31 Maret 2009

Pedagang Pasar Terhimpi Jaman

Kemajuan jaman ternyata merubah gaya hidup manusia, termasuk juga dalam urusan gaya belanja. Dulu orang hanya mengenal pasar tradisional sebagai tempat satu – satunya yang menjual segala macam kebutuhan hidup mulai dari sembako – pakaian – dan peralatan rumah tangga lainnya. Kini, seiring tuntuan perubahan gaya belanja konsumen bermunculan apa yang namanya pasar modern.

Kehadiran pasar modern ternyata memberikan dampak yang sangat besar terhadap keberadaan pasar tradisional di Jakarta, yang akhirnya berdampak juga terhadap para pedagang.

Program Mata Rantai – Antv mencoba memotret dampak keberadaan pasar modern terhadap pasar tradisional. Untuk melihat dampaknya secara langsung, gue mendatangi beberapa pasar tradisional yang berada disejumlah kawasan di Jakarta.

Salah satu pasar tradisional yang mencoba berdiri kokoh ditengah maraknya keberadaan pasar modern adalah Pasar Kramat Jati, di kawasan Jakarta Timur. Menjelang tengah malam, para pedagang Pasar Kramat Jati mulai menggelar lapak – lapak tempat mereka berjualan. Sontak, pinggiran jalan Kramat Jati disesaki oleh para pedagang. Jalan raya yang umumnya lenggang pada tengah malam, tidak berlaku di kawasan jalan Kramat Jati. Di jalan ini justru kemacetan teramat sangat yang terjadi. Suara klakson saling saut – sautan menjadi melodi yang terdengar.

Salah seorang pedagang yang gue temui, Pak Mislan. Sudah 30 tahun bapak 6 orang anak ini berjualan di pinggir jalan Kramat Jati. Sebenarnya Pak Mislan tidak ingin berjualan di pinggir jalan, karena resiko tertabrak kendaraan bisa saja dialami. Namun, harapan untuk memiliki kios ditempat yang lebih baik, lebih aman atau di dalam pasar terpaksa dikubur dalam – dalam.

” Ya..mau pindah, ya ga ini, tapi ga punya modal, sebenarnya mau pindah pasar lain, tapi ga punya modal.Ya..kata orang-orang itu yang ini mahal pasar itu ” keluh Pak Mislan.

Kesulitan yang dirasa Pak Mislan semakin bertambah sejak hadirnya pasar modern. Di Pasar Kramat Jati, tempat dimana Pak Mislan biasa berjualan tiap hari berdiri kokoh salah satu pasar tradisional terbesar di Indonesia. Dampaknya pendapatan Pak Mislan menurun.

”Saya jualan dari tengah malam sampe pagi, pengahasilan yang didapat ga pernah cukup. Dulu bersih bisa dapat 500 ribu sehari, sekarang bisa dapat 200 ribu sehari aja udah sukur. Yang beli makin kurang, mungkin males ke pasar tengah malam atau pagi. Mending datang ke sebelah siang – siang aja”.

Bergeser ke Pasar Kebayoran Lama, di Jakarta Selatan. Gue sempat ngobrol – ngobrol dengan 2 orang ibu – ibu yang tiap hari berjualan di pinggir jalan raya Pasar Kebayoran Lama, Ibu Haryanti & Ibu Tarwati. Keluhan yang sama juga terlontar dari kedua ibu – ibu tersebut.

Ibu Haryanti dan Ibu Tarwati terpaksa harus berjualan ditempat yang tidak layak, misalnya di pinngiran jalan raya. Mereka sesungguhnya menginginkan pidah ke tempat yang lebih layak, namun harga tempat baru yang mahal membuat mereka memilih bertahan ditempat yang lama

” Keinginannya ya mah ya jualan habis banyak,untungnya gede ya ingin,tapi dapetnya segini ya terima aja bu. Sudah ini lah mba, sudah ngga ada tempatnya. Dapet tempat kaya gini sudah alhamdulilah, terimakasih kaya gini sudah dapet tempat jualan saja terima kasih banyak bu ” Tutur Ibu Haryanti.

Mengamini ucapan Ibu Haryanti, Ibu Tarwati pun mengungkapkan keluhan yang sama. ” Emangnya ia pengen kalau kaya gitu kan modalnya gede bu. Ini namanya orang susah sudah bisa beli beras saja sudah alhamdulilah. Ya kalau ada tempatnya sivh ingin,kalau engga ada gimana,saya cuma ya orang kecil ya engga bisa beli tempat yang mahal-mahal. Ya maksudnya yang ya, kalau ditempat yang didalem kan mahal-mahal kalau disini kan cuma sedikt-sedikit uang iurannya.maksdunya kasih-kasihnya gitu ”.

Cerita senada juga datang dari Ibu Soeripto. Ibu yang sudah memulai kegiatan jualannya mulai jam 4 subuh merasakan sejak kehadiran pasar modern, pendapatannya semakin berkurang.

” Sangat terasa. Pasar modern lebih maju dan pasar tradisional merasa tersingkirkan. Sekarang orang lebih memilih ke supermarker – supermarket, pasar modern, pasar tradisional rasanya tertinggal.Ada, sangat – sangat berkurang, sangat terasa, sampai sekarang pun pasar tradisional sangat berkurang minat pembelinya. Pendapatan sangat minim, malu untuk mengatakannya. Minim sekali, sekarang jualan sepi ”

Kemajuan jaman harusnya memberikan dampak yang lebih baik terhadap seluruh lini sektor kehidupan, namun bagi para pedagang pasar, kemajuan jaman justru membuat mereka semakin sulit. Datangnya para pelaku pasar modern justru membuat mereka semakin terpinggirkan. Pedagang pasar tradisional justru terhimpit jaman. (Diu Oktora / 31 Maret 2009)

Tidak ada komentar: