Kaibon hingga meninggalkan puing-puing yang tersisa saat ini.

2 komentar:

Ipeh Alena mengatakan...

Ternyata situs sejarah di banten termasuk banyak ya. Tapi yang selalu membuat mupeng itu pengen banget jalan2 ke pedalamanya :)

Unknown mengatakan...

Mak Ipeh, hayukkkk kita agendakan, temen ku ada yang bisa nge-gaet kesana.. Bakalan seru perjalanan ke Baduy