04 Maret 2009

Dimana Rasa Empati Itu?

Empati apa sih sebenarnya arti kata itu? Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata " Empati " mengandung arti keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain atau kelompok lain. Kalau boleh mengartikan sendiri, empati itu menurut gue adalah diri kita mencoba memposisikan sebagai orang lain atau merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, tapi pastinya orang yang memang dalam kondisi perlu dibantu, atau layak untuk diberikan bantuan.

Empati tidak memandang gender, pria dan perempuan. Empati tidak memandang usia, tua - muda dan remaja. Empati tidak memandang derajat, kaya dan miskin. Empati tidak memandang status pendidikan, SD - SMP - SMA - Sarjana - Doktor - dll. Empati tidak memandang jabaatan, Direktur - karyawan - office boy - pengangguran - dll. Empati bebas diberikan kepada siapapun dan kapan pun.

Ada sedikit pengalaman menarik yang gue alamin waktu pulang naik bis semalam (3/3/09). Seperti biasa gue naik bis ke arah Cileduk dari Karet Kolong Sudirman. Bis yang mau gue naikin sedang 'ngetem' menunggu penumpang yang akan naik. Bis dalam keadan kosong, hanya sekitar 20 kursi penumpang yang terisi. Gue pun bebas mencari tempat duduk, pilihan gue jatuhkan pada kursi terdepan. Selang 5 menit gue duduk, bis pun mulai jalan dengan perlahan sambil mencari penumpang lain.

Alat penyejuk dalam bis membuat udara terasa dingin, dan mengundang mata untuk mengantuk. Ditengah - tengah kantuk yang sedang gue nikmatin, tiba - tiba terdengar suara yang sangat tidak merdu "bapak - bapak, ibu - ibu, oper ke bis belakang ya, kita mau puter balik lagi". Alasan memindahkan penumpang adalah karena quota kursi tidak terpenuhi. Dengan berebut dan pastinya sambil ngedumel marah - marah, para penumpang turun dan pindah ke bis belakang, dengan harapan kembali mendapatkan kursi kosong.

Tapi, ternyata kursi di bis belakang sudah penuh, penumpang pindahan pun terpaksa banyak yang harus berdiri, termasuk gue tentunya. Salah satu penumpang yang berdiri adalah seorang ibu hamil. Gue rasa dia sedang hamil sekitar 7 atau 8 bulan, karena perutnya sudah besar. Ibu itu berdiri dekat kursi dua bagian terdepan, dekat pintu.

Penumpang yang berdiri cukup banyak, sehingga membuat ibu hamil tersebut agak susah untuk berdiri dengan posisi yang nyaman. Karena dengan perut yang cukup besar dan berdesak - desakan dengan penumpang lain, pastinya ibu hamil itu sangat tidak nyaman. Dan gilanya (sebenarnya gue mau pake kata "dan sadisnya") penumpang yang lain cuek aja, tidak ada yang peduli, tidak ada satu pun yang memberikan kursinya untuk diduduki si ibu hamil. Terutama keduan orang penumpang yang duduk di kursi terdepan itu, tepat di depan ibu yang sedang hamil. Dua orang penumpang yang duduk di kursi terdepan itu, satu orang gadis muda, dan satu orang lagi bapak - bapak.

Gue tahu, orang hamil itu tidak minta dikasihani, orang hamil itu bukan orang cacat yang harus diberikan tempat atau fasilits khusus. Dengan kondisi perut yang besar, dan pastinya berat, berdiri berdesakan tanpa bisa berpegangan untuk menyangga bebannya yang berat selama perjalanan yang memakan waktu cukup lama karena jalanan macet. Belum lagi supir bis yang suka - sukanya ngebut atau ngerem mendadak, membuat si ibu hamil benar - benar tidak nyaman, tega ga sih kita lihatnya? Kasihan ga sih kita lihat ibu itu?

Gue aja yang sekarang sedang tidak hamil merasa cape dan pusing karena berdiri terlalu lama. Apalagi ibu hamil itu, pasti dia berasa cape banget. Terbukti, alat penyejuk di bis tidak bisa menghentikan keringat si ibu yang terus menetes. Gue sebel aja ternyata tidak satu pun para penumpang yang rela berdiri, bertukar tempat duduk dengan si ibu hamil.

Ok lah, buat penumpang yang laki - laki, khususnya buat bapak yang duduk di kursi terdepan dekat si ibu hamil berdiri, cuek aja, ga perduli, karena memang tidak hamil, tidak bisa merasakan apa yang dirasakan oleh ibu hamil itu. Tapi coba bayangin, kalo ibu hamil itu adalah anak perempuan kalian, istri kalian, kakak atau adik perempuan kalian. Untuk para penumpang yang perempuan, terutama buat gadis yang duduk di kursi terdepan dekat si ibu hamil berdiri, kok bisa ya kalian ga peduli? Kok bisa ya kalian cuek aja? Bayangin ga kalau si ibu hamil itu adalah kalian? Dan, kalian berada di posisi yang sama dengan si ibu hamil itu sekarang?

Dan, yang lebih menyebalkan dari itu semua adalah gue dimarah - marahin sama penumpang lainnya. Kebetulan penumpang yang duduk dekat gue berdiri mau turun, otomatis kursinya kosong, penumpang yang berdiri di belakang gue mau langsung duduk dikursi itu, tapi gue halangin. Gue panggil tuh ibu hamil, gue suruh duduk di kursi yang baru ditinggalin penumpang lain. Tahu - tahunya dari belakang ada suara yang buat telinga gue mau pecah " eh mbak, kenapa sih kursi itu dikasih ke orang lain, saya kan cape dari tadi berdiri terus. Gimana sih ". Dan tahu tidak, yang ngomong seperti itu ternyata seorang ibu - ibu juga ... Ya ampunnn.

Melihat dan megalami itu semua, gue kemudian bertanya, dimana rasa empati itu? Ada tidak rasa empati itu? Hilang kemana rasa empati itu? Gue tahu, kita harus menolong - membantu diri sendiri dulu, baru menolong - membantu orang lain. Tapi, situasi itukan bisa saja terbalik, dalam kondisi tertentu yang mungkin dalam situasi tidak menyenangkan - tidak nyaman, kita harus menolong - membantu orang lain terlebih dahulu, baru diri kita.

Apa karena berempati itu tidak dibayar? Atau apa karena berempati itu mahal harganya? Makanya berempati itu sangat susah untuk dilakukan??? (Diu Oktora / 4 Maret 2009)

Tidak ada komentar: