Tampilkan postingan dengan label Tentara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tentara. Tampilkan semua postingan

10 Oktober 2017

Siasat Sang Penjaga

Selesai Salat Jumat, eh ada permintaan untuk keatas panggung yang basah bekas hujan dan bergoyang-goyang karena banyak orang di atasnya. Bambang harus memutar otak lagi.

"Kendaraan tempur Anoa saya pepetkan. 'Pak, izin, kalau mau pidato, di atas ini saja.' Presiden menggelengkan kepala. Maunya tetep ke panggung. Bayangkan, tidak ada security door! tidak ada perangkat X-ray! Itu kan standar pengamanan Presiden?!! Menjamin keamanannya bagaimana?"

Ya, lalu bagaimana?

"Saya cari akal. Ketemu... Ada para anggota korps Wanita TNI Paspampers yang langsung membantu membikin lorong menuju panggung. Karena bukan muhrim, massa agak menjauh, Presiden jadi tak tersentuh."

Solusi Cerdik.

Menjadi orang yang paling bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan presiden, selalu menuntut Bambang Suswantono, yang ketika peristiwa 212 di Monas menjabat sebagai Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Danpaspampers) harus berpikir cerdik dan cepat. 

"Ijin, pak, kalau kita ke Jakarta, nanti kita melalui Semanggi, Tomang, Harmoni, baru masuk istana. Jadi, lewat belakang."

"Ok. Trus?"

"Kita cukup dua mobil, Pak."

"Dua mobil?," Presiden memastikan ia tidak salah dengar.

"Siap, Pak. Bapak pakai kendaraan saya, kemudian pengawal satu polisi, Pak, untuk membawa voorijder-nya."

Jokowi setuju. Jadilah Bambang duduk di sebelah sang presiden di jip mercy yang merupakan kendaraan dinas Danpaspampers. Di bangku depan, di sebelah sopir, bersiaga Lettu Inf. Teddy Wijaya, ajudan Presiden.

...........................

"Jadi, kami masuk kota. Rotator dan lampu hazard sudah saya perintahkan untuk dimatikan sejak di Cawang. Seet. Jip meluncur dalam kecepatan tinggi di jalan tol. Melewati di DPR, saya lihat para demonstran berkumpul di sana. Presiden sampai di Istana dengan selamat, tanpa ada gangguan."

Lagi - lagi berpikir cerdik dan cepat harus dilakukan oleh Mayjen TNI (Mar) Bambang Suswantono untuk menjamin keamanan dan keselamatan Presiden Joko Widodo yang hendak kembali ke Istana Negara ketika terjadi unjuk rasa besar aksi 411. 

Cerita diatas adalah bagian dari Buku "Bambang Suswantono, Memberi Yang Terbaik" yang ditulis oleh Fenty Effendi. Buku setebal 179 halaman itu mencerita perjalanan karir militer seorang Bambang Suswantono yang saat ini menjabat sebagai Komandan Korps Marinir TNI Angkatan Laut.

Banyak kisah menarik yang diceritakan dalam buku ini. Jauh sebelum menjadi orang nomor satu di Korps Marinir, sebagai seorang prajurit Bambang Suswantono selalu mengukir prestasi, berbagai penghargaan dan pujian selalu diterimanya. Namun, ada suatu masa dimana Bambang harus menjalani "hukuman" karena insiden kecil yang terjadi di luar arena pertempuran. Kala itu Bambang yang masih berpangkat Kolonel terpilih sebagai Komandan Upacara penurunan bendera pada peringatan 17 Agustus 2008 di Istana Negara dengan Inspektur Upacara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketika hendak melapor kepada Inspektur Upacara pedang sang Komandan Upacara terjatuh. Dampaknya, Bambang dicopot jabatannya sebagai Komandan Resimen Kavaleri 2 Marinir, semua fasilitas kendaraan berikut supir dan pengawal ditarik. Bambang pun "dihukum" menjadi dosen di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal).

Dari semua rangkaian cerita di Buku "Bambang Suswantono, Memberi Yang Terbaik" yang paling menarik adalah ketika Bambang menjabat sebagai danpaspampers, dan harus menjaga keamanan serta keselamatan Presiden Joko Widodo ditengah aksi 411 dan aksi 212. "Maka tugas saya adalah berusaha sebaik-baiknya mengamankan beliau. Apabila terjadi sesuatu, yang dicari untuk bertanggung jawab tetap Bambang karena kan dia Komandan Paspampers?!" demikian disampaikan oleh Bambang dalam bukunya.

Berpikir cerdik dan cepat menjadi kekuatan bagi Bambang dalam menjalankan tugasnya sebagai Danpaspamers. Berbagai siasat pengaman mulai dari yang direncanakan secara matang, atau bahkan yang tiba-tiba harus dilakukan selalu dapat dijalankan dengan baik. Tak heran selama menjabat 9 bulan sebagai orang nomor satu di pasukan pengaman presiden, Bambang dinilai sangat baik menjaga keamanan dan keselamatan Presiden Joko Widodo.

Membaca "dibalik" Kisah

Lihai membaca "dibalik" orang-orang yang akan ditulisnya, itu gambaran dari penulis Buku "Bambang Suswantono, Memberi Yang Terbaik" Fenty Effenty. Semua buku yang ditulis penulis berdarah Minang Kelahiran Pekanbaru ini sesungguhnya bukanlah materi yang ringan. 

Buku Bambang Suswantono, Memberi Yang Terbaik adalah buku tentang seorang Jenderal Militer. Awalnya aku membayangkan kalau buku ini akan membosankan dan isinya soal kedisiplinan dengan berbagai materi yang berat lainnya.

Tapi ditangan penulis yang biasa aku sapa Uni ini semua berbeda, buku ini sangat ringan dan mengalir. Namun semua intisari dan pesan yang ingin disampaikan dapat terkirim dan diterima dengan baik oleh para pembaca.

Tidak ada sama sekali kengerian, keseraman dalam tulisan ini. Bahkan kita bisa mengetahui sisi lain dari seorang Jenderal, dari seorang militer yang hidupnya penuh dengan kedisiplinan tinggi. Buku ini tidak membosankan, bahkan justru membuat penasaran untuk kita membaca langsung tuntas.

Keunikan lain dari Uni Fenty adalah dalam penyusunan bab. Uni tidak pernah menyusun bab dari peristiwa awal ke akhir, kalau bisa diumpamakan uni tidak menulis kisah dengan urutan cerita dari kelahiran hingga kematian atau dari anak-anak hingga dewasa. Dalam bukunya, uni bisa saja menceritakan masa kecil tokoh-tokoh yang ditulisnya di bab akhir buku, dan memulai bab awal dengan cerita mengenai masa kini dari para tokoh.

Begitu pun dengan buku ini, bab yang paling menarik mengenai pengamanan Presiden ditengah aksi 212 dan 411 berada di tengah. Cerita mengenai bagaimana awal seorang Bambang Suswantono memulai karir militer dan masa kecilnya, justru ada di bab paling akhir.

Selalu ada kejutan disetiap tulisan Uni Fenty, dan selalu berbeda gaya disetiap buku-buku yang dihasilkan.

12 Agustus 2017

Monumen Pancasila Sakti, Bukti Kegagahan Pancasila

Sumur Maut Lubang Buaya, Tempat Pembuangan 7 Pahlawan Revolusi, Photo by Diu Oktora

TJITA2 PERDJUANGAN KAMI UNTUK MENEGAKKAN KEMURNIAN PANTJA-SILA TIDAK MUNGKIN DIPATAHKAN HANJA DENGAN MENGUBUR KAMI DALAM SUMUR INI.


LOBANG BUAJA 1 OKTOBER 1965

Kalimat tersebut, tertulis dalam prasasti didekat sebuah sumur tua. Sumur ini menjadi saksi bisu keganasan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 30 September 1965. Di sumur yang memiliki diameter 75 cm dengan kedalaman 12 meter, ditemukan jenazah 6 orang perwira tinggi dan satu perwira pertama Angkatan Darat. Ketujuh orang tersebut, Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal R. Soeprapto, Mayor Jenderal M.T. Harjono, Mayor Jenderal S. Parman, Brigadir Jenderal D.I. Pandjaitan, Brigadir Jenderal Soetojo Siswomihardjo, dan Lettu Czi Pierre Andreas Tendean kini dikenal sebagai Pahlawan Revolusi.

Peristiwa pemberontakan PKI pada September 1965 menjadi bagian dari sejarah Bangasa Indonesia, PKI berkeinginan merubah Ideologi Bangsa Indonesia dari Pancasila menjadi komunis. Untuk mewujudkan keinginannya, PKI mencoba merebut kekuasaan Pemerintah Indonesia dengan melakukan aksi kekerasan, yaitu menculik dan membunuh para Pahlawan Revolusi pada 1 Oktober 1965.

Museum Pengkhianatan PKI, photo by Diu Oktora
Aksi pemberontakan yang dilakukan oleh PKI dapat kita saksikan dan lihat di Monumen Pancasila Sakti, yang terletak di Kawasan Lubang Buaya – Jakarta Timur. Di monumen yang berdiri diatas tanah seluas kurang lebih 14 hektar ini terdapat tiga bagian utama museum, yaitu: (1). Museum Pengkhianatan PKI, di museum ini kita bisa menyaksikan berbagai diorama pengkhianatan atau pemberontakan PKI di seluruh Indonesia, antara lain diorama pemberontakan PKI di Madiun pada 18 September 1948, diorama tertembak matinya tokoh PKI, Musso pada 31 Oktober 1948, diorama pengadilan terhadap tokoh PKI D.N. Aidit pada 25 Februari 1955. Dalam museum ini terdapat 34 diorama bagaimana usaha PKI melakukan pemberontakan di Indonesia, dan bagaimana usaha Tentara Nasional Indonesia menumpas PKI.
Koleksi Museum Paseban Monumen Pancasila Sakti, Photo by Diu Oktora
(2). Museum Paseban Monumen Pancasila Sakti, di museum ini kita bisa menyaksikan diorama bagaimana persiapan-persiapan yang dilakukan PKI untuk melakukan pemberontakan, bagaimana PKI melakukan penculikan para perwira Angkatan Darat dari rumah mereka masing-masing, bagaimana PKI melakukan penyiksaan dan memasukan para perwira tersebut ke sumur maut, bagaimana akhirnya para perwira tersebut ditemukan, pengakangkatan jenazah dan penguburan para Pahlawan Revolusi di Taman Makan Pahlawan Kalibata. Di Museum Paseban ini juga terdapat diorama terbunuhnya anak perempuan Jenderal A.H. Nasution, Ade Irma Suryani. Selain 16 diorama, di Museum Paseban ini terdapat juga ruang yang menyimpan pakaian, bekas darah dan barang-barang pribadi dari Pahlawan Revolusi. 


Museum Taman, Photo by Diu Oktora
(3). Museum Taman, ini menjadi tempat yang paling menarik untuk dilihat. Museum taman berada di areal terbuka yang cukup luas, disana terdapat berbagai bangunan rumah yang menjadi posko dan dapur umum PKI saat melakukan pemberontokan. di areal ini juga terdapat bangunan yang isinya merupakan diorama penyiksaan yang dilakukan PKI terhadap para pahlawan revolusi, dan lokasi yang paling menarik untuk dilihat di museum taman ini tentu saja sumur maut, tempat dimana ketujuh pahlawan revolusi dikuburkan. Spot menarik lain di museum taman Lubang Buaya adalah Tugu Monumen Pancasila Sakti.Tugu yang menjadi spot menarik untuk berfoto ini dibangun dengan arti khusus.





Tugu Monumen Pancasila Sakti letak bangunannya berjarak 45 meter dari sebelah utara cungkup sumur maut, angka 45 disini melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia. Patung Pahlawan Revolusi berdiri dengan latar belakang dinding berbentuk trapesium setinggi 17 meter dengan hiasan patung Garuda Pancasila, angka 17 melambangkan tanggal Kemerdekaan Indonesia. Dinding trapesium tersebut berdiri diatas landasan yang berukuran 17 x 17 meter persegi dengan 7 anak tangga menuju pelataran, angka 7 melambangkan 7 pahlawan revolusi. Dibawa patung ketujuh pahlawan revolusi terdapat hiasan relief yang menceritakan peristiwa pemberontakan dan penumpasan G 30 S/PKI.

Berkunjung ke Monumen Pancasila Sakti bisa menjadi alternatif menarik liburan di weekend. Namun, sayangnya di monumen ini tidal ada petunjuk yang jelas bagi pengunjung untuk melihat ke museum mana terlebih dahulu. Selain itu beberapa diorama di dalam museum juga lampunya mati sehingga tidak bisa dilihat. Tapi sebagai tempat liburan murah dan belajar mengenal sejarah Monumen Pancasila Sakti menjadi salah satu pilihan menarik, karena sudah pasti tarif masuk yang murah, tempatnya luas dan adem. 


Info Monumen Pancasila Sakti

Biaya Masuk
Dewasa : Rp 4.000/orang
Anak-anak : Rp 2.500/orang
Parkir : Rp 2.000

Alamat
Jl. Raya Pondok Gede, Lubang Buaya - Jakarta Timur
Telp : 021-8400423
Fax : 021-8411381
Email : monpancasilasakti@gmail.com
Website : www.sejarahtni.mil.id 



    30 Juli 2017

    Weekend di Monumen Pancasila Sakti

    Mengunjungi museum menjadi agenda weekend kami dua minggu lalu (15/8/2017). Monumen Pancasila Sakti di Kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur menjadi pilihan kami. Anak-anak semangat sekali, sepanjang perjalanan menuju kawasan lubang buaya si kecil Shaqira sudah sangat bawel, berbagai pertanyaan keluar dari mulut ceriwisnya "Mama, kok nama tempatnya lubang buaya? Disana banyak buayanya ya? Nanti aku dimakan buaya?" beruntun pertanyaan dari anak yang November nanti akan berusia 5 tahun. "Ini tempatnya ga ada buaya nya dek'. Lubang Buaya itu nama tempatnya, kaya rumah kita aja, namanya Valencia", aku mencoba menjelaskan.

    "Terus disana ada apa? Serem ga tempatnya?", pertanyaan beruntun masih terus dilontarkan Shaqira. "Nanti disana ada sumur, dulu di sumur itu ada 7 orang yang dimasukin kedalamnya, disana juga ada banyak patung-patung, itu yang kaya orang-orangan yang dimainan perang-perangan abang", aku coba menjawab pertanyaan beruntun Shaqira selanjutnya. Pertanyaan berikut muncul dari abangnya, Alvaro. "Kok orang-orangnya di masukin ke sumur? Siapa yang masukin ke sumur? Terus waktu dikeluarin dari sumur, meninggal ga orang-orangnya? Itu orang Indonesia yang masukin ke sumur? Kok orang Indonesia jahat sendiri sama orang Indonesia juga?" pertanyaan beruntun dari Alvaro.

    Kedua abang adik ini sangat antusias sekali. Sebenarnya mengunjungi museum bukan hal baru juga bagi keduanya, sudah beberapa museum yang kami kunjungi, malah anak ku yang sulung, dari sekolah juga sudah pernah mengunjungi museum lainnya. Tapi memang Museum Lubang Buaya menjadi tempat yang sangat menarik perhatian mereka, dari nama tempatnya saja sudah membuat mereka banyak melontarkan pertanyaan.

    Sesampainya di gerbang Museum anak-anak semakin semangat, karena pintu gerbang yang megah membuat mereka semakin penasaran saja apa isi museum Pancasila Sakti. Di depan pintu gerbang, kita mampir di loket untuk membeli tiket masuk. Harga tiketnya sangat murah, per orang Rp 3,500 dan untuk kendaraan (mobil) biayanya Rp 5.000.

    Di areal Museum Pancasila Sakti tersedia lapangan parkir yang sangat luas, karena pengunjung tidak terlalu banyak, untuk parkir kendaraan tidak terlalu sulit. Dari areal parkir, kita harus menaikin tangga untuk menuju areal utama museum. Setelah menaiki tangga di parkiran, akan ada tanda dari papa berwarna hijau yang mengarahkan pengunjung untuk menuju areal utama museum.

    Pada saat kami berkunjung, suasana museum bisa dibilang sepi pengunjung, suasana seperti ini membuat anak-anak menjadi nyaman dan bebas untuk melihat-lihat. Tempat pertama yang kami datangi adalah areal dimana sumur maut berada. Sebelum melihat sumur maut, kami melihat ruangan diorama tempat penyiksaan para Jenderal yang diculik oleh PKI. Saat melihat ruangan diaroma penyiksaan ini si kecil Shaqira kembali melontarkan banyak pertanyaan, itu patung siapa aja? Kok mereka dipukulin? Kok itu ada yang diiket? Itu siapa yang mukul? Berbeda dengan Alvaro, yang sudah mendapatkan pelajaran di sekolah mengenai pemberontakan PKI, si sulung ku ini lebih banyak mengamati.

    Setelah puas melihat diorama ruang penyiksaan, kami bergeser untuk melihat sumur maut, dimana 7 pahlawan revolusi dibuang. Sumur maut ini terletak dalam sebuah gazebo yang berlantaikan marmer. Sumurnya sendiri dibatasi dengan bangunan persegi empat berkeramik putih yang diberikan pembatas tiang-tiang bertali warna merah. Menurut petugas museum, kondisi sumur tempat pembuangan para pahlawan revolusi ini masih sama dengan kondisi pertama kali ditemukan.

    Melihat sumur maut, muncul lagi pertanyaan dari Alvaro dan Shaqira, keduanya menanyakan hal-hal yang sama, gimana caranya memasukan orang kedalam lubang sumur, karena lubang sumurnya tidak besar, “kan itu ada jenderal yang gemuk, terus masukin ke sumurnya bagaimana,” tanya Alvaro. “Itu berarti mereka diculik dari rumahnya masing-masing, dibawa kesini, disiksa di rumah yang itu, terus diseret ke sumur,” tanya Alvaro lebih lanjut.

    “Kenapa sih, orang-orang itu jahat, culik-culik orang terus dimasukin sumur,” tanya Shaqira kemudian. “Terus itu ngeluarin orang-orang yang dimasukin kedalam sumur caranya gimana,” beruntun pertanyaan dari Shaqira. Sakin anak kecil ini penasaran banget, dia sampai mau loncat ke pembatas sumur untuk ngeliat kaya apa dalemannya sumur itu.

    Setelah rasa penasaran soal sumur maut selesai, kita pun bergeser ke pelataran yang menjadi simbol utama Museum Pancasila Sakti, patung 7 pahlawan revolusi. Anak-anak sangat semangat, satu-satu nama tujuh pahlawan yang tertera mereka baca satu persatu. Setelah puas melihat-lihat patung, kami menuju gedung utama museum. Sambil menuju ke gedung museum, anak-anak memasuki beberapa bangunan rumah yang berada disekitar areal sumur maut, rumah-rumah itu merupakan dapur umum dan posko komando penculikan pahlawan revolusi.

    Berbeda dengan kawasan sumur maut yang merupakan areal alam terbuka, gedung museum merupakan areal tertutup yang dilengkapi dengan pendingin ruangan, sehingga suasana lebih nyaman. Karena pengunjung juga sangat sepi, jadi anak-anak bebas untuk berlarian dan menikmati tiap diorama yang ada di dalam museum.

    Saat memasuki gedung museum, pertama kali kita akan melihat diorama kawasan lubang buaya dahulu kala. Bahwa dulu kawasan lubang buaya merupakan areal yang sangat sepi dan dipenuhi dengan pepohonan yang sangat banyak. Di dalam gedung berlantai dua ini, anak-anak bisa menikmati berbagai diorama yang menceritakan berbagai pemberontakan PKI di seluruh Indonesia dan bagaimana PKI merencanakan pemberontakan dengan melakukan penculikan terhadap 7 orang pahlawan revolusi.

    Bagian paling menarik buat anak-anak saat di gedung museum adalah saat melihat-lihat ruangan barang-barang asli milik ketujuh pahlawan revolusi. Di ruangan tersebut anak-anak bisa menyaksikan pakaian-pakaian yang dipakai saat ketujuh pahlawan revolusi diculik dan ditemukan dalam lubang sumur, bercak-bercak darah dipakaian, dan barang-barang pribadi.

    Ujung dari perjalanan mengunjungi museum adalah diorama Panser PCMK-2 Saraceen, ini merupakan panser yang digunakan untuk membawa jenazah Pahlawan Revolusi dari Markas Besar Angkatan Darat ke Taman Makam Pahlawan Kalibata pada tanggal 5 Oktober 1965.

    Untuk melepas lelah, sebelum menuju areal parkir ada warung yang menjual berbagai makanan dan minuman, jadi anak-anak bisa melepaskan dahaga. Tidak jauh dari warung tersebut juga ada mushola, sehingga memudahkan untuk pengunjung yang ingin sholat.

    Mengunjungi Museum Pancasila Sakti sangat menyenangkan untuk anak-anak. Kondisi museum yang sepi pengunjung juga membuat anak-anak tidak merasa bosan karena mereka bebas untuk melihat-lihat berlama-lama atau bahkan berulang-ulang. Selain itu sikap kritis dan penasaran anak-anak juga terasah disini, dan mereka bisa langsung menemukan jawabannya. Berkunjung ke museum merupakan pengalaman yang seru untuk duo Maru.

    17 Juli 2017

    Tematik Weekend, Mendidik Anak Sekaligus Bermain

    Weekend, sudah pasti hari yang paling ditunggu anak-anak, karena mereka terbebas dari rutinitas sekolah selama 5 hari, dan anak-anak bisa bermain seharian. Biasanya anak-anak kalau sudah weekend begini suka sekali minta main ke mall, kalaupun di rumah seharian anak-anak biasanya full main gadget karena selama sekolah, mereka tidak boleh main gadget.

    Sesungguhnya dua rutinitas itu, main ke mall atau main gadget, bukanlah sesuatu yang salah juga buat dilakukan anak-anak. Setelah 5 hari mereka berkutat dengan pelajaran sekolah, weekend adalah waktu yang pas untuk mereka menikmati waktu untuk bermain dan bersantai. Tapi buat aku sebagai orangtua, kalau anak-anak di waktu weekendnya hanya sekedar bermain ke mall atau bermain gadget itu sangat sayang sekali.

    Akupun mulai coba mengkonsep liburan weekend anak-anak dengan berbagai tema khusus. Ini aku lakukan supaya mereka bisa bermain sambil mendapatkan pelajaraan atau pengetahuan baru. Untuk bulan ini dan bulan depan, aku sudah menawarkan konsep "Weekend Goes to Museum". Saya pun mengadakan riset singkat museum apa yang kira-kira akan menarik buat kedua anak saya yang berusia 10 dan 5 tahun. Akhirnya beberapa museum menjadi pilihan aku, antara lain Museum Pancasila Sakti, Museum Polri, Museum Satria Mandala, Museum Bank Mandiri, dan Museum Bank Indonesia. 


    Kelima museum tersebut menjadi pilihan bukan tanpa pertimbangan tertentu. Pemilihan Museum Pancasila Sakti misalnya, museum ini aku pilih karena cerita sejarah yang menarik bagi anak-anak. Sejarah mengenai pembunuhan 7 pahlawan revolusi yang dimasukkan dalam sebuah sumur. Museum Polri dan Museum Satria Mandala, aku memilih ini karena sosok polisi dan tentara itu sangat lekat dengan anak-anak, kebetulan juga kedua museum ini berdekatan, jadi sehabis melihat sejarah mengenai kepolisian, anak-anak bisa langsung juga melihat sejarah Tentara Nasional Indonesia. Museum Bank Indonesia dan Museum Bank Mandiri menjadi pilihan berikut, selain karena lokasi yang berdekatan, anak-anak disini bisa mengetahui soal seluk beluk pembuatan uang dan sejarah perbankan di Indonesia. Ini pasti akan menarik buat anak-anak karena mereka sehari-hari sangat mengenal uang.

    Aku pun membuat ringkasan museum yang akan dikunjungi, kemudian aku ceritakan ke anak-anak, dan mereka sangat tertarik untuk bisa berkunjung ke museum. Mereka penasaran dengan informasi yang sangat sedikit aku berikan. Museum menjadi pilihan tematik weekend karena menurut aku banyak sekali manfaat yang anak-anak bisa dapatkan, antara lain:

    • Mengenalkan sejarah atau suatu peristiwa kepada anak-anak
    • Memancing anak untuk bersikap kritis
    • Membangkitkan rasa penasaran anak
    • Memperkenalkan kepada anak-anak, bahwa saat libur itu bukan hanya mall atau pusat perbelanjaan saja tempat untuk bermain
    • Menumbuhkan rasa ketertarikan anak terhadap hal-hal baru
    • Mengajak anak untuk belajar bagaimana mencari informasi
    • Membuka wawasan anak
    Dengan mengajak anak ketempat yang menarik seperti museum tentu juga akan memberikan pengalaman menarik bagi anak-anak, bahwa untuk mempelajari atau mengenal sesuatu itu bisa dilakukan tidak hanya melalui belajar di sekolah. Tapi sambil bermain, sambil berekreasi juga bisa dilakukan untuk anak-anak mempelajari sesuatu. Belajar sambil bermain sudah pasti kesenangan anak-anak.